Ni Wayan Sartini Mengaku Sakit Gigi Sebelum Ditemukan Ulah Pati
Ni Wayan Sartini, 16, asal Banjar Sekar Mukti, Desa Belok Sidan, Kecamatan Petang, diketahui ulah pati dengan cara gantung diri di kamar mandi di dalam rumahnya, Senin (3/7) sore.
MANGUPURA, NusaBali
Belum diketahui secara pasti apa penyebab siswa SMK Negeri 1 Petang melakukan tindakan nekad itu. Keluarga dan tetangga menilai Sartini sebagai sosok yang baik dan mudah bergaul.
Sartini pertama kali ditemukan oleh ibunya, Made Matru, 45, tergantung di kamar mandi dengan kain selendang yang mengikat bagian leher sekitar pukul 17.30 Wita. Setelah dievakuasi ternyata nyawanya tak tertolong. Saat ditemukan, Sartini mengenakan baju kaos warna pink dan celana panjang warna hitam.
Informasi yang dihimpun NusaBali di rumah duka di Banjar Sekar Mukti, Desa Belok Sidan, Selasa (4/7) siang, sebelum nekad ulah pati, Sartini sekitar pukul 08.00 Wita mengaku sakit gigi kepada orangtuanya. Sartini lebih banyak termenung saat itu, tidak seperti biasanya. Karena tak menaruh firasat apapun, kemudian pada pukul 14.00 Wita orangtuanya, Made Matru dan I Made Marium, 48, pergi menonton lomba blaganjur di kantor Desa Belok Sidan.
Nah, firasat tak enak mulai dirasakan Made Matru, karena tak biasanya anak kelimanya itu termenung seperti itu. Sehingga Made Matru pun memutuskan kembali ke rumah. Kamar Sartini diperiksa tetapi kosong, lalu anaknya itu dicari di sekitar rumah namun tak ditemukan. Made Matru sampai mencari ke kamar mandi, tetapi pintu kamar mandi justru dalam keadaan terkunci dari dalam. Curiga akan hal itu, pintu kamar mandi pun didobrak. Ketika pintu terbuka, Made Matru harus melihat sang buah hati sudah dalam posisi tergantung.
Dokter Puskesmas Petang 2, Ketut Sukerta, melakukan pemeriksaan fisik Sartini. Tetapi tak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Hanya ditemukan lebam bekas jeratan pada bagian leher dan ditemukan air kencing pada celananya.
Kerabat Sartini mengaku sama sekali tak menyangka atas kejadian ini. Selama ini di mata keluarga dan tetangga sekitar, Sartini adalah anak yang mudah bergaul dan ramah. Dia juga dikenal sangat aktif mengikuti kegiatan kepemudaan di banjar setempat. “Anaknya baik dan sangat ramah. Orangnya tidak tertutup, malah sangat aktif di sini, ikut jadi penari,” kata Made Suada, salah satu kerabat saat ditemuai di rumah duka.
Menurut Suada yang juga Bendesa Adat Sekar Mukti, keluarga sama sekali tidak menaruh firasat apapun sebelumnya. Terlebih, Sartini juga ikut mempersiapkan kegiatan Porsenides bersama rekan-rekannya.
“Sebelumnya dia mengeluh sakit gigi, makanya dia tidak bisa hadir di acara lomba di desa. Orangtuanya waktu itu hadir di acara lomba. Sampai sore ketika waktunya makan, ibunya mendapat firasat tidak enak, jadi nasi bungkus yang didapat dari di lokasi lomba dibawa pulang, niatnya mau dikasih ke anaknya. Tapi ternyata sudah meninggal,” tutur Suada. Sayangnya di rumah duka, NusaBali tidak bisa menemui kedua orangtuanya karena sedang mencari informasi ke orang pintar atas perbuatan yang dilakukan sang anak.
Diakui Suada, semua keluarga tahu pada 24 Juni 2017 lalu Sartini memposting ucapan terima kasih kepada orangtua dan keluarganya. “Itu saja tandanya, dan itu sudah diposting tangal 24 Juni,” imbuhnya.
Sementara proses selanjutnya akan dilakukan penguburan. “Nanti sore (kemarin) akan dikubur, karena tradisi di Desa Adat Sekar Mukti tidak boleh bakar jenazah. Nanti pengabenannya dilakukan secara massal,” katanya.
Kemarin siang suasana rumah duka di Banjar Sekar Mukti, Desa Belok Sidan, Kecamatan Petang, masih banyak didatangi para pelayat. *asa
Belum diketahui secara pasti apa penyebab siswa SMK Negeri 1 Petang melakukan tindakan nekad itu. Keluarga dan tetangga menilai Sartini sebagai sosok yang baik dan mudah bergaul.
Sartini pertama kali ditemukan oleh ibunya, Made Matru, 45, tergantung di kamar mandi dengan kain selendang yang mengikat bagian leher sekitar pukul 17.30 Wita. Setelah dievakuasi ternyata nyawanya tak tertolong. Saat ditemukan, Sartini mengenakan baju kaos warna pink dan celana panjang warna hitam.
Informasi yang dihimpun NusaBali di rumah duka di Banjar Sekar Mukti, Desa Belok Sidan, Selasa (4/7) siang, sebelum nekad ulah pati, Sartini sekitar pukul 08.00 Wita mengaku sakit gigi kepada orangtuanya. Sartini lebih banyak termenung saat itu, tidak seperti biasanya. Karena tak menaruh firasat apapun, kemudian pada pukul 14.00 Wita orangtuanya, Made Matru dan I Made Marium, 48, pergi menonton lomba blaganjur di kantor Desa Belok Sidan.
Nah, firasat tak enak mulai dirasakan Made Matru, karena tak biasanya anak kelimanya itu termenung seperti itu. Sehingga Made Matru pun memutuskan kembali ke rumah. Kamar Sartini diperiksa tetapi kosong, lalu anaknya itu dicari di sekitar rumah namun tak ditemukan. Made Matru sampai mencari ke kamar mandi, tetapi pintu kamar mandi justru dalam keadaan terkunci dari dalam. Curiga akan hal itu, pintu kamar mandi pun didobrak. Ketika pintu terbuka, Made Matru harus melihat sang buah hati sudah dalam posisi tergantung.
Dokter Puskesmas Petang 2, Ketut Sukerta, melakukan pemeriksaan fisik Sartini. Tetapi tak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Hanya ditemukan lebam bekas jeratan pada bagian leher dan ditemukan air kencing pada celananya.
Kerabat Sartini mengaku sama sekali tak menyangka atas kejadian ini. Selama ini di mata keluarga dan tetangga sekitar, Sartini adalah anak yang mudah bergaul dan ramah. Dia juga dikenal sangat aktif mengikuti kegiatan kepemudaan di banjar setempat. “Anaknya baik dan sangat ramah. Orangnya tidak tertutup, malah sangat aktif di sini, ikut jadi penari,” kata Made Suada, salah satu kerabat saat ditemuai di rumah duka.
Menurut Suada yang juga Bendesa Adat Sekar Mukti, keluarga sama sekali tidak menaruh firasat apapun sebelumnya. Terlebih, Sartini juga ikut mempersiapkan kegiatan Porsenides bersama rekan-rekannya.
“Sebelumnya dia mengeluh sakit gigi, makanya dia tidak bisa hadir di acara lomba di desa. Orangtuanya waktu itu hadir di acara lomba. Sampai sore ketika waktunya makan, ibunya mendapat firasat tidak enak, jadi nasi bungkus yang didapat dari di lokasi lomba dibawa pulang, niatnya mau dikasih ke anaknya. Tapi ternyata sudah meninggal,” tutur Suada. Sayangnya di rumah duka, NusaBali tidak bisa menemui kedua orangtuanya karena sedang mencari informasi ke orang pintar atas perbuatan yang dilakukan sang anak.
Diakui Suada, semua keluarga tahu pada 24 Juni 2017 lalu Sartini memposting ucapan terima kasih kepada orangtua dan keluarganya. “Itu saja tandanya, dan itu sudah diposting tangal 24 Juni,” imbuhnya.
Sementara proses selanjutnya akan dilakukan penguburan. “Nanti sore (kemarin) akan dikubur, karena tradisi di Desa Adat Sekar Mukti tidak boleh bakar jenazah. Nanti pengabenannya dilakukan secara massal,” katanya.
Kemarin siang suasana rumah duka di Banjar Sekar Mukti, Desa Belok Sidan, Kecamatan Petang, masih banyak didatangi para pelayat. *asa
Komentar