Bangli Belum Penuhi Kebutuhan Beras
BANGLI, NusaBali - Produksi beras di Kabupaten Bangli mengalami penurunan akibat rusaknya beberapa jaringan irigasi karena timpaan bencana alamm beberapa waktu lalu. Dampaknya, Bangli belum mampu memenuhi kebutuhan beras masyarakat secara mandiri.
Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Bangli I Wayan Sarma mengatakan terjadi kerusakan jaringan irigasi yang berdampak pada beberapa subak di Bangli. Kerusakan tersebut menyebabkan subak tidak teraliri air yang berujung pada gangguan aktivitas pertanian. "Banyak petani tidak bisa tanam padi. Kerusakan jaringan irigasi terjadi, salah satunya di Subak Yangapi, Kecamatan Tembuku," jelasnya Selasa (29/8).
Kata Wayan Sarma, jaringan irigasi juga jebol di Tempek Undisan, sehingga lahan persawahan seluas 16,51 hektare tidak teraliri air. Begitu juga kondisi Subak Bangbang, Tembuku, jaringan irigasi yang jebol. Akibatnya, lahan persawahan seluas 10 hektare tidak dapat pasokan air.
Kondisi yang sama juga terjadi di Subak Tingkad Batu, Desa Jehem. Kerusakan jaringan irigasi (bendung) mengakibatkan lahan persawahan seluas hampir 7 hektare tidak teraliri air.
"Kerusakan jaringan irigasi mengakibatkan petani tidak bisa lagi melakukan pola tanam padi. Dampaknya, terjadi penurunan produksi beras hingga puluhan ton," bebernya.
Wayan Sarma menyampaikan, kebutuhan beras di Kabupaten Bangli, sejak tiga tahun terakhir terus meningkat. Kondisi ini seiring pertambahan jumlah penduduk.
Tahun 2020, Bangli berpenduduk 228.400.000 jiwa kebutuhan dengan beras mencapai 22.383,200 ton. Tahun 2021, penduduk 258.721 000 jiwa dengan kebutuhan beras 25.354,558 ton. Tahun 2022, penduduk 267.133.000 jiwa, dengan kebutuhan beras sebesar 26.179,134 ton.
"Jika dilihat dari kebutuhan beras tersebut, kami di Bangli belum bisa secara mandiri memenuhi kebutuhan itu. Semisal, tahun 2022 kebutuhan beras mencapai 26.179,034 ton, sementara hasil produksi beras kita hanya 14.567,72 ton," sebutnya.
Kabupaten Bangli masih kekurangan /minus produksi beras sekitar 11.492,292 ton. Diakui, dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan beras, selama ini mengandalkan suplai dari kabupaten lain.
Wayan Sarma menyebutkan, produksi beras di Bangli sulit bisa surplus, mengingat lahan basah di Bangli hanya 5 persen dari luas wilayah. "Upaya lain yang kami lakukan untuk memperkecil selisih kekurangan beras yakni dengan mengusulkan bantuan bibit dan pupuk ke pemerintah pusat, termasuk juga alat dan mesin pertanian," ujarnya.
Terkait kerusakan bendungan, pihaknya telah mengajukan usulan kepada Pemprov Bali sehingga bisa segera dilakukan perbaikan.7esa
1
Komentar