MUTIARA WEDA: Tuhan Turun ke Dunia, Bagaimana Bisa?
paritrāṇāya sādhūnāṁ vināśhāya cha duṣhkṛitām, dharma-sansthāpanārthāya sambhavāmi yuge yuge. (Bhagavad-gita, IV.8)
Untuk melindungi yang saleh, memusnahkan yang jahat, dan menegakkan kembali prinsip-prinsip dharma, Aku muncul di bumi ini, dari zaman ke zaman.
DIKATAKAN Tuhan adalah pencipta dan penguasa alam semesta. Dari penelusuran terakhir ditemukan bahwa alam semesta ini terdiri dari miliaran galaksi. Masing-masing galaksi memiliki miliaran bintang di dalamnya. Di dalam gugusan galaksi Bimasakti, matahari adalah salah satu bintang yang tergolong kecil bila dibandingkan dengan bintang WHO G64, UY Scuti, VY Canis Majoris, dan yang lainnya yang besarnya ribuan bahkan jutaan kali. Jarak satu bintang ke bintang lainnya sampai ribuan, jutaan, bahkan miliaran tahun cahaya. Seperti misalnya bintang terdekat dari matahari adalah Proxima Centauri yang berjarak 4,2 tahun cahaya. Berapa jarak 1 tahun cahaya? Dalam ruang hampa, cahaya bergerak dengan kecepatan 1.079.252.849 kilometer per jam. Jadi dalam satu tahun hanya dikalikan jumlah jam setahun (8.766 jam). Satu tahun cahaya sekitar 9,5 triliun km. Sehingga, jarak matahari dengan Proxima Centauri 4,2 x 9,5 = 39,9 triliun km. Bisa dibayangkan besarnya alam semesta ciptaan-Nya ini.
Nah kemudian kita berada di bumi, salah satu planet di tata surya. Besarnya matahari diperkirakan 1,2 juta kali bumi. Jadi, bumi itu sangat kecil, bahkan terlalu kecil bila dibandingkan dengan bintang-bintang itu. Jika seandainya bumi ini hancur (karena bertabrakan atau perang nuklir), mungkin tidak berdampak sama sekali pada gerakan bintang di dalam galaksi. Dapat disimpulkan bahwa bumi hanyalah setitik debu di alam semesta. Jika seperti itu, apa relevansinya pernyataan Krishna di atas? Apa keunikan bumi bila dibandingkan dengan planet atau benda angkasa lainnya sehingga, Tuhan Sang Maha Pencipta miliaran galaksi itu sampai turun berkali-kali ke bumi ini hanya untuk melindungi prinsip dharma dan memusnahkan yang jahat? Hanya untuk memusnahkan kejahatan di bumi saja sampai Beliau turun. Ibarat Kapolri, Jenderal Polisi turun hanya untuk menangkap seorang pencuri sebutir telur.
Jika kita memiliki spektra pengetahuan sedikit saja tentang alam semesta ini, maka cara pandang kita pasti berbeda ketika membaca teks di atas. Selama ini kita berpikir bahwa Tuhan akan selalu melindungi mereka yang berada di jalan dharma. Kekuatan jahat tidak akan bisa menghancurkannya, sebab ketika kekuatan jahat itu menguat, maka Tuhan sendiri yang turun untuk memusnahkan mereka, apakah melalui wujud personal (awatara) atau yang lainnya. Jadi, yang memiliki kekuatan atau mereka yang jahat, sementara yang ada di jalan dharma tampak lemah, tak berdaya. Tetapi, demi melindungi mereka, Tuhan turun, dan Tuhan sendiri yang menghancurkan orang-orang jahat itu. Jika kita memahami sepintas saja tatanan alam semesta, makna dari teks di atas bisa saja lebih besar dari bayangan kita.
Lalu apa yang bisa kita persepsikan terhadap teks di atas jika kita paham bahwa bumi ini hanyalah setitik debu di alam semesta? Salah satunya adalah, ini berhubungan dengan kesadaran kita. Teks di atas akan memiliki makna personal. Artinya, jika di dalam diri mengalami kebingungan, kegelapan, ada berbagai hal yang mengganggu di dalam diri, maka kita akan memiliki niat untuk melampaui semua ini. Berbagai upaya dilakukan. Motor penggeraknya adalah niat itu. Upaya inilah yang akan menghilangkan semua penutup kegelapan itu sehingga kembali bersinar terang. Jadi, Tuhan datang kembali artinya kita bersinar kembali, menemukan sifat aslinya kembali. Bagaimana kebatilan bisa dilenyapkan? Ketika sinar hadir, maka seberapa pun pekatnya malam akan tersapu, dan digantikan dengan terang. Gelap harus menyerah di hadapan terang.
Setelah terang kembali, maka orang ini akan tampak berbeda dengan manusia umumnya. Dia kemudian menjadi seperti bunga, kumbang-kumbang, kupu-kupu, dan lebah akan datang. Orang-orang mulai mengerumuni orang ini dan berharap mendapatkan tuntunannya. Mengapa meminta tuntunan dari orang ini? Karena dia memiliki sinar. Orang-orang meminta agar memberikan sinar baginya yang penuh dengan kegelapan. Orang yang telah menemukan sinarnya kembali ini kemudian membimbing mereka-mereka yang sudah jenuh dengan kegelapan untuk menemukan cahayanya masing-masing. Inilah mungkin bisa menjadi salah satu dari prinsip Awatara. 7
I Gede Suwantana
Bali Vedanta Institute
1
Komentar