Badung Sapu Bersih Juara Lomba Baca Sloka Anak-anak
Utsawa Dharmagita Provinsi Bali 2023
DENPASAR, NusaBali - Lomba Membaca Sloka kategori anak-anak putra dan putri dalam ajang Utsawa Dharmagita (UDG) Provinsi Bali Tahun 2023 berlangsung di Kalangan Angsoka, Taman Budaya Provinsi Bali (Art Center), Denpasar, Selasa (5/9). Perwakilan Kabupaten Badung menyapu bersih perolehan juara.
Di hari kedua UDG yang berlangsung sehari penuh menyajikan lomba Membaca Sloka untuk anak-anak. Untuk kategori Membaca Sloka berpasangan anak-anak putri dilaksanakan lebih dulu sekitar pukul 09.00 Wita. Adapun peserta yang ikut sebanyak lima pasang, yakni perwakilan dari Badung, Denpasar, Gianyar, Jembrana, dan Tabanan. Sedangkan Membaca Sloka berpasangan anak-anak putra digelar pukul 13.00 Wita. Perwakilan yang tampil hanya dari Kabupaten Badung, Denpasar, dan Jembrana.
Salah seorang juri, Putu Eka Sura Adnyana mengungkapkan, secara umum anak-anak yang tampil sudah menunjukkan kemampuan terbaiknya. Namun, selama penilaian juga tak luput diberikan beberapa catatan oleh para juri. Yang kentara, menurut Sura Adnyana, yakni teknik mengatur napas dan pemahaman guru dan lagu. Kata dia, ada sedikit penempatan teknik guru lagu yang kurang pas dari peserta.
“Mengatur napas itu penting karena membaca sloka itu sama dengan pranayama. Dari teknik napas juga kita akan tahu bahwasanya di sana anak-anak memahami yang namanya guru lagu. Kalau guru itu suara panjang, lagu itu suara pendek. Ketika letak suara guru lagu ini tidak pas, maka di situ ada pengurangan nilai,” ungkapnya.
Catatan lainnya, kata Sura Adnyana, yakni teknik pengambilan suara. Sloka yang merupakan bagian dari Sekar Agung menggunakan teknik suara bungkahing jiwa atau ada di kerongkongan. Ini juga menjadi penilaian penting. Sebab antara Sekar Alit, Sekar Madya, maupun Sekar Agung memiliki teknik suara yang berbeda.
“Bagaimana caranya anak-anak bisa menggunakan suara dari bungkahing jiwa? Ini yang harus dilatih oleh pembina,” katanya sembari menyebut ekspresi saat membaca sloka juga penting menjadi penilaian.
Dikemukakannya, dari sisi jumlah peserta yang tampil cukup disayangkan oleh Sura Adnyana. Sebab dari sembilan kabupaten/kota di Bali, tidak semua mengirimkan wakilnya. Bahkan Buleleng sama sekali tak mengirim duta UDG. Pihaknya berharap, ke depan pemerintah kabupaten/kota benar-benar concern pada upaya melestarikan seni budaya Bali yang justru akarnya berasal dari sastra-sastra yang dilombakan dalam UDG.
“Harapan saya ke depan pemerintah kabupaten dan kota bisa memberikan perhatian lebih kepada pelestarian sastra kebudayaan Bali. Agar tidak jargon saja yang ajeg Bali, tapi berbicara masalah kebudayaan yang akarnya sebetulnya adalah sastra, justru tidak dapat perhatian. Kan ironis sekali, seperti tinggal di lumbung padi tapi kita mati,” tandas Sura Adnyana.
Dari hasil penilaian tim juri yang terdiri dari Ida Bagus Darma, Putu Eka Sura Adnyana, dan Putu De Mulyadi, diputuskan bahwa untuk kategori berpasangan anak-anak putri dimenangkan oleh wakil dari Badung sebagai juara 1, Denpasar juara 2, dan Gianyar juara 3. Sedangkan untuk kategori berpasangan anak-anak putra diraih oleh Badung sebagai juara 1, Denpasar juara 2, dan Jembrana juara 3. 7 cr78
Salah seorang juri, Putu Eka Sura Adnyana mengungkapkan, secara umum anak-anak yang tampil sudah menunjukkan kemampuan terbaiknya. Namun, selama penilaian juga tak luput diberikan beberapa catatan oleh para juri. Yang kentara, menurut Sura Adnyana, yakni teknik mengatur napas dan pemahaman guru dan lagu. Kata dia, ada sedikit penempatan teknik guru lagu yang kurang pas dari peserta.
“Mengatur napas itu penting karena membaca sloka itu sama dengan pranayama. Dari teknik napas juga kita akan tahu bahwasanya di sana anak-anak memahami yang namanya guru lagu. Kalau guru itu suara panjang, lagu itu suara pendek. Ketika letak suara guru lagu ini tidak pas, maka di situ ada pengurangan nilai,” ungkapnya.
Catatan lainnya, kata Sura Adnyana, yakni teknik pengambilan suara. Sloka yang merupakan bagian dari Sekar Agung menggunakan teknik suara bungkahing jiwa atau ada di kerongkongan. Ini juga menjadi penilaian penting. Sebab antara Sekar Alit, Sekar Madya, maupun Sekar Agung memiliki teknik suara yang berbeda.
“Bagaimana caranya anak-anak bisa menggunakan suara dari bungkahing jiwa? Ini yang harus dilatih oleh pembina,” katanya sembari menyebut ekspresi saat membaca sloka juga penting menjadi penilaian.
Dikemukakannya, dari sisi jumlah peserta yang tampil cukup disayangkan oleh Sura Adnyana. Sebab dari sembilan kabupaten/kota di Bali, tidak semua mengirimkan wakilnya. Bahkan Buleleng sama sekali tak mengirim duta UDG. Pihaknya berharap, ke depan pemerintah kabupaten/kota benar-benar concern pada upaya melestarikan seni budaya Bali yang justru akarnya berasal dari sastra-sastra yang dilombakan dalam UDG.
“Harapan saya ke depan pemerintah kabupaten dan kota bisa memberikan perhatian lebih kepada pelestarian sastra kebudayaan Bali. Agar tidak jargon saja yang ajeg Bali, tapi berbicara masalah kebudayaan yang akarnya sebetulnya adalah sastra, justru tidak dapat perhatian. Kan ironis sekali, seperti tinggal di lumbung padi tapi kita mati,” tandas Sura Adnyana.
Dari hasil penilaian tim juri yang terdiri dari Ida Bagus Darma, Putu Eka Sura Adnyana, dan Putu De Mulyadi, diputuskan bahwa untuk kategori berpasangan anak-anak putri dimenangkan oleh wakil dari Badung sebagai juara 1, Denpasar juara 2, dan Gianyar juara 3. Sedangkan untuk kategori berpasangan anak-anak putra diraih oleh Badung sebagai juara 1, Denpasar juara 2, dan Jembrana juara 3. 7 cr78
Komentar