Penyengker Ambruk, Buruh Tewas Tertimbun
Musibah maut terjadi saat aktivitas pengerjaan proyek jaringan irigasi di Banjar Tengah, Desa Nyanglan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, Kamis (6/7) siang.
SEMARAPURA, NusaBali
Pondasi tembok penyengker rumah warga yang berada di atas proyek mendadak longsor, sehingga seorang pekerja tewas tertimbun.
Korban tewas dalam musibah yang terjadi Kamis siang sekitar pukul 11.15 Wita tersebut adalah I Nyoman Sarta, 60, buruh bangunan asal Banjar Togoh, Desa Bungbungan. Korban tewas mengenaskan dalam kondisi kepala pecah dan sempat tertimbun selama 20 menit.
Ketika tembok penyengker dari batako setinggi 4 meter dengan panjang 5 meter ambruk berikut pondasinya, korban Nyoman Sarta beraktivitas bersama empat pekerja lainnya: Ni Made Sekar, 40, Sang Ketut Nada, Ni Wayan Pasti, dan Made Kicen yang bertindak sebagai mandor proyek.
Mereka mengerjakan saluran irigasi---proyek yang menggunakan Alokasi Dana Desa (ADD) sebesar Rp 120,17 juta---dalam posisi berpencar. Ni Wayan Pasti berada dalam posisi terdekat dengan korban, yakni sibuk meratakan tanah di atas saluran irigasi.
Sekitar 25 menit sebelum musibah, tepatnya pukul 10.50 Wita, korban Nyoman Sarta fokus membongkar buis yang agak menonjol pada proyek saluran irigasi. Pembongkaran mengunakan palu besar. Namun, tanpa disadari, benturan keras palu yang digunakan mengakibatkan tembok penyengker rumah warga yang berada di atasnya bergetar.
Setelah buis hancur tepat pukul 11.15 Wita, tembok penyengker di atasnya langsung ambruk menimpa korban. Sedangkan Wayan Pasti selamat dari maut. Demikian pula tiga pekerja lainnya yang berada dalam posisi agak jauh dari titik ambruknya tembok.
Melihat korban Nyoman Sarta tertimbun, Wayan Pasti langsung berteriak histeris dan memanggil pekerja lainnya. Dalam hitungan menit, warga sekitar juga berdatangan ke lokasi musibah dan berupaya menyelamatkan korban. Mereka berupaya mengevakuasi korban secara manual, menggunakan peralat seadanya berupa panyong, sekop, hingga menggali dengan tangan.
Setelah tertimbun selama 20 menit, korban Nyoman Sarta akhirnya berhasil dievakuai. saat dievakuasi, pekereja berusia 60 tahun ini sudah tak bernyawa, dalam kondisi kepala pecah akibat terhimpit material batu dan batako. Jasad korban sempat diletakkan di sekitar lokasi, sebelum kemudian dibawa ke Ruang Jenazah RSUD Klungkung. Sementara, sang mandor proyek, Made Kicen, langsung shock atas musibah maut yang menimpa pekerjanya. Bahkan, Made Kicen sempat jatuh pingsan.
Menurut keterangan Wayan Pasti, pekerja yang berada dalam posisi terdekat, saat musibah terjadi, beberapa detik sebelum tembok penyengker ambrol, dirinya sempat mengingatkan korban Nyoman Sarta bahwa tanah yang ada di atasnya merembes pasca beton buis pecah. “Saya baru selesai ngomong seperti itu, temboknya langsung roboh,” cerita perempuan berusia 40 tahun asal Banjar Bale Agung, Desa Bungbungan ini.
Sedangkan Kapolsek Banjarngkan, AKP Ni Luh Wirati, mengaku pihaknya masih melakukan olah TKP dan meminta keterangan sejumlah saksi. “Kita masih menyelidiki kasus ini,” ujar Kapolsek Luh Wirata saat ditemui NusaBali di lokasi musibah, Kamis siang.
Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klungkung juga terjun ke lokasi musibah. Kepala Pelaksana BPBD Klungkung, I Putu Widiada, menatakan pihaknya masih menghimpun informasi terkait musibah maut ini. “Namun, dari pengamatan sepintas, pondisi tembok penyengker yang ambruk itu memang cukul labil. Kemudian, tembok ambruk karena ada aktivitas di bawahnya,” jelas Putu Widiada.
Sementara itu, jenazah korban Nyoman Sarta hingga kemnarin sore masih dititip di RSUD Klungkung, karena ada upacara keagamaan di kampung halamannya. Jenazah korban rencananya akan dikuburkan di Setra Desa Pakraman Togoh, Desa Bungbungan, setelah karya pujawali Pura Desa Pakraman Togoh masineb pada Saniscara Wage Perangbakat, Sabtu (8/7) besok.
Korban Nyoman Sarta berpulang buat selamanya ini meninggalkan istri tercinta Ni Ketut Sutri, 57, serta empat anak: I Kadek Deni, 37, Ni Komang Ayu Pertiwi, 34, I Ketut Tangu, 27, dan I Wayan Tagel, 25. Pantauan NusaBali, istri dan anak-anak korban berserta keluarga lainnya sangat sedih melihat konmdisi jenazah Nyoman Sarta di RSUD Klungkung, Kamis siang sekitar pukul 12.30 Wita. Beberapa dari mereka bahkan menangis sesengukan.
Menurut salah satu anak korban, Komang Ayu Pertiwi, ayahnya selama ini memang bekerja sebagai buruh bangunan. Sebelum jadi buruh bangunan, sang ayah sempat jualan di Terminal Ubung, Denpasar. “Karena kondisi sepi, akhirnya Bapak pilih beralih bekerja sebagai buruh bangunan,” kenang perempuan berusia 24 tahun ini kepada NusaBali di RSUD Klungkung kemarin.
Ayu Pertiwi sendiri mengaku sudah punya firasat buruk sebelum kematian tragis ayahnya. Firasat buruk itu diterima melalui mimpi, Senin (3/7) lalu. “Dalam mimpi, gigi saya nyaris tanggal, tapi tidak jadi,” papar Ayu Pertiwi.
Ayu Pertiwi kemudian menceritakan mimpi buruknya kepada sang ayah dan ibunya, namun tidak direspons. Ayu Pertiwi merasa khawatir, karena beberapa tahun lalu dia sempat mimpi serupa. Hanya berselang beberapa setelah mimpi giginya tanggal, keponakannya malah meninggal dunia.
Selain firasat buruk, Ayu Pertiwi juga melihat gelagat ayahnya agak aneh dalam tiga hari sebelum musibah maut. “Bapak berubah jadi pendiam. Padahal, sebelumnya beliau periang dan sering bercanda dengan anak serta cucunya,” katanya sembari menyebut koban Nyoman Sarta sempat tidak kerja maburuh, Selasa (4/7), karena ngayah di Pura Desa Pakraman Togoh. *wa
Korban tewas dalam musibah yang terjadi Kamis siang sekitar pukul 11.15 Wita tersebut adalah I Nyoman Sarta, 60, buruh bangunan asal Banjar Togoh, Desa Bungbungan. Korban tewas mengenaskan dalam kondisi kepala pecah dan sempat tertimbun selama 20 menit.
Ketika tembok penyengker dari batako setinggi 4 meter dengan panjang 5 meter ambruk berikut pondasinya, korban Nyoman Sarta beraktivitas bersama empat pekerja lainnya: Ni Made Sekar, 40, Sang Ketut Nada, Ni Wayan Pasti, dan Made Kicen yang bertindak sebagai mandor proyek.
Mereka mengerjakan saluran irigasi---proyek yang menggunakan Alokasi Dana Desa (ADD) sebesar Rp 120,17 juta---dalam posisi berpencar. Ni Wayan Pasti berada dalam posisi terdekat dengan korban, yakni sibuk meratakan tanah di atas saluran irigasi.
Sekitar 25 menit sebelum musibah, tepatnya pukul 10.50 Wita, korban Nyoman Sarta fokus membongkar buis yang agak menonjol pada proyek saluran irigasi. Pembongkaran mengunakan palu besar. Namun, tanpa disadari, benturan keras palu yang digunakan mengakibatkan tembok penyengker rumah warga yang berada di atasnya bergetar.
Setelah buis hancur tepat pukul 11.15 Wita, tembok penyengker di atasnya langsung ambruk menimpa korban. Sedangkan Wayan Pasti selamat dari maut. Demikian pula tiga pekerja lainnya yang berada dalam posisi agak jauh dari titik ambruknya tembok.
Melihat korban Nyoman Sarta tertimbun, Wayan Pasti langsung berteriak histeris dan memanggil pekerja lainnya. Dalam hitungan menit, warga sekitar juga berdatangan ke lokasi musibah dan berupaya menyelamatkan korban. Mereka berupaya mengevakuasi korban secara manual, menggunakan peralat seadanya berupa panyong, sekop, hingga menggali dengan tangan.
Setelah tertimbun selama 20 menit, korban Nyoman Sarta akhirnya berhasil dievakuai. saat dievakuasi, pekereja berusia 60 tahun ini sudah tak bernyawa, dalam kondisi kepala pecah akibat terhimpit material batu dan batako. Jasad korban sempat diletakkan di sekitar lokasi, sebelum kemudian dibawa ke Ruang Jenazah RSUD Klungkung. Sementara, sang mandor proyek, Made Kicen, langsung shock atas musibah maut yang menimpa pekerjanya. Bahkan, Made Kicen sempat jatuh pingsan.
Menurut keterangan Wayan Pasti, pekerja yang berada dalam posisi terdekat, saat musibah terjadi, beberapa detik sebelum tembok penyengker ambrol, dirinya sempat mengingatkan korban Nyoman Sarta bahwa tanah yang ada di atasnya merembes pasca beton buis pecah. “Saya baru selesai ngomong seperti itu, temboknya langsung roboh,” cerita perempuan berusia 40 tahun asal Banjar Bale Agung, Desa Bungbungan ini.
Sedangkan Kapolsek Banjarngkan, AKP Ni Luh Wirati, mengaku pihaknya masih melakukan olah TKP dan meminta keterangan sejumlah saksi. “Kita masih menyelidiki kasus ini,” ujar Kapolsek Luh Wirata saat ditemui NusaBali di lokasi musibah, Kamis siang.
Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klungkung juga terjun ke lokasi musibah. Kepala Pelaksana BPBD Klungkung, I Putu Widiada, menatakan pihaknya masih menghimpun informasi terkait musibah maut ini. “Namun, dari pengamatan sepintas, pondisi tembok penyengker yang ambruk itu memang cukul labil. Kemudian, tembok ambruk karena ada aktivitas di bawahnya,” jelas Putu Widiada.
Sementara itu, jenazah korban Nyoman Sarta hingga kemnarin sore masih dititip di RSUD Klungkung, karena ada upacara keagamaan di kampung halamannya. Jenazah korban rencananya akan dikuburkan di Setra Desa Pakraman Togoh, Desa Bungbungan, setelah karya pujawali Pura Desa Pakraman Togoh masineb pada Saniscara Wage Perangbakat, Sabtu (8/7) besok.
Korban Nyoman Sarta berpulang buat selamanya ini meninggalkan istri tercinta Ni Ketut Sutri, 57, serta empat anak: I Kadek Deni, 37, Ni Komang Ayu Pertiwi, 34, I Ketut Tangu, 27, dan I Wayan Tagel, 25. Pantauan NusaBali, istri dan anak-anak korban berserta keluarga lainnya sangat sedih melihat konmdisi jenazah Nyoman Sarta di RSUD Klungkung, Kamis siang sekitar pukul 12.30 Wita. Beberapa dari mereka bahkan menangis sesengukan.
Menurut salah satu anak korban, Komang Ayu Pertiwi, ayahnya selama ini memang bekerja sebagai buruh bangunan. Sebelum jadi buruh bangunan, sang ayah sempat jualan di Terminal Ubung, Denpasar. “Karena kondisi sepi, akhirnya Bapak pilih beralih bekerja sebagai buruh bangunan,” kenang perempuan berusia 24 tahun ini kepada NusaBali di RSUD Klungkung kemarin.
Ayu Pertiwi sendiri mengaku sudah punya firasat buruk sebelum kematian tragis ayahnya. Firasat buruk itu diterima melalui mimpi, Senin (3/7) lalu. “Dalam mimpi, gigi saya nyaris tanggal, tapi tidak jadi,” papar Ayu Pertiwi.
Ayu Pertiwi kemudian menceritakan mimpi buruknya kepada sang ayah dan ibunya, namun tidak direspons. Ayu Pertiwi merasa khawatir, karena beberapa tahun lalu dia sempat mimpi serupa. Hanya berselang beberapa setelah mimpi giginya tanggal, keponakannya malah meninggal dunia.
Selain firasat buruk, Ayu Pertiwi juga melihat gelagat ayahnya agak aneh dalam tiga hari sebelum musibah maut. “Bapak berubah jadi pendiam. Padahal, sebelumnya beliau periang dan sering bercanda dengan anak serta cucunya,” katanya sembari menyebut koban Nyoman Sarta sempat tidak kerja maburuh, Selasa (4/7), karena ngayah di Pura Desa Pakraman Togoh. *wa
1
Komentar