Tebing Pura Luhur Uluwatu Retak, Jumlah Pamedek Dibatasi
MANGUPURA, NusaBali.com – Pasca retaknya tebing Pura Luhur Uluwatu tepatnya di tebing sebelah selatan Utama Mandala belum lama ini, jumlah pamedak atau orang yang akan bersembahyang dibatasi.
Merespons hal tersebut Bendesa Adat Pecatu, I Made Sumerta membeberkan bahwa sesuai kondisi yang terjadi, pihaknya akan melakukan upaya partisipatif terutama terkait persembahyangan yang melibatkan banyak orang.
“Sesuai dengan kondisi tebing atau batuan yang terkena korosi atau retak itu, jumlah pamedek yang akan sembahyang akan kami batasi,” ujarnya saat dikonfirmasi pada Sabtu (9/9/2023) siang.
Lebih lanjut ia jelaskan, saat ini pembatasan jumlah pamedek yang boleh memasuki area Utama Mandala Pura Luhur Uluwatu sekitar 30 sampai 50 orang saja. Yang mana sebelumnya area tersebut dapat menampung lebih dari 75 orang pamedek. Sementara, untuk di area Madya Mandala Pura Luhur Uluwatu tetap bisa menampung sampai 400 pamedak.
“Yang retak itu posisinya ada di Utama Mandala, sehingga kami batasi maksimal 50 orang. Namun jika nantinya kajian sudah keluar, maka akan kami kurangi lagi sesuai hasil rapat nanti. Entah yang melaksanakan prosesi upacara mulai dari pemangku atau pengempon itu saja yang bisa masuk, itu akan kami rapatkan kembali setelah ada kajian,” jelasnya.
“Sesuai dengan kondisi tebing atau batuan yang terkena korosi atau retak itu, jumlah pamedek yang akan sembahyang akan kami batasi,” ujarnya saat dikonfirmasi pada Sabtu (9/9/2023) siang.
Lebih lanjut ia jelaskan, saat ini pembatasan jumlah pamedek yang boleh memasuki area Utama Mandala Pura Luhur Uluwatu sekitar 30 sampai 50 orang saja. Yang mana sebelumnya area tersebut dapat menampung lebih dari 75 orang pamedek. Sementara, untuk di area Madya Mandala Pura Luhur Uluwatu tetap bisa menampung sampai 400 pamedak.
“Yang retak itu posisinya ada di Utama Mandala, sehingga kami batasi maksimal 50 orang. Namun jika nantinya kajian sudah keluar, maka akan kami kurangi lagi sesuai hasil rapat nanti. Entah yang melaksanakan prosesi upacara mulai dari pemangku atau pengempon itu saja yang bisa masuk, itu akan kami rapatkan kembali setelah ada kajian,” jelasnya.
Sumerta memperkirakan, keretakan tebing di Pura Uluwatu yang semakin parah akibat adanya gempa dengan kekuatan 7.6 Scala Richter yang terjadi pada Selasa (29/8/2023) lalu.
Ia juga menerangkan, pihaknya dari desa adat sudah mengetahui adanya tebing yang retak tersebut sebelum viral di sosial media. Pihak Desa Adat Pecatu pun, terang Sumerta telah melakukan langkah koordinasi dengan pihak Pengempon Puri Agung Jrokuta serta sudah menyampaikan secara langsung kepada Bupati Badung. Sehingga, pada Selasa (12/9/2023) mendatang, pihak PUPR Kabupaten Badung berencana akan turun langsung mengecek kondisi tersebut.
“Langkah selanjutnya masih menunggu hasil kajian, namun arah perbaikan atau penganggaran nanti seperti apa tergantung dari Pemerintah Kabupaten Badung. Kami akan menjaga kenyamanan pamedek atau umat yang datang bersembahyang ke sana agar tidak merasa waswas dan mudah-mudahan keretakan tebing tersebut bisa segera diatasi,” pungkasnya. *ris
1
Komentar