Siaga, BPBD Siapkan Pasokan Air Bersih ke Wilayah yang Kekeringan
Seluruh Wilayah di Kabupaten Buleleng Masuk Zona Awas Kekeringan Ekstrim
Selain menyiapkan satu truk tangki air, BPBD Buleleng juga dibantu oleh Perumda Air Minum Tirta Hita Buleleng, Palang Merah Indonesia (PMI) dan dari TNI/Polri
SINGARAJA, NusaBali
Seluruh wilayah Kabupaten Buleleng masuk zona awas potensi kekeringan ekstrim. Prediksi tersebut disusun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Bali per Minggu (10/9) lalu. Zona kekeringan ekstrim ini diperkirakan seluruh wilayah Buleleng akan mengalami kemarau panjang hingga dua bulan ke depan.
Dalam peta potensi kekeringan meteorologis, BMKG mengelompokkan daerah-daerah di Bali. Zona tidak ada peringatan ditandai dengan warna biru menunjukan daerah itu tidak terkena dampak kekeringan meteorologis. Kemudian zona waspada dengan warga kuning yang diprediksi akan mengalami Hari Tanpa Hujan (HTH) selama 21 hari. Zona Siaga dengan warga oranye diprediksi akan mengalami HTH selama 31 hari dan terakhir zona awas berwarna merah HTH paling singkat 61 hari.
Seluruh wilayah Kabupaten Buleleng masuk zona awas potensi kekeringan ekstrim. Prediksi tersebut disusun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Bali per Minggu (10/9) lalu. Zona kekeringan ekstrim ini diperkirakan seluruh wilayah Buleleng akan mengalami kemarau panjang hingga dua bulan ke depan.
Dalam peta potensi kekeringan meteorologis, BMKG mengelompokkan daerah-daerah di Bali. Zona tidak ada peringatan ditandai dengan warna biru menunjukan daerah itu tidak terkena dampak kekeringan meteorologis. Kemudian zona waspada dengan warga kuning yang diprediksi akan mengalami Hari Tanpa Hujan (HTH) selama 21 hari. Zona Siaga dengan warga oranye diprediksi akan mengalami HTH selama 31 hari dan terakhir zona awas berwarna merah HTH paling singkat 61 hari.
Foto: Kepala BPBD Buleleng, I Putu Ariadi (kiri). Peta potensi kekeringan meteorologis. -IST
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng, I Putu Ariadi Pribadi ditemui, Senin (11/9) menyebut potensi kemarau panjang yang meliputi seluruh wilayah Buleleng tetap disikapi dengan waspada. Dia menyebut selain potensi bencana kekeringan dan krisis air bersih, potensi angin kencang, pohon tumbang hingga kebakaran lahan sangat tinggi.
“Kita harus tetap waspada terkait potensi kekeringan ekstrim di Buleleng ini. Seluruh warga kami harap bijaksana dalam menggunakan air bersih agar lebih efisien,” terang Ariadi. BPBD Buleleng secara rutin setiap tahun selalu memberikan pelayanan suplai air bersih kepada masyarakat yang mengalami krisis. Biasanya suplai air bersih dimohon oleh pemerintah desanya. Selain menyiapkan satu truk tangki air, BPBD Buleleng juga dibantu oleh Perumda Air Minum Tirta Hita Buleleng, Palang Merah Indonesia (PMI) dan juga dari TNI/Polri.
“Sejauh ini sudah ada yang memohon pasokan air kemarin Desa Selat, Kecamatan Sukasada, Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar. Hanya saja intensitasnya belum terlalu tinggi. Per hari ini kami suplai 10.000 liter sampai kondisi kekeringannya berakhir,” imbuh mantan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Buleleng ini.
Ariadi pun menekankan kepada masyarakat yang beraktivitas di sekitar lahan kosong dan juga perbatasan hutan, untuk menjaga perilaku. Terutama untuk tidak membuang puntung rokok sembarangan atau membakar sampah lalu di tinggalkan. Langkah antisipasi ini disebutnya untuk mengantisipasi kebakaran lahan yang rentan terjadi di musim kemarau panjang.
Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar mengeluarkan peringatan dini kekeringan terjadi di 14 kecamatan di Bali karena sudah tidak turun hujan hingga 123 hari. "Waspada kekeringan di wilayah Bali bagian utara dan timur," kata Koordinator Bidang Data dan Informasi BBMKG Wilayah III Denpasar, I Nyoman Gede Wiryajaya di Denpasar, Senin kemarin.
Ia menjelaskan peringatan dini kekeringan di 14 kecamatan tersebut tersebar di lima kabupaten yakni Buleleng, Tabanan, Bangli, Karangasem dan Badung. Ia merinci untuk di Kabupaten Buleleng memiliki sebaran kekeringan yang paling banyak yakni di Kecamatan Banjar, Buleleng, Busungbiu, Gerokgak, Kubutambahan, Sawan, Seririt, Sukasada, dan Tejakula.
Kemudian di Kabupaten Tabanan di Kecamatan Pupuan, Kabupaten Bangli di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Karangasem di Rendang dan Kubu serta Kabupaten Badung di Kecamatan Petang. Ada pun Kecamatan Kubu memegang rekor tidak ada hujan selama 123 hari, kemudian di Tejakula dan Sukasada selama 70 hari.
BBMKG memasukkan Kecamatan Kubu dan seluruh wilayah Kabupaten Buleleng dalam kategori awas kekeringan, sedangkan kategori waspada di Pupuan, Petang, Kintamani dan Rendang. Secara umum, lanjut dia, hari tanpa hujan di Bali berada pada kategori sangat pendek yakni satu hingga lima hari tidak turun hujan hingga kategori kekeringan ekstrem.
Meski sudah masuk puncak musim kemarau di Bali, namun BBMKG memperkirakan masih berpeluang terjadi hujan di beberapa titik di Pulau Dewata. Namun, distribusi curah hujan di Bali secara umum terbilang rendah yakni antara 0-14 milimeter per 10 hari/dasarian. BBMKG memperkirakan sejumlah kecamatan di Bali masih berpeluang hujan pada 11-20 September 2023 yakni di Kabupaten Tabanan yakni di Selemadeg, Penebel, Marga, kemudian Kabupaten Badung di Abiansemal, Mengwi.
Selanjutnya di Kabupaten Gianyar di Tegalalang, Tampaksiring, kemudian di Kabupaten Bangli di Susut, Tembuku, Bangli, di Kabupaten Klungkung di Kecamatan Klungkung, Banjarangkan, Dawan, dan di Kabupaten Karangasem di Rendang, Bebandem, Selat, Sidemen, dan Manggis. 7 k23, ant
“Kita harus tetap waspada terkait potensi kekeringan ekstrim di Buleleng ini. Seluruh warga kami harap bijaksana dalam menggunakan air bersih agar lebih efisien,” terang Ariadi. BPBD Buleleng secara rutin setiap tahun selalu memberikan pelayanan suplai air bersih kepada masyarakat yang mengalami krisis. Biasanya suplai air bersih dimohon oleh pemerintah desanya. Selain menyiapkan satu truk tangki air, BPBD Buleleng juga dibantu oleh Perumda Air Minum Tirta Hita Buleleng, Palang Merah Indonesia (PMI) dan juga dari TNI/Polri.
“Sejauh ini sudah ada yang memohon pasokan air kemarin Desa Selat, Kecamatan Sukasada, Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar. Hanya saja intensitasnya belum terlalu tinggi. Per hari ini kami suplai 10.000 liter sampai kondisi kekeringannya berakhir,” imbuh mantan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Buleleng ini.
Ariadi pun menekankan kepada masyarakat yang beraktivitas di sekitar lahan kosong dan juga perbatasan hutan, untuk menjaga perilaku. Terutama untuk tidak membuang puntung rokok sembarangan atau membakar sampah lalu di tinggalkan. Langkah antisipasi ini disebutnya untuk mengantisipasi kebakaran lahan yang rentan terjadi di musim kemarau panjang.
Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar mengeluarkan peringatan dini kekeringan terjadi di 14 kecamatan di Bali karena sudah tidak turun hujan hingga 123 hari. "Waspada kekeringan di wilayah Bali bagian utara dan timur," kata Koordinator Bidang Data dan Informasi BBMKG Wilayah III Denpasar, I Nyoman Gede Wiryajaya di Denpasar, Senin kemarin.
Ia menjelaskan peringatan dini kekeringan di 14 kecamatan tersebut tersebar di lima kabupaten yakni Buleleng, Tabanan, Bangli, Karangasem dan Badung. Ia merinci untuk di Kabupaten Buleleng memiliki sebaran kekeringan yang paling banyak yakni di Kecamatan Banjar, Buleleng, Busungbiu, Gerokgak, Kubutambahan, Sawan, Seririt, Sukasada, dan Tejakula.
Kemudian di Kabupaten Tabanan di Kecamatan Pupuan, Kabupaten Bangli di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Karangasem di Rendang dan Kubu serta Kabupaten Badung di Kecamatan Petang. Ada pun Kecamatan Kubu memegang rekor tidak ada hujan selama 123 hari, kemudian di Tejakula dan Sukasada selama 70 hari.
BBMKG memasukkan Kecamatan Kubu dan seluruh wilayah Kabupaten Buleleng dalam kategori awas kekeringan, sedangkan kategori waspada di Pupuan, Petang, Kintamani dan Rendang. Secara umum, lanjut dia, hari tanpa hujan di Bali berada pada kategori sangat pendek yakni satu hingga lima hari tidak turun hujan hingga kategori kekeringan ekstrem.
Meski sudah masuk puncak musim kemarau di Bali, namun BBMKG memperkirakan masih berpeluang terjadi hujan di beberapa titik di Pulau Dewata. Namun, distribusi curah hujan di Bali secara umum terbilang rendah yakni antara 0-14 milimeter per 10 hari/dasarian. BBMKG memperkirakan sejumlah kecamatan di Bali masih berpeluang hujan pada 11-20 September 2023 yakni di Kabupaten Tabanan yakni di Selemadeg, Penebel, Marga, kemudian Kabupaten Badung di Abiansemal, Mengwi.
Selanjutnya di Kabupaten Gianyar di Tegalalang, Tampaksiring, kemudian di Kabupaten Bangli di Susut, Tembuku, Bangli, di Kabupaten Klungkung di Kecamatan Klungkung, Banjarangkan, Dawan, dan di Kabupaten Karangasem di Rendang, Bebandem, Selat, Sidemen, dan Manggis. 7 k23, ant
1
Komentar