Buleleng Jadi Percontohan Program Agribisnis Hortikultura
SINGGARAJA, NusaBali - Kabupaten Buleleng menjadi salah satu kabupaten di Indonesia yang terpilih menjadi percontohan program Close Loop Agribisnis Hortikultura Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi sektor pertanian, serta menjamin ketersediaan pangan dan stabilitas harga.
Salah satu lokasi percontohan program ini berada di Subak Lanyahan, Desa Bila, Kecamatan Kubutambahan. Di lahan seluas 60 are, petani setempat menanam bawang merah dan cabai rawit dengan sistem tumpang sari. Hasil panen perdana dari lahan tersebut, Rabu (13/9) sore, menunjukkan hasil yang cukup memuaskan. Cabai rawit yang dipanen memiliki ukuran yang besar dan rasa yang pedas. Begitu juga bawang merah memiliki kualitas yang bagus.
Salah satu lokasi percontohan program ini berada di Subak Lanyahan, Desa Bila, Kecamatan Kubutambahan. Di lahan seluas 60 are, petani setempat menanam bawang merah dan cabai rawit dengan sistem tumpang sari. Hasil panen perdana dari lahan tersebut, Rabu (13/9) sore, menunjukkan hasil yang cukup memuaskan. Cabai rawit yang dipanen memiliki ukuran yang besar dan rasa yang pedas. Begitu juga bawang merah memiliki kualitas yang bagus.
Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Hortikultura Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Yuli Sri Wilanti mengatakan, program Close Loop Agribisnis Hortikultura memberikan berbagai manfaat bagi petani. Mulai dari akses bibit, pupuk, pendampingan, hingga akses pasar.
Program Close Loop Agribisnis Hortikultura ini sudah berjalan di 18 kabupaten di Indonesia yang ada di Pulau Jawa, Sumatra, NTT dan Bali. Khusus untuk Bali program percontohannya ada di Kabupaten Buleleng dan Tabanan. "Program ini bagaimana agar petani memiliki kepastian pasar dan kepastian harga, untuk memastikan produksi mereka berkelanjutan," kata Yuli.
Kelian Subak Lanyahan Ketut Wirasa mengatakan, uji coba penanaman bawang dan cabai ini baru pertama kali dilakukan di subaknya. Biasanya, anggota subaknya hanya menanam padi pada triwulan I dan II. Sedangkan pada triwulan III memasuki musim kemarau, lahan mereka ditanami palawija. "Hasilnya ternyata bagus, tentu ini jadi pertimbangan kami menanam lagi kedepannya," kata Wirasa.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta mengatakan tanaman hortikultura yang dipilih untuk dikembangkan adalah komoditas pemicu inflasi, seperti bawang merah dan cabai. Sumiarta menyebut Buleleng dengan luas wilayah sepertiga Pulau Bali memiliki potensi besar untuk pengembangan tanaman hortikultura. “Luasan tanam cabai rawit merah dan bawang merah di Kecamatan Kubutambahan saja mencapai 150 hektare,” ujarnya.
Secara umum, lanjut Sumiarta, ketersediaan lahan cabai rawit dan bawang merah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dalam daerah. Hanya saja kadang terganggu karena faktor alam yang membuat petani gagal panen.
Di tempat yang sama Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali Gusti Ayu Diah Utari juga mengungkapkan program kolaborasi ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi sektor pertanian. Menurutnya dengan program kemitraan yang dibangun dengan offtaker yang bisa mengambil langsung produk petani, memberikan jaminan pasar petani yang lebih berkesinambungan.
“Dengan jaminan pasar petani bisa meningkatkan produksi mereka. Jadi harapannya harga bisa terkendali, inflasi juga bisa dikendalikan,” kata Diah. 7k23
1
Komentar