Luhut Minta Percepatan Proyek LRT Bali
Pengembangan layanan transportasi massal sangat mendesak di Bali, karena pada 2027 jalanan di Kuta dan sekitarnya diperkirakan tidak akan dapat menampung jumlah kunjungan melalui bandara.
DENPASAR, NusaBali
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) Luhut Binsar Pandjaitan meminta Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mempercepat proses penyiapan pembiayaan untuk BLN (Bantuan Luar Negeri) dan mendorong agar feasibility study (FS) proyek LRT (Light Rail Transit) di Bali dapat segera rampung.
Hal itu mengemuka saat Pemerintah Provinsi Bali mengadakan pertemuan dengan Menko Luhut di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura Kura Bali, Kelurahan Serangan, Denpasar Selatan, Jumat (15/9/2023). Dalam kesempatan tersebut dibahas mengenai perkembangan proyek LRT (Light Rail Transit) yang rencananya dibangun di kawasan wisata Kuta.
Pertemuan yang dihadiri Penjabat (Pj) Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya, Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Bali I Gede Wayan Samsi Gunarta, dan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Bali I Wayan Wiasthana Ika Putra, mengungkap sejumlah kendala yang masih dihadapi proyek kereta pertama di Bali tersebut.
Samsi menyatakan dalam pertemuan tersebut dia menyampaikan bahwa FS saat ini masih sedang dilakukan oleh pihak Korean National Railway (KNR). Sayangnya konsultan dari Korea Selatan belum ada yang tertarik dengan lelang pembangunan LRT ini, sehingga FS LRT di Bali tersebut menjadi terhambat. Alhasil, proyek tersebut saat ini masih berupa studi dan kajian.
“Konsultannya belum ada, jadi FS masih dalam proses,” ujar Samsi, Sabtu (16/9).
Dia mengungkapkan, Kemenkomarves masih mendukung proyek transportasi massal LRT di Bali. Pengembangan layanan transportasi massal sangat mendesak dilakukan di Bali lantaran pada 2027 jalanan di kawasan wisata Kuta dan sekitarnya diperkirakan tidak akan dapat menampung lagi jumlah kunjungan ke Pulau Dewata melalui Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Tuban, Kecamatan Kuta, Badung.
Samsi memperkirakan pada saat itu Bandara Ngurah Rai akan melayani 25 juta penumpang dalam setahun. Dengan jumlah orang yang masuk Bali sebanyak itu, jalanan di sekitar bandara akan macet total jika tidak didukung transportasi massal yang berjalan baik.
Samsi mengatakan, dengan jumlah penduduk dan kunjungan yang terus bertambah, Bali mesti segera mengembangkan sistem transportasi modern.
Karenanya, Menko Luhut meminta agar proyek ini dapat dilakukan percepatan karena pembangunannya nanti akan memakan waktu yang tidak sedikit.
“Akses darat sulit dikembangkan. Beliau (Menko Luhut) meminta agar proses pembangunan LRT supaya dipercepat,” ujar Samsi.
Samsi berharap tahun ini hasil studi kelayakan sudah keluar. Dia mengungkapkan, setidaknya butuh waktu 2-3 tahun untuk menyelesaikan dua fase LRT di Bali.
Pada Jumat (15/9), Pj Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya juga menerima kunjungan Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Lee Sang-deok di Jayasabha, Denpasar. Dalam kunjungan tersebut, Lee Sang-deok mengatakan bahwa Pemerintah Korea Selatan tertarik mewujudkan proyek LRT pertama di Bali. Bali menurut Lee merupakan salah satu tujuan pariwisata terbaik dunia. Selain itu, Bali menjadi destinasi honeymoon bagi warga Korea Selatan.
Sebelumnya, Gubernur Bali Wayan Koster pada Rabu (12/7/2023), mengatakan proses studi kelayakan (feasibility study) saat ini masih dilakukan oleh pihak Korean National Railway (KNR). Dia meminta masyarakat bersabar menunggu hasil studi demi kelancaran proyek yang diperkirakan memerlukan pendanaan Rp 10 triliun ini.
Dikatakannya, pengembangan transportasi berbasis kereta di Bali harus dilakukan untuk mengatasi kemacetan yang hampir setiap hari terjadi di kawasan wisata Kuta hingga Canggu, Badung. Sementara upaya memperlebar jalan di wilayah tersebut sulit dilakukan karena padatnya jumlah penduduk.
“Lihat sekarang, Kuta, Canggu, Seminyak, Legian macet total. Pelebaran jalan sudah tidak bisa, (membuat jalan) ke atas tidak bisa, mau ke mana lagi sudah seperti itu macetnya,” ujarnya.
Gubernur Koster menegaskan rute awal LRT Bali akan mencakup fase 1-A Bandara Ngurah Rai – Sentral Parkir Kuta lanjut fase 1-B Sentral Parkir Kuta menuju Seminyak. Total panjang kedua fase tersebut 9,46 kilometer. Nantinya kedua fase ini akan terus berkembang menuju kawasan Canggu.
“Rutenya dari Ngurah Rai ke Sentral Parkir kemudian ke Seminyak tiga titik kemudian akan dikembangkan ke Canggu,” jelasnya.
Anggota DPR RI tiga periode berharap skema pendanaan nantinya akan lebih banyak bersumber dari investasi. Namun, kembali hal itu banyak bergantung dari hasil studi kelayakan.
Mengenai lajur yang akan digunakan LRT Bali, Samsi menuturkan hal itu masih menunggu hasil kajian. Dia menjelaskan ada sejumlah alternatif seperti pembangunan lajur bawah tanah, di atas permukaan tanah, hingga membangun lajur di atas jembatan layang.
“Ada kekuatan dan lemahnya masing-masing. Pertama, dari sisi biaya di bawah tanah itu mahal, kemudian nanti di atas tanah menggunakan elevasi juga lumayan tinggi biayanya walaupun tidak semahal terowongan. Yang murah itu di permukaan tanah, tapi kalau di permukaan tanah dia akan memotong traffic dan kereta api ini adalah priority sesuai peraturan pemerintah,” kata Samsi, Rabu (7/6/2023).
Hasil kajian juga akan menentukan bentuk penganggaran kereta pertama di Bali. Biaya yang dibutuhkan diperkirakan mencapai Rp 10 triliun. Sejumlah kemungkinan pembiayaan LRT Bali, sebut Samsi, bisa berasal dari konsorsium perusahaan nasional hingga didanai oleh pemerintah. Samsi mengatakan jika jangka waktu pengembalian investasi terlalu lama, kemungkinan swasta juga akan mundur. Sebaliknya jika swasta menginginkan pengembalian investasi lebih cepat, maka biaya tersebut tentunya akan dibebankan kepada para pengguna layanan. 7 cr78
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) Luhut Binsar Pandjaitan meminta Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mempercepat proses penyiapan pembiayaan untuk BLN (Bantuan Luar Negeri) dan mendorong agar feasibility study (FS) proyek LRT (Light Rail Transit) di Bali dapat segera rampung.
Hal itu mengemuka saat Pemerintah Provinsi Bali mengadakan pertemuan dengan Menko Luhut di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura Kura Bali, Kelurahan Serangan, Denpasar Selatan, Jumat (15/9/2023). Dalam kesempatan tersebut dibahas mengenai perkembangan proyek LRT (Light Rail Transit) yang rencananya dibangun di kawasan wisata Kuta.
Pertemuan yang dihadiri Penjabat (Pj) Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya, Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Bali I Gede Wayan Samsi Gunarta, dan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Bali I Wayan Wiasthana Ika Putra, mengungkap sejumlah kendala yang masih dihadapi proyek kereta pertama di Bali tersebut.
Samsi menyatakan dalam pertemuan tersebut dia menyampaikan bahwa FS saat ini masih sedang dilakukan oleh pihak Korean National Railway (KNR). Sayangnya konsultan dari Korea Selatan belum ada yang tertarik dengan lelang pembangunan LRT ini, sehingga FS LRT di Bali tersebut menjadi terhambat. Alhasil, proyek tersebut saat ini masih berupa studi dan kajian.
“Konsultannya belum ada, jadi FS masih dalam proses,” ujar Samsi, Sabtu (16/9).
Dia mengungkapkan, Kemenkomarves masih mendukung proyek transportasi massal LRT di Bali. Pengembangan layanan transportasi massal sangat mendesak dilakukan di Bali lantaran pada 2027 jalanan di kawasan wisata Kuta dan sekitarnya diperkirakan tidak akan dapat menampung lagi jumlah kunjungan ke Pulau Dewata melalui Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Tuban, Kecamatan Kuta, Badung.
Samsi memperkirakan pada saat itu Bandara Ngurah Rai akan melayani 25 juta penumpang dalam setahun. Dengan jumlah orang yang masuk Bali sebanyak itu, jalanan di sekitar bandara akan macet total jika tidak didukung transportasi massal yang berjalan baik.
Samsi mengatakan, dengan jumlah penduduk dan kunjungan yang terus bertambah, Bali mesti segera mengembangkan sistem transportasi modern.
Karenanya, Menko Luhut meminta agar proyek ini dapat dilakukan percepatan karena pembangunannya nanti akan memakan waktu yang tidak sedikit.
“Akses darat sulit dikembangkan. Beliau (Menko Luhut) meminta agar proses pembangunan LRT supaya dipercepat,” ujar Samsi.
Samsi berharap tahun ini hasil studi kelayakan sudah keluar. Dia mengungkapkan, setidaknya butuh waktu 2-3 tahun untuk menyelesaikan dua fase LRT di Bali.
Pada Jumat (15/9), Pj Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya juga menerima kunjungan Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Lee Sang-deok di Jayasabha, Denpasar. Dalam kunjungan tersebut, Lee Sang-deok mengatakan bahwa Pemerintah Korea Selatan tertarik mewujudkan proyek LRT pertama di Bali. Bali menurut Lee merupakan salah satu tujuan pariwisata terbaik dunia. Selain itu, Bali menjadi destinasi honeymoon bagi warga Korea Selatan.
Sebelumnya, Gubernur Bali Wayan Koster pada Rabu (12/7/2023), mengatakan proses studi kelayakan (feasibility study) saat ini masih dilakukan oleh pihak Korean National Railway (KNR). Dia meminta masyarakat bersabar menunggu hasil studi demi kelancaran proyek yang diperkirakan memerlukan pendanaan Rp 10 triliun ini.
Dikatakannya, pengembangan transportasi berbasis kereta di Bali harus dilakukan untuk mengatasi kemacetan yang hampir setiap hari terjadi di kawasan wisata Kuta hingga Canggu, Badung. Sementara upaya memperlebar jalan di wilayah tersebut sulit dilakukan karena padatnya jumlah penduduk.
“Lihat sekarang, Kuta, Canggu, Seminyak, Legian macet total. Pelebaran jalan sudah tidak bisa, (membuat jalan) ke atas tidak bisa, mau ke mana lagi sudah seperti itu macetnya,” ujarnya.
Gubernur Koster menegaskan rute awal LRT Bali akan mencakup fase 1-A Bandara Ngurah Rai – Sentral Parkir Kuta lanjut fase 1-B Sentral Parkir Kuta menuju Seminyak. Total panjang kedua fase tersebut 9,46 kilometer. Nantinya kedua fase ini akan terus berkembang menuju kawasan Canggu.
“Rutenya dari Ngurah Rai ke Sentral Parkir kemudian ke Seminyak tiga titik kemudian akan dikembangkan ke Canggu,” jelasnya.
Anggota DPR RI tiga periode berharap skema pendanaan nantinya akan lebih banyak bersumber dari investasi. Namun, kembali hal itu banyak bergantung dari hasil studi kelayakan.
Mengenai lajur yang akan digunakan LRT Bali, Samsi menuturkan hal itu masih menunggu hasil kajian. Dia menjelaskan ada sejumlah alternatif seperti pembangunan lajur bawah tanah, di atas permukaan tanah, hingga membangun lajur di atas jembatan layang.
“Ada kekuatan dan lemahnya masing-masing. Pertama, dari sisi biaya di bawah tanah itu mahal, kemudian nanti di atas tanah menggunakan elevasi juga lumayan tinggi biayanya walaupun tidak semahal terowongan. Yang murah itu di permukaan tanah, tapi kalau di permukaan tanah dia akan memotong traffic dan kereta api ini adalah priority sesuai peraturan pemerintah,” kata Samsi, Rabu (7/6/2023).
Hasil kajian juga akan menentukan bentuk penganggaran kereta pertama di Bali. Biaya yang dibutuhkan diperkirakan mencapai Rp 10 triliun. Sejumlah kemungkinan pembiayaan LRT Bali, sebut Samsi, bisa berasal dari konsorsium perusahaan nasional hingga didanai oleh pemerintah. Samsi mengatakan jika jangka waktu pengembalian investasi terlalu lama, kemungkinan swasta juga akan mundur. Sebaliknya jika swasta menginginkan pengembalian investasi lebih cepat, maka biaya tersebut tentunya akan dibebankan kepada para pengguna layanan. 7 cr78
Komentar