Dulang Batok Khas Desa Petandakan, Usaha Kreatif Beromzet Puluhan Juta Rupiah
SINGARAJA, NusaBali.com - Gede Merta Sariada, seorang perajin dulang batok khas Desa Petandakan, Kabupaten Buleleng, Bali, berhasil bangkit dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19. Usahanya yang sempat mengalami penurunan omzet hingga 50 persen, kini kembali meraup omzet puluhan juta rupiah per bulan.
Gede Merta memulai usahanya sejak tahun 1997. Dulunya, usaha yang awalnya dirintis oleh kakeknya hanya membuat mebel berbahan kayu kelapa. Saat itu, usaha mebel berbahan kayu kelapa di ‘Nyiur Indah’ Jalan Pulau Menjangan, Banjar Pondok Desa Petandakan, Kabupaten Buleleng, mempekerjakan tiga karyawan.
Namun, pada tahun 2007, Gede Merta mulai berinovasi dengan membuat dulang batok dengan ciri khas tersendiri, yaitu berbahan dasar pohon mangga dan bermotif batok kelapa.
“Saya memilih menggunakan kayu dari pohon mangga karena memiliki tekstur kayu yang lebih kuat,” ungkapnya. Alasan itulah yang menjadikan kerajinan miliknya memiliki ketahanan dengan jangka waktu yang panjang.
Diakui Gede Merta pembuatan dulang dan bokor yang dia buat melalui proses yang rumit dan cukup lama dan terdiri dari berapa tahapan proses produksi yang harus mempunyai keterampilan khusus.
Mulai mengumpulkan bahan kayu, proses pembuatan dulang dan bokor, pengobatan meredam bokor agar tidak mudah dimakan rayap, oven, pengamplasan dan terakhir finishing.
Usaha dulang batok Gede Merta pun langsung sukses. Orderan dan pesanan banyak berdatangan dari berbagai daerah di Bali. Namun, kesuksesan itu tidak bertahan lama. Pandemi Covid-19 yang melanda dunia pada tahun 2020 juga berdampak pada usaha Gede Merta. Omzetnya menurun drastis hingga 50 persen.
Meski begitu, Gede Merta tidak menyerah. Ia terus berjuang untuk mempertahankan usahanya. Ia juga terus berinovasi untuk meningkatkan kualitas produknya.
Kini, usaha dulang batok Gede Merta kembali bangkit. Omzetnya sudah kembali normal, bahkan meningkat hingga 20 persen. Gede Merta berharap, usahanya ini bisa terus berkembang dan menjadi salah satu produk unggulan khas Desa Petandakan.
Selain pembuatan dulang batok, masih banyak kerajinan yang dihasilkan oleh tangan kreatifnya seperti kerajinan tempat lampu, bokor, sangku dan yang lainnya. Tentunya dengan ciri khas tersendiri dengan menggunakan motif atau variasi batok kelapa. Harganya pun relatif terjangkau kisaran harga mulai dari Rp 35.000 hingga Rp 1 jutaan.
Namun usaha dulang batok ini hanya bersifat lokalan saja. Mengingat produk tersebut mayoritas digunakan oleh umat Hindu di Bali. "Pesanannya hanya di daerah Bali saja, karena mayoritas masyarakat Hindu menggunakannya. Namun ada juga yang pesan dari Lampung juga," jelas Gede Werta dikutip laman Pemkab Buleleng.
Untuk pemasarannya, Gede Merta hanya menjajakan produknya di kediamannya dan lewat media sosial dengan alamat Nyiur Indah Singaraja. Namun kerap juga menerima servis dulang dan sistem ambil lalu dijual untuk memberikan peluang bagi warganya mencari pundi-pundi rupiah.
Sementara itu Perbekel Desa Petandakan Wayan Joni Arianto mengapresiasi usaha yang digeluti warganya tersebut. Selain menjadi salah satu produk unik khas desa, usaha ini juga secara tidak langsung menampung beberapa warga desa untuk mendapat pekerjaan.
Sebagai bentuk perhatian dari pihak desa, Joni senantiasa bersama aparat desa selalu memberi dukungan dengan cara membantu mempromosikan produk batok kelapa ini disetiap event di tingkat desa, kabupaten maupun di provinsi.
"Setiap ada event kami akan ajak pelaku usaha ini. Sehingga saat ini produk dulang batok ini mulai dikenal hampir diseluruh Bali karena memilki keunikan tersendiri," jelasnya.
Mekel Joni menuturkan bahwa saat ini, Desa Petandakan memilik 3 kelompok usaha yang menekuni dulang batok ini, dimana Gede Merta Sariada menjadi pelopor utamanya. Diharapkan, di Desa Petandakan, para generasi muda bisa menjaga dan melestarikan produk khas desa ini guna mewujudkan one village one product.
"Itu yang akan kita dikembangkan dan lestarikan. Semoga masyarakat kami mampu menjaga dan melestarikan produk unik cikal bakal khas Desa Petandakan ini," pungkasnya.
Kisah Gede Merta Sariada adalah inspirasi bagi para pelaku UMKM. Meski mengalami pasang surut, ia tidak menyerah dan terus berjuang untuk mempertahankan usahanya. Dengan kerja keras dan inovasi, ia berhasil bangkit dari keterpurukan dan meraih kesuksesan.
1
Komentar