MOL dan BWC Bersihkan Sampah Laut di Tanjung Benoa
MANGUPURA, NusaBali - Perusahaan perkapalan Mitsui OSK Lines, Ltd (MOL) menggandeng Bali Waste Cycle (BWC) menggelar bersih-bersih sampah di tengah laut Tanjung Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, menggunakan kapal pengumpul sampah. Kegiatan bersih-bersih ini dalam rangka memperingati Hari Bersih-bersih Sedunia (World Cleanup Day).
President Director PT MOL Indonesia Hiraku Sato di Kabupaten Badung, Minggu (17/9) mengatakan meskipun Bali memiliki lingkungan alam yang beragam, namun masalah sampah lautnya juga serius. “Melalui kegiatan ini bertujuan untuk menciptakan kesadaran dan mengingatkan kepada masyarakat dan semua pihak untuk bersama-sama menjaga kebersihan laut untuk keberlangsungan kehidupan laut,” ujar seperti dilansir Antara.
Pengoperasian kapal MOL untuk pembersihan sampah itu dinilai sebagai komitmen perusahaan yang mengembangkan berbagai bisnis infrastruktur sosial. Selain bisnis pelayaran tradisional, juga untuk pelestarian lingkungan, dengan teknologi dan layanan inovatif. “Kami mengantisipasi inisiatif ini untuk memberikan kontribusi, khususnya terhadap realisasi lingkungan, konservasi laut dan lingkungan global,” ujarnya.
Kapal berkapasitas 3 meter kubik/jam itu mengambil sampah di laut dan kemudian dibawa ke darat yang selanjutnya dibawa ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) 3R Panca Lestari. Sampah-sampah itu selanjutnya dipilah dan dilakukan pengolahan.
MOL Group telah menempatkan konservasi lingkungan laut sebagai isu utama dalam visi lingkungan dan juga terlibat dalam kegiatan konservasi laut melalui pembersihan pantai. Selain itu, juga proyek restorasi dan konservasi mangrove di Indonesia serta pengembangan alat pengumpul mikro plastik laut.
Sementara itu, Bendesa Adat Tanjung Benoa I Made Wijaya, mengatakan penanganan sampah dengan kapal seperti kapal MOL ini sangat memberi manfaat dan semangat warganya dalam menjaga kebersihan lingkungan. Dia menginginkan kegiatan seperti itu tidak hanya satu atau dua hari dilakukan tetapi bisa secara berkala. Pihaknya berharap ada dukungan dari pemerintah, baik tingkat kabupaten, provinsi maupun pusat.
“Kalau bisa dari Bapak Gubernur, bagaimana pantai ini harus dijaga bersama. Saat angin barat, angin timur, sampah-sampah yang datang dibawa arus itu harus dibersihkan di tengah laut,” ujarnya.
Saat angin barat, lanjut Wijaya, ribuan kubik sampah bisa mengumpul di pesisir. Bahkan alat yang dikerahkan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Badung kewalahan karena banyaknya sampah-sampah itu. “Kalau bisa tangani di tengah laut kan bisa berkurang (sampah-sampah musiman, Red),” kata Wijaya.
Direktur BWC Olivia Anastasia Padang, mengatakan sampah telah menjadi permasalahan dan ancaman yang serius untuk keberlangsungan lingkungan yang sehat. Bukan saja di darat, namun kini sampah telah mencemari lautan dan mengganggu keberlangsungan kehidupan laut. “Sampah laut bersifat lintas batas, berpindah dari satu wilayah ke wilayah yang lain karena dibawa oleh arus air,” ujarnya.
Di Bali, lanjut dia, pantai-pantai bagian selatan seperti Pantai Kuta dan Tanjung Benoa hampir dipastikan setiap musim selalu mendapat sampah kiriman. Hal ini tentu berdampak pada aktivitas di laut, apalagi Bali sebagai destinasi wisata dunia.
Bukan itu saja, sampah plastik akan mengambang di permukaan laut, sehingga berkontribusi terhadap peningkatan mikroplastik partikel yang semakin memprihatinkan. Untuk itu, Olivia Anastasia Padang berterima kasih dengan adanya teknologi seperti yang dimiliki olah kapal pembersih sampah milik MOL itu. “Teknologi seperti ini sangat dibutuhkan,” ujarnya. 7 ant
Pengoperasian kapal MOL untuk pembersihan sampah itu dinilai sebagai komitmen perusahaan yang mengembangkan berbagai bisnis infrastruktur sosial. Selain bisnis pelayaran tradisional, juga untuk pelestarian lingkungan, dengan teknologi dan layanan inovatif. “Kami mengantisipasi inisiatif ini untuk memberikan kontribusi, khususnya terhadap realisasi lingkungan, konservasi laut dan lingkungan global,” ujarnya.
Kapal berkapasitas 3 meter kubik/jam itu mengambil sampah di laut dan kemudian dibawa ke darat yang selanjutnya dibawa ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) 3R Panca Lestari. Sampah-sampah itu selanjutnya dipilah dan dilakukan pengolahan.
MOL Group telah menempatkan konservasi lingkungan laut sebagai isu utama dalam visi lingkungan dan juga terlibat dalam kegiatan konservasi laut melalui pembersihan pantai. Selain itu, juga proyek restorasi dan konservasi mangrove di Indonesia serta pengembangan alat pengumpul mikro plastik laut.
Sementara itu, Bendesa Adat Tanjung Benoa I Made Wijaya, mengatakan penanganan sampah dengan kapal seperti kapal MOL ini sangat memberi manfaat dan semangat warganya dalam menjaga kebersihan lingkungan. Dia menginginkan kegiatan seperti itu tidak hanya satu atau dua hari dilakukan tetapi bisa secara berkala. Pihaknya berharap ada dukungan dari pemerintah, baik tingkat kabupaten, provinsi maupun pusat.
“Kalau bisa dari Bapak Gubernur, bagaimana pantai ini harus dijaga bersama. Saat angin barat, angin timur, sampah-sampah yang datang dibawa arus itu harus dibersihkan di tengah laut,” ujarnya.
Saat angin barat, lanjut Wijaya, ribuan kubik sampah bisa mengumpul di pesisir. Bahkan alat yang dikerahkan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Badung kewalahan karena banyaknya sampah-sampah itu. “Kalau bisa tangani di tengah laut kan bisa berkurang (sampah-sampah musiman, Red),” kata Wijaya.
Direktur BWC Olivia Anastasia Padang, mengatakan sampah telah menjadi permasalahan dan ancaman yang serius untuk keberlangsungan lingkungan yang sehat. Bukan saja di darat, namun kini sampah telah mencemari lautan dan mengganggu keberlangsungan kehidupan laut. “Sampah laut bersifat lintas batas, berpindah dari satu wilayah ke wilayah yang lain karena dibawa oleh arus air,” ujarnya.
Di Bali, lanjut dia, pantai-pantai bagian selatan seperti Pantai Kuta dan Tanjung Benoa hampir dipastikan setiap musim selalu mendapat sampah kiriman. Hal ini tentu berdampak pada aktivitas di laut, apalagi Bali sebagai destinasi wisata dunia.
Bukan itu saja, sampah plastik akan mengambang di permukaan laut, sehingga berkontribusi terhadap peningkatan mikroplastik partikel yang semakin memprihatinkan. Untuk itu, Olivia Anastasia Padang berterima kasih dengan adanya teknologi seperti yang dimiliki olah kapal pembersih sampah milik MOL itu. “Teknologi seperti ini sangat dibutuhkan,” ujarnya. 7 ant
1
Komentar