Petani Cengkih Perangi Jamur Akar Putih
Meskipun penanganan rutin dilakukan setiap tahunnya, hanya dapat mengubah tingkat serangan dari tinggi, menjadi sedang dan rendah.
SINGARAJA, NusaBali
Di tengah hasil panen merosot tahun ini, petani cengkih di Buleleng dihadapkan persoalan serangan Jamur Akar Putih (JAP). Bahkan dari 7.763 hektare luasan lahan cengkih di Buleleng, 60 persennya masih terjangkit JAP.
Persoalan JAP, salah satu organisme pengganggu tanaman (OPT), masih menjadi masalah klasik petani cengkih di Buleleng. Serangan JAP masih sering kali diabaikan petani saat awal serangan. Petani seringkali baru sadar ketika melihat tanaman cengkihnya mengering dan meranggas.
Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Buleleng Made Agus Adnyana menyebut JAP merupakan OPT yang secara alami ada di sekitar tanaman cengkih. Serangannya sebenarnya dapat dihentikan dengan memberikan pupuk organik yang cukup pada tanaman cengkih. Namun serangannya JAP akan semakin massif, jika pemeliharaan tanaman dan suplai pupuk tidak maksimal.
“Serangan JAP tahun ini masih berkisar 60 persen dari luas total cengkih di Buleleng. Namun serangannya sudah di tingkat sedang dan rendah. Sudah ada hasil dari upaya selama ini, meskipun tidak sepenuhnya hilang,” kata Agus Adnyana.
Setiap tahun pemerintah pun rutin mengagendakan program Pengendalian Hama Terpadu (PHT) OPT JAP. Sejumlah anggaran dikucurkan dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan juga Pemerintah Kabupaten Buleleng. Tahun ini saja, ada 375 hektare lahan cengkih di berbagai daerah di Buleleng yang mendapatkan program PHT OPT. Mulai dari bantuan pestisida nabati, penerapan PHT OPT, hingga pembinaan pengendalian OPT Cengkih.
Menurutnya penanganan tanaman cengkih yang sudah terserang JAP, tidak bisa disembuhkan dalam satu kali treatment. Petani disebut harus lebih telaten merawat tanaman cengkihnya dengan pengendalian dan juga pemupukan yang baik. 7k23
Di tengah hasil panen merosot tahun ini, petani cengkih di Buleleng dihadapkan persoalan serangan Jamur Akar Putih (JAP). Bahkan dari 7.763 hektare luasan lahan cengkih di Buleleng, 60 persennya masih terjangkit JAP.
Persoalan JAP, salah satu organisme pengganggu tanaman (OPT), masih menjadi masalah klasik petani cengkih di Buleleng. Serangan JAP masih sering kali diabaikan petani saat awal serangan. Petani seringkali baru sadar ketika melihat tanaman cengkihnya mengering dan meranggas.
Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Buleleng Made Agus Adnyana menyebut JAP merupakan OPT yang secara alami ada di sekitar tanaman cengkih. Serangannya sebenarnya dapat dihentikan dengan memberikan pupuk organik yang cukup pada tanaman cengkih. Namun serangannya JAP akan semakin massif, jika pemeliharaan tanaman dan suplai pupuk tidak maksimal.
“Serangan JAP tahun ini masih berkisar 60 persen dari luas total cengkih di Buleleng. Namun serangannya sudah di tingkat sedang dan rendah. Sudah ada hasil dari upaya selama ini, meskipun tidak sepenuhnya hilang,” kata Agus Adnyana.
Setiap tahun pemerintah pun rutin mengagendakan program Pengendalian Hama Terpadu (PHT) OPT JAP. Sejumlah anggaran dikucurkan dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan juga Pemerintah Kabupaten Buleleng. Tahun ini saja, ada 375 hektare lahan cengkih di berbagai daerah di Buleleng yang mendapatkan program PHT OPT. Mulai dari bantuan pestisida nabati, penerapan PHT OPT, hingga pembinaan pengendalian OPT Cengkih.
Menurutnya penanganan tanaman cengkih yang sudah terserang JAP, tidak bisa disembuhkan dalam satu kali treatment. Petani disebut harus lebih telaten merawat tanaman cengkihnya dengan pengendalian dan juga pemupukan yang baik. 7k23
1
Komentar