MENGANYAM Bambu
Ibu-ibu rumah tangga di Banjar/Dusun Songlandak, Desa Pengiangan, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli, memiliki keterampilan menganyam bambu. Salah satunya membuat besek; perabotan berbentuk segi empat sama sisi.
Fungsinya banyak. Salah satunya untuk wadah banten (sesaji). Pasca pandemi, permintaan besek meningkat. Hal karena krama Bali khususnya, sudah memungkinan menggelar upacara keagamaan secara normal. Tidak ada pembatasan orang sebagaimana waktu pandemi. Karenanya berdampak terhadap permintaan peralatannya, besek antara lain.
“Laris, makin ramai yang meminta,” ujar Ni Nengah Nurati, seorang perajin.
Ditemani Sang Ayu Puspawati, yang sesama perajin, Nengah Nurati menuturkan hal itu tentu mengembirakan. Berbeda dengan saat pandemi waktu lalu. “Ketika itu, permintaan berkurang sekali,” ungkapnya.
Kini setelah pandemi, permintaan meningkat. Berapa perajin mampu membuat tetap dibeli pengepul. Karenanya perajin bersemangat.
Namun demikian, menganyam besek tetap merupakan kerja sampingan.
“Setelah usai masak dan mengurus babi, baru menganyam,” kata Nurati diiyakan Sang Ayu Puspawati. Kata dia berternak babi dan kerja tani, merupakan pekerjaan banyak ibu rumah tangga di Songlandak.
Nengah Nurati dan Sang Ayu Puspawati mengatakan dalam sehari, mereka bisa menganyam setengah kodi, atau sekitar 20 biji.
“Cukup membantu penghasilan keluarga,” tambah Sang Ayu Puspawati.
Bahan baku bambu, didatangkan dari lingkungan sekitar. “Tidak sulit mencari bahannya. Di sekitar sini banyak. Ada warga yang menjualnya,” tambah Sang Ayu Puspawati. K17.
1
Komentar