Ganjar Diprediksi Head to Head dengan Prabowo
JAKARTA, NusaBali - Merapatnya Partai Demokrat ke Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang mendukung Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai calon presiden (capres) 2024 membuat peta politik mengalami perubahan.
Manuver Demokrat melalui kehadiran langsung (turun gunung) Ketua Majelis Tinggi Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan menciptakan pertarungan head to head antara Ganjar Pranowo dengan Prabowo.
Ketua Presidium Nasional Jaringan Kerja Akar Rumput Bersama Ganjar (Jangkar Baja) I Ketut Guna Artha alias Igat memprediksi Prabowo akan head to head dengan Ganjar. "Melihat dinamika konfigurasi terbaru koalisi partai, saya melihat semakin membuka peluang akan terjadi 'head to head" antara Ganjar Pranowo vs Prabowo Subianto," ujar Igat kepada NusaBali, Selasa (19/9).
Menurut Igat, peluang head to head mereka di Pilpres, bukan kali ini saja dia prediksi. Dia pernah pula menganalisa saat Rakernas PDI Perjuangan pada Juni 2022. Indikasinya ada beberapa hal. Misalnya, Prabowo terus berupaya meyakinkan publik sebagai bagian dari pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang saat ini mendapatkan lebih dari 80% tingkat kepercayaan publik atas keberhasilan pemerintahannya. "Artinya, Prabowo mencitrakan diri menjadi bagian dari keberhasilan itu," terang Igat.
Igat menyebutkan, tim Prabowo mengupayakan berbagai cara untuk meyakinkan publik bahwa Presiden Jokowi mendukung pencapresannya. Hal ini, dilakukan dengan wacana menawarkan Gibran Rakabuming Raka yang merupakan anak dari Presiden Jokowi sebagai cawapres. Lalu Ketum Gerindra akan diwariskan kepada Jokowi jika telah pensiun sebagai presiden.
Igat menilai, upaya itu cukup berhasil membuat sebagian kecil masyarakat percaya isu konyol tersebut. Menurut Igat, hasil riset data dari berbagai platform media sosial menunjukkan bahwa pembicaraan negatif tentang Prabowo hanya sepertiga pembicaraan negatif tentang Ganjar Pranowo di tengah sejumlah penghargaan atas prestasi kepemimpinan Ganjar sebagai Gubernur Jawa Tengah selama 10 tahun. "Penilaian negatif di medsos ini, saya melihatnya tidak organik karena memang terkesan by design. Akun-akun media sosial disiapkan untuk menciptakan narasi negatif tentang Ganjar," terang Igat.
Ditegaskan Igat, hasil berbagai lembaga survei juga menunjukkan bahwa tingkat elektabilitas capres hingga saat ini bersaing ketat antara Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. "Karena jadwal pendaftaran capres cawapres semakin dekat dan cepatnya dinamika konfigurasi peta koalisi, maka waktu akan menjawab saat jadwal pendaftaran ke KPU,” ujar Igat.
“Apakah PKS bertahan atau kembali bernostalgia dukung Prabowo Subianto seperti saat di Pilpres 2014 dan 2019. Kemudian PKB akhirnya merapat untuk dukung Ganjar Pranowo," tegas Igat.
Dalam kesempatan tersebut, Igat menyarankan agar Partai Demokrat normalisasi hubungan dengan PDIP pasca ditinggal NasDem. Lantaran mereka lebih memilih Ketum PKB, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) sebagai cawapres Anies Baswedan ketimbang Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). "Saat pernyataan SBY merespons diumumkannya Cak Imin sebagai cawapresnya Anies, Demokrat menyatakan dihianati oleh Koalisi Perubahan pada 1 September lalu. Maka, saya sarankan Demokrat bisa mulai bangun kembali komunikasi dengan PDI Perjuangan," ucap Igat.
Igat menjelaskan, ada beberapa alasan dia menyarankan hal itu. Pertama, sebelum peringatan puncak peringatan bulan Bung Karno pada Juni 2023, komunikasi politik pernah diawali dengan pertemuan AHY dan Ketua DPP PDIP Puan Maharani yang notabene adalah putri dari Ketum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri di sekitar GBK saat CFD. "Ini bisa menjadi jalan normalisasi hubungan Pak SBY dengan Ibu Megawati. Karena selama ini, publik telah mempersepsikan relasi personal antara Pak SBY dan Ibu Megawati tidak bagus pasca kompetisi Pilpres 2004. 10 tahun pemerintahan Pak SBY, PDI Perjuangan ‘setia’ sebagai oposisi," kata Igat.
Memang, lanjut Igat, pernah ada upaya normalisasi hubungan itu dengan pemilihan secara aklamasi Taufiq Kiemas sebagai Ketua MPR-RI saat periode pemerintahan SBY. Namun, secara formal kenegaraan pertemuan SBY dan Megawati di Istana Negara baru terjadi saat kunjungan presiden AS, Barack Obama.
Menurut Igat, belum terlambat bagi Partai Demokrat menyatakan dukungan kepada Ganjar Pranowo. Namun, dengan catatan tidak memaksa menawarkan AHY sebagai cawapres. "Biarkanlah nanti mekanisme pimpinan partai pendukung Ganjar Pranowo yang memutuskan siapa yang tepat sebagai pendamping Mas Ganjar Pranowo," terang Igat.
Disinggung mengenai bergabungnya Partai Demokrat ke KIM, apakah AHY berpotensi digaet sebagai cawapres Prabowo, Igat menegaskan kansnya tipis. "Saya khawatir, nanti Pak SBY kembali menelan pil pahit," kata Igat. k22
1
Komentar