Bunga Teratai Patemon, Dari Ekspor ke Pasar Lokal
SINGARAJA, NusaBali - Seorang wanita paruh baya tengah sibuk membersihkan bunga teratai di kolam budidayanya di Desa Patemon, Kecamatan Seririt, Buleleng. Bunga-bunga cantik itu akan dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan upakara di Bali.
Wanita bernama Sri Padmi, 53, atau lebih dikenal dengan nama Bu Tunjung ini sudah menekuni budidaya bunga teratai sejak 2015. Saat itu, dia bertemu dengan seorang wisatawan Australia yang ingin mengembangkan bunga teratai di Bali. "Setelah cari lahan ternyata di sini tempat yang sangat pas, karena tidak pernah kekurangan air dan sinar mataharinya juga sangat baik," terang Bu Tunjung.
Pada awalnya, bunga teratainya hanya diserap pasar lokal. Namun, dua tahun kemudian, dia mulai mengekspor bunga teratainya ke Jepang, Singapura, Las Vegas, California, dan berbagai negara di Eropa. "Kendala terbesarnya adalah waktu pengiriman yang cukup panjang. Karena pengiriman harus transit dua kali sebelum sampai di negara tujuan," ucap Tunjung.
Akibatnya, kualitas bunga teratai yang tiba di negara tujuan sudah menurun. Sejak tahun 2016, Bu Tunjung memutuskan untuk fokus memasarkan bunga teratainya di pasar lokal. Meskipun demikian, Bu Tunjung tetap membudidayakan bunga teratai dengan kualitas premium.
Bunga-bunga teratainya dicuci bersih, dimasukkan ke dalam pipa untuk mempertahankan batang tetap lurus, dan disimpan di lemari penyejuk. Saat ini, ia memiliki 15 jenis bunga teratai di 5 petak kolam seluas 80 are. Setiap bulan, dia bisa menjual 3.000-4.000 tangkai bunga teratai atau setara dengan Rp10 juta -12 juta.
Pada awalnya, bunga teratainya hanya diserap pasar lokal. Namun, dua tahun kemudian, dia mulai mengekspor bunga teratainya ke Jepang, Singapura, Las Vegas, California, dan berbagai negara di Eropa. "Kendala terbesarnya adalah waktu pengiriman yang cukup panjang. Karena pengiriman harus transit dua kali sebelum sampai di negara tujuan," ucap Tunjung.
Akibatnya, kualitas bunga teratai yang tiba di negara tujuan sudah menurun. Sejak tahun 2016, Bu Tunjung memutuskan untuk fokus memasarkan bunga teratainya di pasar lokal. Meskipun demikian, Bu Tunjung tetap membudidayakan bunga teratai dengan kualitas premium.
Bunga-bunga teratainya dicuci bersih, dimasukkan ke dalam pipa untuk mempertahankan batang tetap lurus, dan disimpan di lemari penyejuk. Saat ini, ia memiliki 15 jenis bunga teratai di 5 petak kolam seluas 80 are. Setiap bulan, dia bisa menjual 3.000-4.000 tangkai bunga teratai atau setara dengan Rp10 juta -12 juta.
Wanita kelahiran 27 Agustus 1970 mengaku sudah mendarahdaging menggeluti budidaya bunga teratai. Dia meyakini bunga teratai yang memiliki filosofi tinggi pada ajaran Hindu Bali sangat sensitif. Bunga teratainya bisa tidak berbunga jika pekerja sedang saat memanen dan memupuk sedang dalam kondisi marah. "Bunga bisa tidak muncul kalau lagi panen atau beri pupuk marah-marah, krinyi (sensitif) sekali," imbuhnya.
Selain melayani bunga segar, Tunjung juga sedang mengembangkan bunga kering untuk seduhan teh. Namun, sejauh ini bunga kering tidak bisa diproduksi dalam jumlah besar. Bunga kering baru bisa dibuat ketika ada produksi berlebih.
Teh bunga teratai juga sangat menjanjikan, karena bagus untuk kesehatan. Bunga teratai memiliki antioksidan yang tinggi yang bagus untuk nutrisi kulit, obat hipertensi, dan juga diabetes.
“Produk bunga kering ini pemasarannya lebih ke personal. Kalau ada tamu asing yang datang ditawari dan mau, akhirnya ada yang pesan lagi,” terang anak ketiga dari 8 saudara pasangan almarhum I Gede Lendra dan Ketut Sri Laksmi. 7k23
1
Komentar