Geliat DTW Alas Kedaton Mulai Stabil, Kepolosan Kera Jadi Nilai Jual
TABANAN, NusaBali - Kunjungan wisatawan ke Daya Tarik Wisata (DTW) Alas Kedaton di Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan mulai stabil meski belum normal. Kualitas kera ekor panjang di monkey sanctuary ini disebut jadi salah satu nilai jualnya.
Persaingan objek wisata dengan daya tarik kera ekor panjang cukup ketat di Bali. Namun, isu rabies dan tingkat kenakalan kera jadi salah satu pertimbangan para wisatawan. DTW Alas Kedaton dinilai punya nilai tawar untuk hal ini.
Sejak beroperasi secara normal mulai Januari 2023 lalu, jumlah kunjungan wisatawan ke Alas Kedaton mulai membaik. Dari 30-40 kunjungan di awal beroperasi, kini stabil di sekitar 100 kunjungan per hari.
Koordinator DTW Alas Kedaton I Gusti Bagus Suryawan membeberkan, jumlah kunjungan hingga September ini menunjukkan kestabilan. Namun, angka ini masih sekitar 50 persen dari angka kunjungan harian sebelum pandemi Covid-19.
"Sebelumnya sempat 30-40 kunjungan per hari, sampai saat ini sudah di sekitaran 100 kunjungan per hari. Pada high season sekitar Juni-Agustus lalu, kunjungan bisa 120-150 per hari," jelas Suryawan ketika dihubungi pada Senin (18/9).
Lanjut Suryawan, jumlah ini masih setengah dari kunjungan normal. Hal ini ditandai dengan jumlah ruko yang buka di Alas Kedaton yang baru 50 persen. Berdasarkan sistem antre, jumlah ruko yang buka menyesuaikan tren jumlah kunjungan wisatawan.
Hingga saat ini, kunjungan masih didominasi wisatawan asing terutama dari Eropa. Meskipun, pada awal beroperasi, kujungan sempat diramaikan wisatawan asal India dan hingga kini wisatawan Asia Tenggara juga cukup prospektif.
Masih setianya wisatawan berkunjung ke DTW Alasan Kedaton disebut-sebut disebabkan oleh kualitas keranya. Sebab yang menjadi isu objek wisata dengan daya tarik kera ekor panjang saat ini adalah penyakit rabies dan kenakalan kera. "Kera di Alas Kedaton ini berbeda dengan kera di tempat-tempat lain. Mereka tidak agresif seperti di tempat-tempat lainnya," ujar Suryawan.
Keunggulan ini disebut jadi kepuasan tersendiri bagi wisatawan. Sebab, mereka aman dan nyaman melihat lucunya tingkah polah kera ekor panjang ini. Di samping itu, satu rombongan pengunjung wajib didampingi satu staf yang menjadi pramuwisata lokal.
Hal ini pun dibenarkan oleh Amrizal, 56, seorang pramuwisata yang sering mengantar wisatawan ke Alas Kedaton sejak 1996. Pramuwisata asal Padang, Sumatera Barat ini mengaku tidak pernah menerima keluhan apa pun dari turis yang ia antar ke objek wisata lawas ini.
"Itu salah satu faktor (daya tarik dari Alas Kedaton). Selama ini belum pernah menerima keluhan dari turis soal itu. Malah mereka senang itu bisa foto sama kelelawar di sini dan lihat monyet yang lucu-lucu," ungkap Amrizal ketika dijumpai di lokasi di sela mengantar turis Yunani.
Meski begitu, Amrizal meminta pengelola untuk terus berbenah dan berinovasi agar tidak kalah pamor dari monkey forest lain. Sebab, perkembangan monkey forest saat ini dikatakan Amrizal cukup baik dengan penawaran atraksi tambahan. "Saran saya, agar terus berinovasi karena di tempat lain juga ada atraksi selfie dengan kera dan lain-lain," imbuh Amrizal yang merantau ke Bali sejak 1995 silam.
Suryawan menjelaskan, pihaknya memang tengah menuju ke arah itu. Namun, ia tidak mau terburu-buru tanpa melihat prospek dari penambahan atraksi. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan akan ada atraksi baru di Alas Kedaton sembari melihat tren positif kunjungan wisatawan.
Sejauh ini, harga tiket di DTW Alas Kedaton masih belum mengalami perubahan menyusul wacana kenaikan harga tiket pada 2024 nanti. Wisatawan asing dewasa masih dikenakan Rp 30.000 dan untuk anak-anak dikenakan Rp 20.000.
Sementara itu, wisatawan domestik dikenakan harga tiket sebesar Rp 20.000 untuk dewasa dan Rp 10.000 untuk anak-anak. Harga spesial diberikan bagi yang memiliki KTP Bali yakni Rp 10.000 untuk dewasa dan gratis untuk anak-anak. 7ol1
1
Komentar