Bojog Duwe Mulai Jinak
Wanara Laba di Pura Agung Pulaki
SINGARAJA, NusaBali - Ribuan bojog duwe (monyet) di Pura Agung Pulaki di wewidangan Desa Banyupoh, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, menyerbu kotak-kotak yang penuh dengan makanan.
Hewan primata ini keluar dari sarang setelah dipanggil oleh pangempon pura, Jumat (29/9) siang. Seluruh monyet yang dikeramatkan di kawasan suci ini mendapatkan suguhan istimewa dalam upacara Wanara Laba serangkaian piodalan yang jatuh pada Purnama Kapat, Sukra Pon Tambir.
Upacara Wanara Laba dimulai pangempon pura pada pukul 13.00 Wita. Dalam rangkaian upacara pujawali itu juga dihadiri Penjabat (Pj) Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya, didampingi pejabat lainnya. Wanara Laba merupakan agenda rutin dan wajib digelar pangempon Pura Agung Pulaki saat piodalan. Hal ini sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih yang ditujukan kepada ancangan (pasukan monyet) yang mengawal Dang Hyang Nirartha orang suci penyebar ajaran Hindu di Bali.
Hidangan khusus untuk bojog duwe disiapkan pangempon pura. Mulai dari berbagai macam buah-buahan, sayur mayur, ketela pohon, bunga gumitir hingga telur mentah. Makanan monyet ini merupakan sumbangan dari sejumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Buleleng dan juga pangempon pura.
Seluruh sarana Wanara Laba ditempatkan di dalam beberapa kotak khusus.
Kelian Pangempon Pura Agung Pulaki Jro Nyoman Bagiarta mengatakan sebelum upacara Wanara Laba dimulai, akan dilaksanakan upacara mapiuning.
Wanara Laba selalu digelar lebih awal dari puncak upacara piodalan yang baru dilangsungkan malam harinya. “Saat ini ada sekitar 3.000 ekor monyet yang ada di kawasan pura. Fauna ini dikeramatkan sejak dulu karena memiliki sejarah yang kental dengan perjalanan spiritual Ida Pedanda Wawu Rauh (Dang Hyang Nirartha) saat ke Bali,” ucap Bagiarta.
Sejak tiga tahun terakhir, pangempon pura berupaya untuk mengendalikan perilaku monyet-monyet yang ada. Terutama dari sikap beringas yang dinilai mengganggu pamedek (umat) yang datang untuk melakukan persembahyangan. Salah satunya menjamin ketersediaan pasokan pangan ribuan monyet sakral.
Pangempon pura menganggarkan khusus anggaran untuk pakan monyet Rp 25 juta per bulan. Menu yang disiapkan bergantian setiap harinya. Mulai dari pepaya, jagung, bunga gumitir, ubi, pisang, ketela pohon dan juga telur. Pangempon pura menyiapkan pakan monyet 3 kali sehari.
“Ternyata setelah diperhatikan, perilaku duwe (monyet) di sini mulai ada perubahan. Yang agresif menjadi jinak. Bahkan yang kelahiran 2021 sampai sekarang, mereka tidak lagi berebut makanan tidak seperti yang sudah tua-tua. Karena memang sudah berkecukupan,” terang mantan Perbekel Desa Kalisada, Kecamatan Seririt, Buleleng ini.
Dia berharap upaya menjinakkan bojog duwe ini dapat berjalan lancar. Sebab dia dengan pangempon berencana untuk mengembangkan atraksi wisata religi. Wisatawan yang datang tidak hanya melihat dan bersembahyang, tetapi juga bisa berfoto dengan monyet-monyet secara aman dan nyaman.
Selain itu pangempon juga akan mengkomunikasikan dengan Pemkab Buleleng, untuk menjaga eksistensi monyet di kawasan Pura Pulaki. Terutama untuk menjamin kesehatan hewan primata ini dari serangan virus-virus membahayakan.
“Kami sempat ada kekhawatiran kemarin saat rabies merebak, takut ada yang terjangkit. Astungkara sampai sekarang sih tidak ada kasus. Tetapi kami tidak tahu pola dan metode perlindungan kesehatannya bagaimana nanti akan kami minta arahan pemerintah daerah,” kata Jro Bagiarta. 7k23
Upacara Wanara Laba dimulai pangempon pura pada pukul 13.00 Wita. Dalam rangkaian upacara pujawali itu juga dihadiri Penjabat (Pj) Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya, didampingi pejabat lainnya. Wanara Laba merupakan agenda rutin dan wajib digelar pangempon Pura Agung Pulaki saat piodalan. Hal ini sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih yang ditujukan kepada ancangan (pasukan monyet) yang mengawal Dang Hyang Nirartha orang suci penyebar ajaran Hindu di Bali.
Hidangan khusus untuk bojog duwe disiapkan pangempon pura. Mulai dari berbagai macam buah-buahan, sayur mayur, ketela pohon, bunga gumitir hingga telur mentah. Makanan monyet ini merupakan sumbangan dari sejumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Buleleng dan juga pangempon pura.
Seluruh sarana Wanara Laba ditempatkan di dalam beberapa kotak khusus.
Kelian Pangempon Pura Agung Pulaki Jro Nyoman Bagiarta mengatakan sebelum upacara Wanara Laba dimulai, akan dilaksanakan upacara mapiuning.
Wanara Laba selalu digelar lebih awal dari puncak upacara piodalan yang baru dilangsungkan malam harinya. “Saat ini ada sekitar 3.000 ekor monyet yang ada di kawasan pura. Fauna ini dikeramatkan sejak dulu karena memiliki sejarah yang kental dengan perjalanan spiritual Ida Pedanda Wawu Rauh (Dang Hyang Nirartha) saat ke Bali,” ucap Bagiarta.
Sejak tiga tahun terakhir, pangempon pura berupaya untuk mengendalikan perilaku monyet-monyet yang ada. Terutama dari sikap beringas yang dinilai mengganggu pamedek (umat) yang datang untuk melakukan persembahyangan. Salah satunya menjamin ketersediaan pasokan pangan ribuan monyet sakral.
Pangempon pura menganggarkan khusus anggaran untuk pakan monyet Rp 25 juta per bulan. Menu yang disiapkan bergantian setiap harinya. Mulai dari pepaya, jagung, bunga gumitir, ubi, pisang, ketela pohon dan juga telur. Pangempon pura menyiapkan pakan monyet 3 kali sehari.
“Ternyata setelah diperhatikan, perilaku duwe (monyet) di sini mulai ada perubahan. Yang agresif menjadi jinak. Bahkan yang kelahiran 2021 sampai sekarang, mereka tidak lagi berebut makanan tidak seperti yang sudah tua-tua. Karena memang sudah berkecukupan,” terang mantan Perbekel Desa Kalisada, Kecamatan Seririt, Buleleng ini.
Dia berharap upaya menjinakkan bojog duwe ini dapat berjalan lancar. Sebab dia dengan pangempon berencana untuk mengembangkan atraksi wisata religi. Wisatawan yang datang tidak hanya melihat dan bersembahyang, tetapi juga bisa berfoto dengan monyet-monyet secara aman dan nyaman.
Selain itu pangempon juga akan mengkomunikasikan dengan Pemkab Buleleng, untuk menjaga eksistensi monyet di kawasan Pura Pulaki. Terutama untuk menjamin kesehatan hewan primata ini dari serangan virus-virus membahayakan.
“Kami sempat ada kekhawatiran kemarin saat rabies merebak, takut ada yang terjangkit. Astungkara sampai sekarang sih tidak ada kasus. Tetapi kami tidak tahu pola dan metode perlindungan kesehatannya bagaimana nanti akan kami minta arahan pemerintah daerah,” kata Jro Bagiarta. 7k23
1
Komentar