Petani asal Badung Unjuk Gigi di Rakernas IV PDIP
Pamerkan Alat Pertanian Elektrik Multifungsi
JAKARTA, NusaBali - Stand DPC PDI Perjuangan (PDIP) Kabupaten Badung menampilkan sejumlah alat pertanian dalam Pameran Pangan Plus 2023 di arena Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IV PDIP di JiExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Salah satunya adalah Alat Pertanian Elektrik Multifungsi (APEM) 01 karya petani asal Banjar Dangin Bingin, Desa Sembung, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, I Gede Artana.
"01 merupakan singkatan dari prototype pertama yang saya buat," ujar Gede Artana saat ditemui NusaBali di standnya, Sabtu (30/9). Menurut Artana, alat pertanian biasanya hanya satu fungsi. Namun, karya yang dia buat memiliki empat fungsi. Pertama, dapat digunakan sebagai alat penyiang gulma sehingga mempermudah proses menggarap sawah.
Kedua, sebagai alat semprot. Alat semprotnya terdiri dari dua nozzle kiri dan kanan, sehingga sangat efektif digunakan pada tanaman palawija. Ketiga, dapat berfungsi menggemburkan tanah di sekitar tanaman jagung. Keempat, digunakan sebagai traktor untuk membajak sawah.
APEM tersebut, kata Gede Artana, adalah inovasi tepat guna dan sesuai kebutuhan petani. APEM menggunakan tenaga surya. Anak ke kedua dari empat bersaudara ini, terinpirasi membuat APEM berdasarkan pengalamannya selama menjadi petani sejak tahun 2008 lalu. Di mana, dia harus gonta ganti alat ketika mengerjakan hal berbeda saat menggarap sawah.
Dia pun, merasa lelah plus menghabiskan waktu sehingga dia membuat APEM itu agar lebih hemat waktu dan biaya tidak terlalu banyak dikeluarkan. Sebab, APEM berbahan tenaga surya. Dia membuatnya di tahun 2019 lalu dan pernah diikutsertakan dalam lomba yang diselenggarakan Badan Riset Daerah Provinsi Bali.
Hasilnya, Gede Artana meraih juara di bidang alat pertanian terbaik. Pembuatannya, kala itu hanya membutuhkan waktu dua minggu. Kini, APEM-nya telah digunakan di sekitar Subak Mungkagan. Bahkan, dia menyewakan APEM tersebut kepada petani-petani setempat. "Harga sewa per hari Rp50.000. Saya punya lima alat. Jika ada yang ingin membeli bisa juga. Harganya Rp 7 juta," terang suami dari Made Yasmini ini. Selain APEM, Gede Artana juga memamerkan alat pengusir burung otomotis. Alat itu juga menggunakan tenaga surya. Dengan alat itu, petani tidak kesulitan lagi untuk mengusir burung-burung yang hinggap di tanaman padi mereka.
"Tinggal di pasang di sawah, alat ini otomatis bisa mengusir burung. Alat tersebut bisa bekerja seperti itu, karena sudah dipasang sensor. Satu hektare sawah bisa dipasang 10 alat," terang petani kelahiran, 12 November 1982 ini. Dengan alat itu, bisa mengurangi biaya untuk menyewa orang mengusir burung yang membutuhkan waktu tiga minggu. "Upah mereka sebesar Rp100.000 per hari. Dengan alat ini tidak perlu mengeluarkan itu. Alat ini unik dan sangat dibutuhkan petani," terang Gede Artana.
Artana membuat alat pengusir burung otomatis juga karena terinpirasi oleh orangtuanya yang merupakan petani selalu mondar mandir untuk mengusir burung di sawah. "Saya kasihan melihat orangtua seperti itu. Saya pun, membuat alat ini," terangnya. Dia membuat alat itu di tahun 2022 lalu dan juara pertama pula dalam lomba Teknologi Tepat Guna yang digelar Pemprov Bali. Sedangkan secara nasional, dia masuk 10 besar. Alat pengusir burung otomatis itu pun, Gede Artana sewakan Rp500.000 per bulan. Jika dijual seharga Rp1,5 juta. Gede Artana sendiri bisa mengikuti pameran, karena melalui seleksi. "Jadi, saya bukan kader partai," terang Gede Artana. 7 k22
"01 merupakan singkatan dari prototype pertama yang saya buat," ujar Gede Artana saat ditemui NusaBali di standnya, Sabtu (30/9). Menurut Artana, alat pertanian biasanya hanya satu fungsi. Namun, karya yang dia buat memiliki empat fungsi. Pertama, dapat digunakan sebagai alat penyiang gulma sehingga mempermudah proses menggarap sawah.
Kedua, sebagai alat semprot. Alat semprotnya terdiri dari dua nozzle kiri dan kanan, sehingga sangat efektif digunakan pada tanaman palawija. Ketiga, dapat berfungsi menggemburkan tanah di sekitar tanaman jagung. Keempat, digunakan sebagai traktor untuk membajak sawah.
APEM tersebut, kata Gede Artana, adalah inovasi tepat guna dan sesuai kebutuhan petani. APEM menggunakan tenaga surya. Anak ke kedua dari empat bersaudara ini, terinpirasi membuat APEM berdasarkan pengalamannya selama menjadi petani sejak tahun 2008 lalu. Di mana, dia harus gonta ganti alat ketika mengerjakan hal berbeda saat menggarap sawah.
Dia pun, merasa lelah plus menghabiskan waktu sehingga dia membuat APEM itu agar lebih hemat waktu dan biaya tidak terlalu banyak dikeluarkan. Sebab, APEM berbahan tenaga surya. Dia membuatnya di tahun 2019 lalu dan pernah diikutsertakan dalam lomba yang diselenggarakan Badan Riset Daerah Provinsi Bali.
Hasilnya, Gede Artana meraih juara di bidang alat pertanian terbaik. Pembuatannya, kala itu hanya membutuhkan waktu dua minggu. Kini, APEM-nya telah digunakan di sekitar Subak Mungkagan. Bahkan, dia menyewakan APEM tersebut kepada petani-petani setempat. "Harga sewa per hari Rp50.000. Saya punya lima alat. Jika ada yang ingin membeli bisa juga. Harganya Rp 7 juta," terang suami dari Made Yasmini ini. Selain APEM, Gede Artana juga memamerkan alat pengusir burung otomotis. Alat itu juga menggunakan tenaga surya. Dengan alat itu, petani tidak kesulitan lagi untuk mengusir burung-burung yang hinggap di tanaman padi mereka.
"Tinggal di pasang di sawah, alat ini otomatis bisa mengusir burung. Alat tersebut bisa bekerja seperti itu, karena sudah dipasang sensor. Satu hektare sawah bisa dipasang 10 alat," terang petani kelahiran, 12 November 1982 ini. Dengan alat itu, bisa mengurangi biaya untuk menyewa orang mengusir burung yang membutuhkan waktu tiga minggu. "Upah mereka sebesar Rp100.000 per hari. Dengan alat ini tidak perlu mengeluarkan itu. Alat ini unik dan sangat dibutuhkan petani," terang Gede Artana.
Artana membuat alat pengusir burung otomatis juga karena terinpirasi oleh orangtuanya yang merupakan petani selalu mondar mandir untuk mengusir burung di sawah. "Saya kasihan melihat orangtua seperti itu. Saya pun, membuat alat ini," terangnya. Dia membuat alat itu di tahun 2022 lalu dan juara pertama pula dalam lomba Teknologi Tepat Guna yang digelar Pemprov Bali. Sedangkan secara nasional, dia masuk 10 besar. Alat pengusir burung otomatis itu pun, Gede Artana sewakan Rp500.000 per bulan. Jika dijual seharga Rp1,5 juta. Gede Artana sendiri bisa mengikuti pameran, karena melalui seleksi. "Jadi, saya bukan kader partai," terang Gede Artana. 7 k22
Komentar