Kebakaran di Gunung Agung Tertangani
Lima Wilayah Masuk Kategori Kekeringan Ekstrem
DENPASAR, NusaBali - Kebakaran hutan dan lahan di lereng Gunung Agung, Karangasem perlahan berhasil diatasi.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Provinsi Bali I Made Rentin melaporkan kebakaran hutan lindung di wilayah Dusun Belong, Desa Ban, Kecamatan Kubu, berhasil dipadamkan pada Minggu (1/10).
Tim Reaksi Cepat (TRC) Gabungan BPBD Provinsi Bali dan BPBD Kabupaten Karangasem bersama Kelompok Tani Hutan (KTH) Pikat Cemara Putra Dusun Belong, kompak berjibaku memadamkan dua titik api kebakaran hutan dan lahan yang sudah terjadi sejak Rabu (27/9).
Pada Minggu kemarin lebih dari 70 orang anggota KTH Pikat Cemara Putra, bahu membahu bersama TRC Gabungan melakukan upaya pemadaman api di lereng Gunung Agung pada ketinggian 836 meter di atas permukaan laut (mdpl) di Dusun Belong, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem.
“Warga sangat kompak dan antusias dalam bergotong-royong, berusaha memadamkan api yang melalap habis semak belukar dan dedaunan kering di sepanjang lebih dari 5 hektare di Dusun Belong,” ujar Rentin dalam keterangan pers, Minggu (1/10).
Menurutnya hembusan angin yang kencang sempat memperparah kondisi, di samping mempercepat sebaran api juga menyebabkan kobaran api makin besar. “Sesekali muncul teriakan warga, mundur! Itu terjadi karena api membesar dan relatif dekat dengan warga dan petugas,” kata Rentin.
Jalan setapak yang membelah areal hutan, seakan menjadi sekat alami yang bisa dimanfaatkan untuk menghalau dan halangi meluasnya sebaran api. Kondisi lereng yang relatif tinggi dan terjal tidak terjangkau oleh armada pemadam kebakaran (damkar), sehingga pemadaman api dilakukan manual, dengan alat seadanya, memukul api dengan ranting, dahan kayu, dan sekop yang digunakan untuk menimbun api dengan pasir seadanya.
Yang istimewa, menurut Rentin, adalah warga menyemprot manual dengan memanfaatkan air minum kemasan seadanya yang mereka bawa, yang seharusnya mereka pakai untuk air minum di tengah terik mentari.
“Telas sampun toya ne (habis sudah air minumnya),” ujar Rentin menirukan ucapan salah seorang warga yang ikut membantu memadamkan api.
Rentin yang ikut dalam tim menjelaskan, waktu dua setengah jam penanganan cukup menguras tenaga, di samping butuh stamina untuk sampai di lereng (ketinggian) yang cukup terjal, juga harus berjibaku di tengah lautan asap yang tebal yang bisa mengganggu pernapasan.
Tim gabungan akhirnya turun gunung sekitar pukul 15.00 Wita. Tim BPBD Kabupaten Karangsem melanjutkan penanganan di Dusun Bantas, Desa Baturinggit, sedangkan Tim BPBD Provinsi Bali kembali ke posko dan direncanakan penugasan personel TRC terus berlanjut. Kondisi di lokasi kebakaran lainnya, di Dusun Juntal, Desa/Kecamatan Kubu, api muncul lagi dan masih dilakukan pemadaman oleh warga bersama petugas, demikian juga titik awal munculnya api di Dusun Bantas, Desa Baturinggit, Kecamatan Kubu, masih terjadi kobaran api dan sedang dilakukan penanganan oleh tim gabungan bersama warga (kelompok tani hutan).
“BPBD mengimbau seluruh warga dan kelompok tani hutan di kawasan/lereng Gunung Agung, agar mewaspadai munculnya titik api baru yang berpotensi meluas, kerja gotong royong terus dilaksanakan, semoga karhutla (kebakaran hutan dan lahan) ini segera berhenti tertangani dengan baik, dan hujan segera turun sebagai langkah alami dalam memadamkan api,” tandas Rentin.
“Semua titik api sempat bisa kami padamkan, petugas gabungan terbagai lima tim, tiap tim ada anggota BPBD, bersinergi dengan petugas Polsek Kubu, RPH (Resort Pengelolaan Hutan), Koramil Kubu, perangkat desa, dan masyarakat,” kata Kepala Pelaksana BPBD Karangasem Ida Bagus Ketut Arimbawa didampingi Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD I Putu Eka Putra Tirtana.
Penanganan tersebar di Banjar Belong, Desa Ban, di Banjar Bantas, Desa Baturinggit, di Banjar Moncol Piket, Desa Tianyar Tengah, di Banjar Moncol Anyar, Desa Tianyar Tengah, dan di Banjar Juntal, Desa Kubu.
“Hasil evaluasi sementara, kebakaran di hutan lindung Gunung Agung mencapai sekitar 400 hektare. Sebenarnya sulit memperkirakan dampak kebakaran karena geografisnya lebih banyak jurang,” tambahnya.
Sementara pada Minggu kemarin kebakaran hutan dan lahan kembali terjadi di areal Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Batur Bukit Payang, Kecamatan Kintamani, Bangli.
Kapolsek Kintamani Kompol Ruli Agus Susanto mengatakan kemunculan titik api pertama diketahui sekitar pukul 11.20 Wita. Api muncul dari semak belukar kemudian merembet ke pohon pinus di areal TWA Gunung Batur Bukit Payang. “Titik api terlihat oleh warga yang berjualan di dekat Pura Pasar Agung Batur. Melihat kejadian tersebut, warga langsung melapor ke Kesatuan Pengelola Hutan Konservasi (KPHK) Kintamani dan Polsek,” kata Kompol Ruli.
Menerima laporan tersebut, sejumlah personel Polsek, Koramil serta petugas KPHK melakukan upaya pemadaman. Selang beberapa waktu api berhasil dipadamkan oleh petugas gabungan bersama masyarakat.
“Api sudah berhasil dipadamkan, namun demikian pengawasan tetap dilakukan,” imbuhnya.
Menurut Kompol Ruli, ketika terjadi kebakaran hutan dan lahan, tim gabungan terkendala sarana prasarana, air hingga medan. Jika titik api jauh dari jalan raya, tentu pemadaman hanya bisa dilakukan secara manual. “Untuk kebakaran hari ini (kemarin), terbilang dekat dengan jalan raya, sehingga tangki air bisa diterjunkan,” ucapnya.
Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar mencatat ada lima wilayah di Pulau Dewata yang masuk dalam kategori kekeringan ekstrem. Hal ini dikarenakan di wilayah itu tidak mengalami turun hujan berturut-turut selama 90 hari.
Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar I Nyoman Gede Wirajaya, menerangkan dari hasil monitoring hari tanpa hujan (HTH) berturut-turut di Provinsi Bali, ada sejumlah wilayah yang mengalami kekeringan ekstrem. Wilayah tersebut adalah Kubu, Kabupaten Karangasem selama 90 hari. Kemudian, wilayah Kubutambahan, Kabupaten Buleleng selama 89 hari, wilayah Kintamani, Kabupaten Bangli selama 84 hari, dan Gerogak, Kabupaten Buleleng selama 84 hari. “Lima wilayah ini yang berada paling dan dimasukkan dalam kategori kekeringan ekstrem,” kata Wirajaya, Minggu kemarin.
Diungkapkannya, ada juga wilayah lainnya yang tidak hujan berturut-turut lebih dari 30 hari. Wilayah itu mulai dari Buleleng, Gerokgak, Kubutambahan, Sawan, Sukasada. Kemudian wilayah Melaya, Kabupaten Jembrana, wilayah Kintamani, Kabupaten Bangli, wilayah Karangasem dan Kubu. Selain itu ada juga di wilayah Badung mulai dari Kuta, Kuta Utara, dan Kuta Selatan. Selanjutnya Kota Denpasar yakni Denpasar Timur dan Denpasar Selatan serta Klungkung yakni wilayah Nusa Penida. “Untuk beberapa wilayah itu, dari catatan kami memang tidak mengalami turun hujan lebih dari 30 hari berturut-turut,” katanya.
Meski sejumlah wilayah di Pulau Dewata tidak turun hujan di atas 30 hari dan juga 90 hari, Wirajaya mengaku kalau secara umum HTH di Bali berada pada kategori masih ada hujan. Distribusi curah hujan di wilayah Bali secara umum antara 0 hingga 38.4 mm/dasarian. “Memang tidak semua wilayah tidak turun hujan. Tetap ada sejumlah wilayah yang masih turun hujan juga. Catatan ini kita terus update setiap 10 hari,” bebernya.
Wirajaya mengimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai sejumlah potensi yang bisa memicu berbagai kejadian seperti kebakaran hutan dan lainnya. Utamanya di wilayah yang memang masuk dalam kategori kekeringan ekstrem. Karena penyebaran api di wilayah yang mengalami kekeringan akan lebih cepat. 7 cr78, k16, esa, dar
Tim Reaksi Cepat (TRC) Gabungan BPBD Provinsi Bali dan BPBD Kabupaten Karangasem bersama Kelompok Tani Hutan (KTH) Pikat Cemara Putra Dusun Belong, kompak berjibaku memadamkan dua titik api kebakaran hutan dan lahan yang sudah terjadi sejak Rabu (27/9).
Pada Minggu kemarin lebih dari 70 orang anggota KTH Pikat Cemara Putra, bahu membahu bersama TRC Gabungan melakukan upaya pemadaman api di lereng Gunung Agung pada ketinggian 836 meter di atas permukaan laut (mdpl) di Dusun Belong, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem.
“Warga sangat kompak dan antusias dalam bergotong-royong, berusaha memadamkan api yang melalap habis semak belukar dan dedaunan kering di sepanjang lebih dari 5 hektare di Dusun Belong,” ujar Rentin dalam keterangan pers, Minggu (1/10).
Menurutnya hembusan angin yang kencang sempat memperparah kondisi, di samping mempercepat sebaran api juga menyebabkan kobaran api makin besar. “Sesekali muncul teriakan warga, mundur! Itu terjadi karena api membesar dan relatif dekat dengan warga dan petugas,” kata Rentin.
Jalan setapak yang membelah areal hutan, seakan menjadi sekat alami yang bisa dimanfaatkan untuk menghalau dan halangi meluasnya sebaran api. Kondisi lereng yang relatif tinggi dan terjal tidak terjangkau oleh armada pemadam kebakaran (damkar), sehingga pemadaman api dilakukan manual, dengan alat seadanya, memukul api dengan ranting, dahan kayu, dan sekop yang digunakan untuk menimbun api dengan pasir seadanya.
Yang istimewa, menurut Rentin, adalah warga menyemprot manual dengan memanfaatkan air minum kemasan seadanya yang mereka bawa, yang seharusnya mereka pakai untuk air minum di tengah terik mentari.
“Telas sampun toya ne (habis sudah air minumnya),” ujar Rentin menirukan ucapan salah seorang warga yang ikut membantu memadamkan api.
Rentin yang ikut dalam tim menjelaskan, waktu dua setengah jam penanganan cukup menguras tenaga, di samping butuh stamina untuk sampai di lereng (ketinggian) yang cukup terjal, juga harus berjibaku di tengah lautan asap yang tebal yang bisa mengganggu pernapasan.
Tim gabungan akhirnya turun gunung sekitar pukul 15.00 Wita. Tim BPBD Kabupaten Karangsem melanjutkan penanganan di Dusun Bantas, Desa Baturinggit, sedangkan Tim BPBD Provinsi Bali kembali ke posko dan direncanakan penugasan personel TRC terus berlanjut. Kondisi di lokasi kebakaran lainnya, di Dusun Juntal, Desa/Kecamatan Kubu, api muncul lagi dan masih dilakukan pemadaman oleh warga bersama petugas, demikian juga titik awal munculnya api di Dusun Bantas, Desa Baturinggit, Kecamatan Kubu, masih terjadi kobaran api dan sedang dilakukan penanganan oleh tim gabungan bersama warga (kelompok tani hutan).
“BPBD mengimbau seluruh warga dan kelompok tani hutan di kawasan/lereng Gunung Agung, agar mewaspadai munculnya titik api baru yang berpotensi meluas, kerja gotong royong terus dilaksanakan, semoga karhutla (kebakaran hutan dan lahan) ini segera berhenti tertangani dengan baik, dan hujan segera turun sebagai langkah alami dalam memadamkan api,” tandas Rentin.
“Semua titik api sempat bisa kami padamkan, petugas gabungan terbagai lima tim, tiap tim ada anggota BPBD, bersinergi dengan petugas Polsek Kubu, RPH (Resort Pengelolaan Hutan), Koramil Kubu, perangkat desa, dan masyarakat,” kata Kepala Pelaksana BPBD Karangasem Ida Bagus Ketut Arimbawa didampingi Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD I Putu Eka Putra Tirtana.
Penanganan tersebar di Banjar Belong, Desa Ban, di Banjar Bantas, Desa Baturinggit, di Banjar Moncol Piket, Desa Tianyar Tengah, di Banjar Moncol Anyar, Desa Tianyar Tengah, dan di Banjar Juntal, Desa Kubu.
“Hasil evaluasi sementara, kebakaran di hutan lindung Gunung Agung mencapai sekitar 400 hektare. Sebenarnya sulit memperkirakan dampak kebakaran karena geografisnya lebih banyak jurang,” tambahnya.
Sementara pada Minggu kemarin kebakaran hutan dan lahan kembali terjadi di areal Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Batur Bukit Payang, Kecamatan Kintamani, Bangli.
Kapolsek Kintamani Kompol Ruli Agus Susanto mengatakan kemunculan titik api pertama diketahui sekitar pukul 11.20 Wita. Api muncul dari semak belukar kemudian merembet ke pohon pinus di areal TWA Gunung Batur Bukit Payang. “Titik api terlihat oleh warga yang berjualan di dekat Pura Pasar Agung Batur. Melihat kejadian tersebut, warga langsung melapor ke Kesatuan Pengelola Hutan Konservasi (KPHK) Kintamani dan Polsek,” kata Kompol Ruli.
Menerima laporan tersebut, sejumlah personel Polsek, Koramil serta petugas KPHK melakukan upaya pemadaman. Selang beberapa waktu api berhasil dipadamkan oleh petugas gabungan bersama masyarakat.
“Api sudah berhasil dipadamkan, namun demikian pengawasan tetap dilakukan,” imbuhnya.
Menurut Kompol Ruli, ketika terjadi kebakaran hutan dan lahan, tim gabungan terkendala sarana prasarana, air hingga medan. Jika titik api jauh dari jalan raya, tentu pemadaman hanya bisa dilakukan secara manual. “Untuk kebakaran hari ini (kemarin), terbilang dekat dengan jalan raya, sehingga tangki air bisa diterjunkan,” ucapnya.
Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar mencatat ada lima wilayah di Pulau Dewata yang masuk dalam kategori kekeringan ekstrem. Hal ini dikarenakan di wilayah itu tidak mengalami turun hujan berturut-turut selama 90 hari.
Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar I Nyoman Gede Wirajaya, menerangkan dari hasil monitoring hari tanpa hujan (HTH) berturut-turut di Provinsi Bali, ada sejumlah wilayah yang mengalami kekeringan ekstrem. Wilayah tersebut adalah Kubu, Kabupaten Karangasem selama 90 hari. Kemudian, wilayah Kubutambahan, Kabupaten Buleleng selama 89 hari, wilayah Kintamani, Kabupaten Bangli selama 84 hari, dan Gerogak, Kabupaten Buleleng selama 84 hari. “Lima wilayah ini yang berada paling dan dimasukkan dalam kategori kekeringan ekstrem,” kata Wirajaya, Minggu kemarin.
Diungkapkannya, ada juga wilayah lainnya yang tidak hujan berturut-turut lebih dari 30 hari. Wilayah itu mulai dari Buleleng, Gerokgak, Kubutambahan, Sawan, Sukasada. Kemudian wilayah Melaya, Kabupaten Jembrana, wilayah Kintamani, Kabupaten Bangli, wilayah Karangasem dan Kubu. Selain itu ada juga di wilayah Badung mulai dari Kuta, Kuta Utara, dan Kuta Selatan. Selanjutnya Kota Denpasar yakni Denpasar Timur dan Denpasar Selatan serta Klungkung yakni wilayah Nusa Penida. “Untuk beberapa wilayah itu, dari catatan kami memang tidak mengalami turun hujan lebih dari 30 hari berturut-turut,” katanya.
Meski sejumlah wilayah di Pulau Dewata tidak turun hujan di atas 30 hari dan juga 90 hari, Wirajaya mengaku kalau secara umum HTH di Bali berada pada kategori masih ada hujan. Distribusi curah hujan di wilayah Bali secara umum antara 0 hingga 38.4 mm/dasarian. “Memang tidak semua wilayah tidak turun hujan. Tetap ada sejumlah wilayah yang masih turun hujan juga. Catatan ini kita terus update setiap 10 hari,” bebernya.
Wirajaya mengimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai sejumlah potensi yang bisa memicu berbagai kejadian seperti kebakaran hutan dan lainnya. Utamanya di wilayah yang memang masuk dalam kategori kekeringan ekstrem. Karena penyebaran api di wilayah yang mengalami kekeringan akan lebih cepat. 7 cr78, k16, esa, dar
Komentar