Disbud Gelar Lomba Penguatan dan Pelestarian Tradisi Budaya
SINGARAJA, NusaBali - Empat jenis lomba tradisi dan budaya Bali digelar Dinas Kebudayaan Buleleng, Selasa (3/10) kemarin. Lomba diikuti ratusan muda-mudi di Buleleng. Lomba untuk penguatan, pendekatan, perlindungan dan pelestarian warisan budaya Bali.
Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng I Nyoman Wisandika usai membuka acara, menegaskan lomba ini digelar beberapa tahun terakhir karena ada kekhawatiran terkait eksistensi budaya dan tradisi Bali karena gerusan perkembangan zaman saat ini. Maka, dipandang perlu untuk digalakkan kembali di kalangan generasi muda.
“Tujuannya agar keberlangsungan dan kebermanfaatan warisan budaya bagi kaum milenial sebagai penerus tetap terjaga,” ucap Wisandika. Kata dia, Dinas Kebudayaan juga berkolaborasi dengan seluruh stakeholder untuk memperkuat tradisi, kebudayaan Bali.
Empat jenis lomba yang dilaksanakan, yakni lomba Macecimpedan (tebak-tebakan), lomba Baligrafi, lomba Masatua Bali dan lomba membuat wayang. Wisandika menjelaskan seluruh lomba ini diikuti perwakilan dari sembilan kecamatan di Buleleng.
Khusus untuk lomba membuat wayang dari kertas karton, diikuti empat orang perwakilan dari masing-masing kecamatan. Mereka diberikan waktu selama tiga jam untuk menuntaskan pembuatan wayang dengan karakter Yudistira. Mulai dari proses pemahatan hingga pewarnaan.
Tokoh Yudistira dipilih karena melambangkan kebijaksanaan. Hal ini yang menjadi landasan sikap harapan bagi kaum milenial di era sekarang zaman digital, zaman global untuk dapat berpikir, berkata dan berperilaku lebih bijaksana sesuai dengan tokoh pewayangan tersebut.
“Tujuannya agar keberlangsungan dan kebermanfaatan warisan budaya bagi kaum milenial sebagai penerus tetap terjaga,” ucap Wisandika. Kata dia, Dinas Kebudayaan juga berkolaborasi dengan seluruh stakeholder untuk memperkuat tradisi, kebudayaan Bali.
Empat jenis lomba yang dilaksanakan, yakni lomba Macecimpedan (tebak-tebakan), lomba Baligrafi, lomba Masatua Bali dan lomba membuat wayang. Wisandika menjelaskan seluruh lomba ini diikuti perwakilan dari sembilan kecamatan di Buleleng.
Khusus untuk lomba membuat wayang dari kertas karton, diikuti empat orang perwakilan dari masing-masing kecamatan. Mereka diberikan waktu selama tiga jam untuk menuntaskan pembuatan wayang dengan karakter Yudistira. Mulai dari proses pemahatan hingga pewarnaan.
Tokoh Yudistira dipilih karena melambangkan kebijaksanaan. Hal ini yang menjadi landasan sikap harapan bagi kaum milenial di era sekarang zaman digital, zaman global untuk dapat berpikir, berkata dan berperilaku lebih bijaksana sesuai dengan tokoh pewayangan tersebut.
Salah satu peserta lomba mesatua Bali, I Gede Arya Waraspatika Nanda dari SDN 3 Tunjung Kecamatan Kubutambahan, mengaku sudah bersiap lama untuk mengikuti lomba ini. Dia pun memberanikan diri dengan modal pernah mengikuti lomba yang sama di tingkat desa. “Persiapannya sejak dulu, namun saat lomba kali ini mungkin karena banyak yang menonton agak grogi jadinya dan berusaha segera selesai lombanya,” ungkap Arya.
Dia mengatakan tidak menghadapi kendala berarti, hanya meresapi jalan cerita Jayaprana dan Layonsari yang dibawakan serta berlatih penjiwaan.7k23
Dia mengatakan tidak menghadapi kendala berarti, hanya meresapi jalan cerita Jayaprana dan Layonsari yang dibawakan serta berlatih penjiwaan.7k23
Komentar