Filatelis Melihat Prangko sebagai Benda Seni
Dipamerkan, Prangko Tahun 1864 Keluaran Pemerintah Hindia Belanda
DENPASAR, NusaBali - Kegiatan mengumpulkan prangko (filateli) atau produk filatelis lainnya seperti kartu pos, menjadi satu kegiatan mengasyikkan dan berharga bagi sebagian orang.
Meskipun penggunaan prangko sebagai bagian dari kegiatan bersurat secara tradisional telah jarang dilakukan saat ini, tidak mengurangi semangat para filatelis untuk menggeluti hobi unik ini.
Perkumpulan Filatelis Indonesia (PFI) Pengurus Daerah Bali kembali menggelar pameran filateli bertajuk Denphex (Denpasar Philately Exhibition). Ribuan benda filatelis seperti prangko, kartu pos, dipamerkan di Gedung Dharma Negara Alaya Denpasar, Lumintang, Denpasar Utara pada 6–8 Oktober 2023.
Ketua panitia pameran sekaligus Ketua PFI Pengurus Daerah Bali Gede Ngurah Surya Hadinata, mengatakan kegiatan pameran menunjukkan bahwa kegiatan filateli masih tetap eksis saat ini di tengah perkembangan teknologi komunikasi yang menggerus cara bersurat tradisional yang dilengkapi prangko.
“Filateli masih eksis karena memang ada komunitasnya dan filatelis (kini) melihat dari sudut pandang yang berbeda,”kata Surya Hadinata.
Dia menjelaskan, para filatelis memiliki pandangan berbeda ketika melihat prangko atau benda filatelis lain seperti kartu pos. Ketika orang lain melihat produk-produk tersebut sebagai barang lama, sampah, ataupun usang, filateli melihat benda-benda tersebut sebagai benda yang sangat berharga.
Menurutnya di dalam sekeping prangko atau benda filatelis lainnya, bukan saja soal sekeping kertas melainkan juga terdapat edukasi sejarah ataupun budaya.
“Dari filateli kita belajar bagaimana sejarah 100 tahun, 200 tahun yang lampau, banyak yang tidak kita dapatkan di buku sejarah, bisa kita temukan dalam benda-benda filateli,” ungkap Surya Hadinata.
Salah satu prangko yang dipamerkan telah berusia lebih dari 100 tahun. Sama dengan pameran tahun lalu, PFI Bali kembali memajang prangko tertua rilis tahun 1864 yang dikeluarkan Pemerintah Hindia Belanda.
“Filateli adalah nilai sejarah, apresiasi benda seni yang telah diterbitkan negara di masa lalu. Kita bisa berkaca dari nilai-nilai luhur di dalamnya,” ucap Surya Hadinata.
Di sisi lain, Surya Hadinata menjelaskan bahwa seorang filatelis juga dapat dilihat sebagai seorang kolektor-investor. Hal itu karena tidak jarang, filatelis lain tertarik membeli koleksi filatelis lainnya. “Seorang investor sewaktu-waktu dia menjual juga,” ungkapnya.
Selain melalui pameran pertemuan antarfilatelis juga terjadi pada saat pertemuan sederhana untuk sekadar berkumpul dan berdiskusi. PFI Bali sendiri saat ini beranggotakan sekitar 50-an orang. Mereka rutin bertemu dan mengadakan pameran, memberi kesempatan masyarakat ikut mengapresiasi filateli.
“Dengan pameran ini kesempatan untuk menggetoktularkan filateli,” harap Surya Hadinata.
Selain melihat koleksi prangko dan kartu pos lawas, pengunjung pameran juga dapat melihat uang kertas yang tidak diterbitkan lagi oleh pemerintah. Denphex 2023 menyisipkan koleksi uang-uang kertas lawas atau numismatika. Kegiatan mengumpulkan prangko memiliki semangat yang sama yakni mendokumentasikan produk-produk kertas yang dikeluarkan pemerintah di masa lalu. “Filateli dan uang kertas bersinergi,” sebut Surya Hadinata.
Selain itu untuk merayakan pameran filateli Denphex ke-7 ini, PFI ikut menerbitkan perangko seri khusus bergambar Dewa Ganesha.
Sementara itu, guru SMPN 10 Denpasar Eka Febriani SPd yang mengajak muridnya untuk mendatangi pameran, mengatakan siswa saat ini lebih familiar dengan email ataupun aplikasi pesan singkat di gawai mereka sebagai alat komunikasi. Untuk itu pameran filateli memberikan wawasan kepada para siswa terkait sejarah surat-menyurat.
Di kelas, pengenalan terkait surat terdapat dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, salah satunya membahas penggunaan prangko dalam surat menyurat. “Karena zaman sekarang anak-anak kan lebih ke digital. Ini (pameran filateli, Red) jadi pengenalan tentang sejarah prangko,” ujar guru bahasa Indonesia ini. 7 cr78
Perkumpulan Filatelis Indonesia (PFI) Pengurus Daerah Bali kembali menggelar pameran filateli bertajuk Denphex (Denpasar Philately Exhibition). Ribuan benda filatelis seperti prangko, kartu pos, dipamerkan di Gedung Dharma Negara Alaya Denpasar, Lumintang, Denpasar Utara pada 6–8 Oktober 2023.
Ketua panitia pameran sekaligus Ketua PFI Pengurus Daerah Bali Gede Ngurah Surya Hadinata, mengatakan kegiatan pameran menunjukkan bahwa kegiatan filateli masih tetap eksis saat ini di tengah perkembangan teknologi komunikasi yang menggerus cara bersurat tradisional yang dilengkapi prangko.
“Filateli masih eksis karena memang ada komunitasnya dan filatelis (kini) melihat dari sudut pandang yang berbeda,”kata Surya Hadinata.
Dia menjelaskan, para filatelis memiliki pandangan berbeda ketika melihat prangko atau benda filatelis lain seperti kartu pos. Ketika orang lain melihat produk-produk tersebut sebagai barang lama, sampah, ataupun usang, filateli melihat benda-benda tersebut sebagai benda yang sangat berharga.
Menurutnya di dalam sekeping prangko atau benda filatelis lainnya, bukan saja soal sekeping kertas melainkan juga terdapat edukasi sejarah ataupun budaya.
“Dari filateli kita belajar bagaimana sejarah 100 tahun, 200 tahun yang lampau, banyak yang tidak kita dapatkan di buku sejarah, bisa kita temukan dalam benda-benda filateli,” ungkap Surya Hadinata.
Salah satu prangko yang dipamerkan telah berusia lebih dari 100 tahun. Sama dengan pameran tahun lalu, PFI Bali kembali memajang prangko tertua rilis tahun 1864 yang dikeluarkan Pemerintah Hindia Belanda.
“Filateli adalah nilai sejarah, apresiasi benda seni yang telah diterbitkan negara di masa lalu. Kita bisa berkaca dari nilai-nilai luhur di dalamnya,” ucap Surya Hadinata.
Di sisi lain, Surya Hadinata menjelaskan bahwa seorang filatelis juga dapat dilihat sebagai seorang kolektor-investor. Hal itu karena tidak jarang, filatelis lain tertarik membeli koleksi filatelis lainnya. “Seorang investor sewaktu-waktu dia menjual juga,” ungkapnya.
Selain melalui pameran pertemuan antarfilatelis juga terjadi pada saat pertemuan sederhana untuk sekadar berkumpul dan berdiskusi. PFI Bali sendiri saat ini beranggotakan sekitar 50-an orang. Mereka rutin bertemu dan mengadakan pameran, memberi kesempatan masyarakat ikut mengapresiasi filateli.
“Dengan pameran ini kesempatan untuk menggetoktularkan filateli,” harap Surya Hadinata.
Selain melihat koleksi prangko dan kartu pos lawas, pengunjung pameran juga dapat melihat uang kertas yang tidak diterbitkan lagi oleh pemerintah. Denphex 2023 menyisipkan koleksi uang-uang kertas lawas atau numismatika. Kegiatan mengumpulkan prangko memiliki semangat yang sama yakni mendokumentasikan produk-produk kertas yang dikeluarkan pemerintah di masa lalu. “Filateli dan uang kertas bersinergi,” sebut Surya Hadinata.
Selain itu untuk merayakan pameran filateli Denphex ke-7 ini, PFI ikut menerbitkan perangko seri khusus bergambar Dewa Ganesha.
Sementara itu, guru SMPN 10 Denpasar Eka Febriani SPd yang mengajak muridnya untuk mendatangi pameran, mengatakan siswa saat ini lebih familiar dengan email ataupun aplikasi pesan singkat di gawai mereka sebagai alat komunikasi. Untuk itu pameran filateli memberikan wawasan kepada para siswa terkait sejarah surat-menyurat.
Di kelas, pengenalan terkait surat terdapat dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, salah satunya membahas penggunaan prangko dalam surat menyurat. “Karena zaman sekarang anak-anak kan lebih ke digital. Ini (pameran filateli, Red) jadi pengenalan tentang sejarah prangko,” ujar guru bahasa Indonesia ini. 7 cr78
Komentar