Jalur Inspeksi Kelompok Nelayan Ulam Sari Kedonganan Rampung, Bantu Aktivitas Nelayan dan Peneliti
MANGUPURA, NusaBali.com – Jalan inspeksi yang berlokasi di sebelah Timur Kedonganan, Kecamatan Kuta, yang dibuat oleh Kelompok Nelayan Ulam Sari telah rampung. Yang mana, rampungnya jalan inspeksi itu juga sudah ditandai dengan Upacara Pemelaspasan pada Sabtu (7/10/2023) pagi.
Perwakilan Kelompok Nelayan Ulam Sari, I Ketut Sentana menerangkan akses jalan inspeksi tersebut dibuat untuk membantu aktivitas para nelayan. Di sisi lain, jalan inspeksi itu akan secara bertahap digunakan untuk akses penelitian yang bertujuan untuk mempermudah akademisi, mahasiswa, serta siswa untuk belajar tentang pohon mangrove.
“Di samping itu kami ajak juga lapisan masyarakat untuk ikut membantu menjaga kelestarian hutan mangrove. Tetapi tidak menutup kemungkinan ke depan akan digunakan sebagai tempat wisata. Kami masih terbuka untuk itu,” terangnya saat ditemui di lokasi pada Sabtu (7/10/2023) pagi.
Lebih lanjut ia jelaskan, pembangunan jalan inspeksi sepanjang 450 meter itu dikerjakan secara bertahap sejak September 2022. Ia membeberkan jika dana yang dihabiskan sampai Rp 250 juta.
Akses pantau ini bermula dari ide I Wayan Mertha selaku Jero Bendesa Adat yang kemudian disambut baik oleh kelompok nelayan. "Sehingga kami mendekati donatur sebagai sponsor untuk membuat akses pantau ini,” ungkap pria yang akrab disapa Rai itu.
Meski jalan inspeksi itu sudah rampung, diharapkan masih ada uluran tangan dari pihak pemerintah ataupun swasta untuk turut membantu membuat dermaga. Sebab fasilitas dermaga sangat dibutuhkan untuk nelayan agar bisa menyandarkan kapal setelah melaut.
Selain itu, ia juga berharap ke depan pihaknya bisa membangun fasilitas toilet umum yang berlokasi dekat dengan akses jalan inspeksi tersebut. Karena saat ini keberadaan toilet umum berlokasi di luar kawasan Ulam Sari.
“Kemungkinan besar kalau ada bantuan dana akan kami lanjutkan dengan membuat dermaga. Karena itu sarana dan prasana yang sangat kami butuhkan saat ini. Selain itu kami juga berharap bisa membuat toilet yang letaknya di dalam kawasan dekat dengan akses jalan inspeksi,” tambahnya.
Mewakili Kepala UPTD Taman Hutan Raya, Tahura, Made Yuda Wibawa menerangkan jika jalan atau jalur inspeksi tersebut sudah seizin pihaknya. Tujuannya adalah untuk melakukan pengamanan kawasan hutan mangrove, berkolaborasi dengan kelompok Nelayan Ulam Sari.
“Di samping itu kami ajak juga lapisan masyarakat untuk ikut membantu menjaga kelestarian hutan mangrove. Tetapi tidak menutup kemungkinan ke depan akan digunakan sebagai tempat wisata. Kami masih terbuka untuk itu,” terangnya saat ditemui di lokasi pada Sabtu (7/10/2023) pagi.
Lebih lanjut ia jelaskan, pembangunan jalan inspeksi sepanjang 450 meter itu dikerjakan secara bertahap sejak September 2022. Ia membeberkan jika dana yang dihabiskan sampai Rp 250 juta.
Akses pantau ini bermula dari ide I Wayan Mertha selaku Jero Bendesa Adat yang kemudian disambut baik oleh kelompok nelayan. "Sehingga kami mendekati donatur sebagai sponsor untuk membuat akses pantau ini,” ungkap pria yang akrab disapa Rai itu.
Meski jalan inspeksi itu sudah rampung, diharapkan masih ada uluran tangan dari pihak pemerintah ataupun swasta untuk turut membantu membuat dermaga. Sebab fasilitas dermaga sangat dibutuhkan untuk nelayan agar bisa menyandarkan kapal setelah melaut.
Selain itu, ia juga berharap ke depan pihaknya bisa membangun fasilitas toilet umum yang berlokasi dekat dengan akses jalan inspeksi tersebut. Karena saat ini keberadaan toilet umum berlokasi di luar kawasan Ulam Sari.
“Kemungkinan besar kalau ada bantuan dana akan kami lanjutkan dengan membuat dermaga. Karena itu sarana dan prasana yang sangat kami butuhkan saat ini. Selain itu kami juga berharap bisa membuat toilet yang letaknya di dalam kawasan dekat dengan akses jalan inspeksi,” tambahnya.
Mewakili Kepala UPTD Taman Hutan Raya, Tahura, Made Yuda Wibawa menerangkan jika jalan atau jalur inspeksi tersebut sudah seizin pihaknya. Tujuannya adalah untuk melakukan pengamanan kawasan hutan mangrove, berkolaborasi dengan kelompok Nelayan Ulam Sari.
“Utamanya kami memberikan izin membuat jalur pantau ini karena juga sebagai aktivitas nelayannya. Sekarang pasang air laut tidak cukup tinggi, sehingga akses keluar masuk untuk nelayan susah, sehingga diperlukannya jalur ini untuk mempermudah nelayan,” terang pria yang saat ini menjabat sebagai Analis Rehabilitasi dan Konservasi UPTD Tahura Ngurah Rai.
Foto: Prosesi upacara Pemelaspasan pada Sabtu (7/10/2023) pagi. -RIKHA SETYA
Selain sebagai jalan inspeksi, peruntukan jalan inspeksi yang terbuat dari bambu itu nantinya akan dikembangkan juga untuk tempat wisata. Namun ia menilai kawasan tersebut adalah kawasan hutan konservasi yang penanganannya berbeda dengan hutan lain, sehingga pihaknya ingin regulasi kunjungan bisa lebih ketat mengingat untuk menjaga hutan mangrove tersebut.
“Ke depan akan mengarah ke tempat wisata, namun kami belum mengizinkan adanya retribusi, kami belum mengatur regulasinya. Mungkin bisa sifatnya donasi tanpa ticketing. Jadi kalau masuk ke kawasan harus ada izin dari kami. Tetapi dari nelayan bisa menggunakan aksesnya kapan saja. Namun untuk pengunjung ada waktunya,”
Saat ditemui di lokasi pada Sabtu (7/10/2023) pagi, Yuda membeberkan jika seluruh dana yang digunakan adalah inisiatif dari kelompok nelayan Ulam Sari. Anggaran itu didapat dari CSR atau bantuan pihak lain yang sifatnya tidak investasi. Sehingga murni adalah bantuan dari pihak lain.
Masih menurut dia, walau saat ini jalan inspeksi itu berbahan dari bambu, ia menilai jalan itu bisa tahan cukup lama sekitar lima sampai enam tahun. Meski demikian, ia mengatakan ke depan akan tetap ada pemeliharaan.
“Ke depan ini akan berkembang lagi semoga suatu saat kami ganti dengan kayu. Kami berharap para nelayan ini bisa berkembang, kreatif untuk ikut mengelola kawasan ini baik itu ikut melindungi, melakukan pengawasan, pemulihan ekosistem, pemberdayaan masyarakat, dan ikut melakukan pembersihan sampah plastik di kawasan,” harapnya. *ris
1
Komentar