Intensitas Turnamen Tinggi Sebabkan Pemain Kelelahan
JAKARTA, NusaBali - Mantan atlet bulutangkis nasional, Luluk Hadiyanto menilai, kegagalan Indonesia meraih medali di Asian Games 2022 karena tingginya intensitas turnamen yang diikuti para atlet.
Menurut Luluk, sebelum Asian Games para atlet telah mengikuti dua kejuaraan berturut-turut. Hal tersebutlah yang kemudian membuat para atlet lelah dan jenuh sehingga gagal bermain dengan maksimal.
“Strategi pengiriman pemain ke sebuah turnamen menjadi faktor krusial. Para pemain Indonesia, sebelum Asian Games 2022 dipaksa mengikuti kejuaraan China Open dan Hongkong Open lalu ke Asian Games 2022. Tiga kejuaraan berturut-turut membuat pemain kelelahan dan kejenuhan yang luar biasa,” kata Luluk Hadianto, Jumat (6/10).
Untuk mengembalikan prestasi, Luluk memberikan evaluasi jangka pendek maupun jangka panjang yang dapat dilakukan. Menurut mantan pemain ganda putra itu, mengembalikan kepercayaan diri atlet merupakan evaluasi jangka pendek yang harus dilakukan. Sebab, ini beban psikologis yang berat bagi para atlet. Sebab mereka juga tetap menjalani kualifikasi Olimpiade Paris 2024. Untuk evaluasi jangka menengah dan panjang, Luluk menyarankan membuat regenerasi dengan sistem pembinaan yang baik.
“Saya rasa PBSI sudah tahu sistem pembinaan usia muda sampai dengan elit senior yang baik karena sebelumnya kan PBSI sudah mampu melewati hal-hal seperti ini, dengan catatan mereka mau mendengar dan membina dengan nilai-nilai yang ada dalam OR,” ujar Luluk.
Kendati gagal meraih medali di Asian Games 2022, Luluk tetap memberi semangat untuk para atlet. Mereka harus kembali bangkit dan berlatih lebih keras agar prestasi bulutangkis Indonesia dapat kembali meningkat.
“Tongkat estafet bulutangkis Indonesia yang hebat ada pada pundak para pebulu tangkis nasional saat ini dan para pemain muda. Segera lupakan kekalahan dan berdiri dengan kepala tegak. Berlatih lebih keras agar Indonesia tetap berada di Puncak,” kata Luluk Hadianto, yang pernah berpasangan dengan Alvent Yulianto itu. ant
Komentar