Krisis Air Bersih Ancam Bali, 3 Wilayah Utara Alami Kekeringan Ekstrem
DENPASAR, NusaBali.com - Krisis air bersih mengancam Bali, menyusul kemarau panjang yang melanda pulau Dewata sejak Juli 2023. Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar memetakan tiga wilayah di Bali bagian utara mengalami kekeringan dengan kategori ekstrem, karena sudah tidak turun hujan hingga 100 hari.
Ketiga wilayah tersebut adalah Kubu, Kubutambahan, dan Gerokgak. Kubu di Kabupaten Karangasem sudah tidak turun hujan selama 100 hari, Kubutambahan dan Gerokgak yang keduanya berada di Kabupaten Buleleng sudah tidak turun hujan masing-masing selama 99 dan 94 hari.
Kekeringan ekstrem ini menyebabkan krisis air bersih di tiga wilayah tersebut. Warga kesulitan mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari, seperti memasak, mandi, dan mencuci.
BBMKG Denpasar juga sudah mengeluarkan peringatan dini kekeringan di 15 wilayah kecamatan, termasuk tiga wilayah kekeringan ekstrem itu.
"Kami mengimbau masyarakat untuk menghemat penggunaan air," kata Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah III Denpasar I Nyoman Gede Wiryajaya.
Selain itu, masyarakat juga diimbau untuk berhati-hati terhadap kebakaran hutan dan lahan, karena kekeringan menyebabkan lahan menjadi kering dan mudah terbakar.
Puncak musim kemarau di Bali diperkirakan terjadi pada Juli-Agustus 2023, yang dipengaruhi fenomena El Nino. Namun, berdasarkan analisis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) El Nino yang memicu kekeringan terus bertahan pada level moderat hingga periode Desember 2023, Januari dan Februari 2024.
Kondisi ini diperkirakan akan semakin memperburuk kondisi kekeringan di Bali.
BBMKG Denpasar juga sudah mengeluarkan peringatan dini kekeringan di 12 wilayah kecamatan lainnya.
Adapun 12 kecamatan tersebut adalah Buleleng, Sawan dan Sukasada di Kabupaten Buleleng. Kemudian, di Kabupaten Jembrana ada di Kecamatan Melaya; Kabupaten Bangli di Kecamatan Kintamani; Kabupaten Karangasem di Kecamatan Karangasem.
Di Kabupaten Badung di Kecamatan Kuta, Kuta Utara, dan Kuta Selatan, sedangkan Kabupaten Klungkung di Nusa Penida dan Kota Denpasar, baik di timur maupun selatan.
Meski memasuki musim kering, BBMKG Denpasar memprakirakan masih berpotensi terjadi hujan pada 11-20 Oktober 2023, namun dengan curah hujan minim yang secara umum mencapai hingga 49,5 milimeter per 10 hari.
Wilayah berpotensi terjadi hujan itu, yakni Kecamatan Negara, Jembrana, Mendoyo, Pekutatan, Sukasada, Tembuku, Rencang, dan Selat.
Sebelumnya, BBMKG Denpasar memprakirakan puncak musim kemarau di Bali terjadi pada Juli-Agustus 2023, yang dipengaruhi fenomena El Nino.
Namun, berdasarkan analisis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) El Nino yang memicu kekeringan terus bertahan pada level moderat hingga periode Desember 2023, Januari dan Februari 2024.
Apabila mencapai angka lebih dari 1 merupakan intensitas moderat dan akan semakin kering.
Kondisi El Nino diperkirakan mencapai 1,61 pada periode September, Oktober dan November (SON) 2023, kemudian meningkat menjadi 1,64 pada Oktober November, Desember (OND) 2023, dan berangsur menurun meski masih berada pada rentang angka 1, yakni mulai November, Desember, Januari (NDJ) mencapai 1,54.
Selanjutnya, pada Desember, Januari, Februari (DJF) mencapai 1,24, Januari, Februari, Maret (JFM) 2024 mencapai 0,94 dan Februari, Maret, April (FMA) 2024 mencapai 0,77.*ant
1
Komentar