November Musim Penghujan, Buleleng Masih Kekeringan
SINGARAJA, NusaBali - Sejumlah daerah di Kabupaten Buleleng disebut masih terancam kekeringan pada awal November mendatang yang diperkirakan sudah memasuki musim penghujan.
Bahkan hujan merata di seluruh wilayah Buleleng baru akan terjadi pada Desember-Januari 2024 mendatang. Hal ini diungkapkan Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar, saat sosialisasi prakiraan awal musim penghujan, Kamis (12/10).
Dalam pemaparannya secara daring, Koordinator Analis dan Prakiraan Stasiun Klimatologi Bali Made Dwi Wiratmaja mengungkapkan secara umum Bali baru memasuki musim penghujan pada bulan November. Musim penghujan pun diprediksi akan mengalami kemunduran karena dampak El Nino yang masih berpotensi akan terjadi hingga Maret 2024.
“Pengurangan curah hujan antara 9-77 persen, sampai Maret 2024 masih berpotensi terjadi El Nino. Puncaknya diperkirakan terasa pada September sampai November,” papar Dwi Wiratmaja.
Khusus untuk wilayah Buleleng, peluang hujan di awal musim penghujan hanya ada di Kecamatan Sukasada. Dan Sukasada. Itu pun hanya 20 persen dari total wilayah, sedangkan sisanya masih berpotensi kekeringan. Terakhir yang masuk musim hujan akhir pada bulan Desember itu Kecamatan Seririt dan Gerokgak.
“Saat ini masih dalam kategori awas, sudah 60 hari tidak turun hujan, dengan peluang turun hujan 10 hari ke depan sangat rendah. Seluruh wilayah Buleleng baru masuk musim hujan pada bulan Desember. Sedangkan puncak musim hujan diprediksi bulan Januari,” imbuh dia.
Saat musim kemarau panjang, Buleleng selalu mencatatkan rekor terlama daerah tidak turun hujan. Seperti kemarau tahun ini daerah Kubutambahan sudah 99 hari tidak turun hujan. Rekor terpanjang terjadi pada kemarau 2019 lalu. Desa Sambirenteng di Kecamatan Tejakula mencatat rekor daerah tidak turun hujan selama 236 hari. Lalu pada tahun 2022 lalu ada Desa Kerobokan wilayah Kecamatan Sawan dan Sumberklampok di Kecamatan Gerokgak dengan lama tidak turun hujan 116 hari.
“Ini perlu diwaspadai, karena musim hujan mundur. Masih terjadi El Nino dengan intensitas menurun, dampaknya tidak signifikan seperti September-November. Curah hujan akan cenderung normal pada Januari-Maret 2024 mendatang,” papar Dwi Wiratmaja. 7k23
Dalam pemaparannya secara daring, Koordinator Analis dan Prakiraan Stasiun Klimatologi Bali Made Dwi Wiratmaja mengungkapkan secara umum Bali baru memasuki musim penghujan pada bulan November. Musim penghujan pun diprediksi akan mengalami kemunduran karena dampak El Nino yang masih berpotensi akan terjadi hingga Maret 2024.
“Pengurangan curah hujan antara 9-77 persen, sampai Maret 2024 masih berpotensi terjadi El Nino. Puncaknya diperkirakan terasa pada September sampai November,” papar Dwi Wiratmaja.
Khusus untuk wilayah Buleleng, peluang hujan di awal musim penghujan hanya ada di Kecamatan Sukasada. Dan Sukasada. Itu pun hanya 20 persen dari total wilayah, sedangkan sisanya masih berpotensi kekeringan. Terakhir yang masuk musim hujan akhir pada bulan Desember itu Kecamatan Seririt dan Gerokgak.
“Saat ini masih dalam kategori awas, sudah 60 hari tidak turun hujan, dengan peluang turun hujan 10 hari ke depan sangat rendah. Seluruh wilayah Buleleng baru masuk musim hujan pada bulan Desember. Sedangkan puncak musim hujan diprediksi bulan Januari,” imbuh dia.
Saat musim kemarau panjang, Buleleng selalu mencatatkan rekor terlama daerah tidak turun hujan. Seperti kemarau tahun ini daerah Kubutambahan sudah 99 hari tidak turun hujan. Rekor terpanjang terjadi pada kemarau 2019 lalu. Desa Sambirenteng di Kecamatan Tejakula mencatat rekor daerah tidak turun hujan selama 236 hari. Lalu pada tahun 2022 lalu ada Desa Kerobokan wilayah Kecamatan Sawan dan Sumberklampok di Kecamatan Gerokgak dengan lama tidak turun hujan 116 hari.
“Ini perlu diwaspadai, karena musim hujan mundur. Masih terjadi El Nino dengan intensitas menurun, dampaknya tidak signifikan seperti September-November. Curah hujan akan cenderung normal pada Januari-Maret 2024 mendatang,” papar Dwi Wiratmaja. 7k23
Komentar