Kemarau Bawa Berkah bagi Petambak Garam
Produksi Lebih Singkat dan Melimpah.
SINGARAJA, NusaBali - Musim kemarau berkepanjangan menjadi berkah tersendiri para petani garam di Desa Les, Kecamatan Tejakula, Buleleng. Mereka kini bisa meningkatkan jumlah produksi garam. Selain itu, waktu untuk memproduksi garam pun menjadi lebih singkat.
Ketua Sentra Garam Desa Les Ketut Agus Winaya mengatakan, saat musim kemarau ini masing-masing petani di Desa Les bisa memproduksi garam tiga kali dalam seminggu, dengan jumlah mencapai 35 hingga 40 kilogram per sekali produksi. Sementara saat cuaca normal, produksi hanya bisa dilakukan dua kali dalam seminggu.
"Proses pembuatan garam saat lebih cepat karena cuaca terik. Penjemuran hanya cukup dilakukan dua hari. Kalau cuaca normal bisanya butuh waktu sampai tiga hari," kata Agus Winaya, Kamis (12/10).
Kata dia, meningkatnya jumlah produksi ini tidak berpengaruh terhadap harga garam. Di pasar tradisional, garam dijual seharga Rp 12.000 hingga Rp 15.000 per kilogram tergantung kualitas. "Kalau dari segi harga sebenarnya sama dengan cuaca normal, memang di kisaran Rp 12.000 hingga Rp 15.000 per kilogram. Cuma dengan musim kemarau ini produksi jadi meningkat," jelasnya.
Di Desa Les ada 30 orang petani garam tradisional yang tergabung dalam kelompok petani garam. Produksi biasanya dilakukan pada Mei hingga akhir Oktober, saat cuaca terik. Sementara bila sudah memasuki musim hujan, petani menghentikan produksi. Mereka pun beralih pekerjaan menjadi petani atau nelayan.
"Biasanya November sudah masuk musim hujan, produksi garam dihentikan karena petani tidak bisa melakukan penjemuran. Kalau sudah musim hujan mereka beralih jadi petani atau nelayan," imbuh Winaya.
Saat ini garam tradisional buatan petani di Desa Les juga mulai dijual ke luar daerah, seperti Bogor Jawa Barat dan Saltiga Jawa Tengah. Pengiriman dilakukan setiap bulan dengan jumlah sekitar 10 kilogram hingga 30 kilogram. "Ini masih tahap awal, kami dapat reseller di daerah Bogor dan Salatiga. Kami kirim garam siap pakai, nanti reseller yang mengemas ulang," jelasnya
Selain itu untuk meningkatkan nilai jual, salah satu petani di desa tersebut juga mulai melakukan inovasi agar garam bisa dijual di restoran-restoran, atau menjadi buah tangan untuk para wisawatan. Petani membuat garam dengan berbagai cita rasa seperti garlic, chili, lemon grass, moringa dan lime. Garam dengan berbagai cita rasa itu dibanderol dengan harga Rp 40.000 kemasan 500 gram. 7mzk
"Proses pembuatan garam saat lebih cepat karena cuaca terik. Penjemuran hanya cukup dilakukan dua hari. Kalau cuaca normal bisanya butuh waktu sampai tiga hari," kata Agus Winaya, Kamis (12/10).
Kata dia, meningkatnya jumlah produksi ini tidak berpengaruh terhadap harga garam. Di pasar tradisional, garam dijual seharga Rp 12.000 hingga Rp 15.000 per kilogram tergantung kualitas. "Kalau dari segi harga sebenarnya sama dengan cuaca normal, memang di kisaran Rp 12.000 hingga Rp 15.000 per kilogram. Cuma dengan musim kemarau ini produksi jadi meningkat," jelasnya.
Di Desa Les ada 30 orang petani garam tradisional yang tergabung dalam kelompok petani garam. Produksi biasanya dilakukan pada Mei hingga akhir Oktober, saat cuaca terik. Sementara bila sudah memasuki musim hujan, petani menghentikan produksi. Mereka pun beralih pekerjaan menjadi petani atau nelayan.
"Biasanya November sudah masuk musim hujan, produksi garam dihentikan karena petani tidak bisa melakukan penjemuran. Kalau sudah musim hujan mereka beralih jadi petani atau nelayan," imbuh Winaya.
Saat ini garam tradisional buatan petani di Desa Les juga mulai dijual ke luar daerah, seperti Bogor Jawa Barat dan Saltiga Jawa Tengah. Pengiriman dilakukan setiap bulan dengan jumlah sekitar 10 kilogram hingga 30 kilogram. "Ini masih tahap awal, kami dapat reseller di daerah Bogor dan Salatiga. Kami kirim garam siap pakai, nanti reseller yang mengemas ulang," jelasnya
Selain itu untuk meningkatkan nilai jual, salah satu petani di desa tersebut juga mulai melakukan inovasi agar garam bisa dijual di restoran-restoran, atau menjadi buah tangan untuk para wisawatan. Petani membuat garam dengan berbagai cita rasa seperti garlic, chili, lemon grass, moringa dan lime. Garam dengan berbagai cita rasa itu dibanderol dengan harga Rp 40.000 kemasan 500 gram. 7mzk
1
Komentar