Sulap Akar Kayu Jadi Karya Seni
Harganya Bernilai Ratusan Juta Rupiah
Akar dan bonggol kamboja merupakan media yang favorit. Kebanyakan didatangkan dari Banyuwangi, Jawa Timur.
DENPASAR, NusaBali
Di tangan seniman ukir, akar maupun bonggol kayu yang semula terlihat biasa-biasa saja bisa menjadi karya seni bernilai tinggi. Harganya pun tidak main-main ratusan juta rupiah. Contohnya di Desa Buruan, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar. Pemahat di desa ini dikenal sebagai pemahat akar yang piawai.
I Wayan Mawan, 60, salah seorang seniman ukir setempat menuturkan, karya ukiran dari Buruan memang khas. “Gayanya surealis dekoratif,” ucapnya saat ditemui dikediamannya, Jumat (13/10).
Menurutnya, yang dimaksud surealis, karya mengikuti bentuk natural dari media, yakni akar kayu. Bagaimana aslinya itulah dipahat. “Pantang ada pemotongan,” tegasnya.
Sedangkan dekoratif, maksudnya dibuat sedemikian detail, sepenuh hati. Waktunya pengerjaan juga tidak pendek. Bisa berbulan-bulan bahkan sampai setahun lebih. “Karena memang seni murni, bukan kerajinan,” kata Mawan seraya berucap kesabaran merupakan syarat lain untuk menghasilkan karya seni patung akar.
Untuk masalah ukuran bervariasi. Untuk katagori kecil berkisar 60 sentimeter hingga 2,5 meter. Namun, ada juga yang mencapai 3-5 meter. Jika ukurannya besar, maka pengerjaannya membutuhkan waktu yang cukup lama, bisa empat bulan sampai setahun. Nah, dari besar kecilnya ukuran itu menentukan harga. Bahkan ada yang sampai bernilai ratusan juta rupiah.
Menurut Mawan, akar dan bonggol kamboja merupakan media yang favorit. Untuk memperolehnya tidak gampang. Kebanyakan didatangkan dari Jawa, seperti dari Banyuwangi, Jawa Timur, dan daerah lainnya. Hal itu karena di Bali yang berusia tua, puluhan bahkan ratusan tahun sudah jarang.
Perbekel Buruan I Ketut Sumarda, mengakui memahat akar merupakan salah satu keahlian warganya. “Kontribusinya bagi pariwisata Bali sangat berarti,” ucapnya.
Menurut dia, bagaimanapun karya seni merupakan salah satu daya tarik wisata Bali. Sumarda yakin sebagian besar karya patung akar yang ada di berbagai tempat, seperti hotel, art shop, museum, koleksi pribadi dan tempat lain merupakan karya dari pemahat Buruan. “Patung karya pemahat kami bercerita, misalnya tentang tema Mahabhrata dan Ramayana,” ungkapnya.
Memahat akar, lanjut Sumarda, merupakah salah satu mata pencaharian dari warganya. Namun, jumlahnya tidak seperti dahulu, sebelum tahun 2.000 an. Hal itu tidak lepas dari berkembangnya pilihan pekerjaan maupun profesi, terutama di sektor pariwisata. “Kalau dahulu setiap KK ada seorang pemahat, sekarang sudah berkurang. Namun pekerjaan memahat akar masih ada,” kata Sumarda. 7 k17
Komentar