Pemadaman Api Pakai Metode Injeksi
Dampak Kebakaran TPA Suwung, 63 Warga Masih Mengungsi
Upaya niskala guna melancarkan upaya pemadaman kebakaran lahan TPA Suwung Denpasar dilakukan dengan memercikkan tirta (air suci) dari udara
DENPASAR, NusaBali
Kebakaran di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Sarbagita (TPA Suwung), Pedungan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar masih berlanjut hingga, Minggu (15/10). Upaya yang dilakukan sebagai upaya pemadaman kebakaran menggunakan metode injeksi dan Eco Enzym yang dimasukkan dalam 16 unit mobil damkar dan 2 helikopter water bombing.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Provinsi Bali, I Made Rentin mengungkapkan untuk pelaksanaan pemadaman di hari keempat pada jalur darat menggunakan 16 unit mobil pemadam kebakaran (Damkar) yang terdiri atas 6 unit Damkar Kota Denpasar, 5 unit damkar Badung dan 5 water cannon. Selain itu juga diterjunkan 6 unit mobil tangki air untuk mensuplay air bagi pemadam.
Di udara, menggunakan dua unit helikopter dari BNPB untuk melakukan water bombing. Pemadaman tak hanya memfokuskan di permukaan, namun juga ke dalam tumpukan sampah dengan menggunakan metode injeksi. "Operasi injeksi ini kami dibantu Kementerian Kehutanan yang langsung diterjunkan petugas Manggala Agni dari Sulawesi Selatan sebanyak 1 regu dengan anggota 15 orang," jelasnya.
Petugas menggunakan 6 unit injeksi dengan kedalaman injeksi mencapai 1-1,5 meter. "Injeksi ini lebih efektif untuk kecepatan pemadaman dan digunakan memadamkan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Sumatera dan Kalimantan," katanya. Selain itu, pemadaman selama tiga hari terakhir juga dibantu oleh NGO untuk pengadaan eco enzym. Di Embung Sanur dilakukan pencampuran eco enzym dengan perbandingan 1.000 liter air diisi 1 liter eco enzym. Selain menempuh berbagai upaya sekala (kasat mata), Pemprov Bali dan instansi terkait juga berupaya menempuh upaya niskala (tak kasat mata) guna melancarkan upaya pemadaman kebakaran lahan TPA Suwung Denpasar.
“Sebagai orang Bali yang memiliki kepercayaan adanya kekuatan alam semesta, kami mengimbangi operasi yang dilakukan di darat dan udara dengan usaha niskala, yakni memercikkan tirta atau air suci dari udara,” kata Rentin. Upaya memercikkan tirta dari helikopter ini dilakukan langsung oleh Rentin didampingi BPBD Kota Denpasar, Dinas KLH Provinsi Bali dan BNPB. “Sembari melaksanakan pantauan udara, kami memercikkan tirta dengan harapan diiringi doa tulus, penanganan kebakaran segera tuntas dan seluruh personel dalam keadaan sehat dan selamat,” imbuh Rentin.
Kebakaran di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Sarbagita (TPA Suwung), Pedungan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar masih berlanjut hingga, Minggu (15/10). Upaya yang dilakukan sebagai upaya pemadaman kebakaran menggunakan metode injeksi dan Eco Enzym yang dimasukkan dalam 16 unit mobil damkar dan 2 helikopter water bombing.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Provinsi Bali, I Made Rentin mengungkapkan untuk pelaksanaan pemadaman di hari keempat pada jalur darat menggunakan 16 unit mobil pemadam kebakaran (Damkar) yang terdiri atas 6 unit Damkar Kota Denpasar, 5 unit damkar Badung dan 5 water cannon. Selain itu juga diterjunkan 6 unit mobil tangki air untuk mensuplay air bagi pemadam.
Di udara, menggunakan dua unit helikopter dari BNPB untuk melakukan water bombing. Pemadaman tak hanya memfokuskan di permukaan, namun juga ke dalam tumpukan sampah dengan menggunakan metode injeksi. "Operasi injeksi ini kami dibantu Kementerian Kehutanan yang langsung diterjunkan petugas Manggala Agni dari Sulawesi Selatan sebanyak 1 regu dengan anggota 15 orang," jelasnya.
Petugas menggunakan 6 unit injeksi dengan kedalaman injeksi mencapai 1-1,5 meter. "Injeksi ini lebih efektif untuk kecepatan pemadaman dan digunakan memadamkan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Sumatera dan Kalimantan," katanya. Selain itu, pemadaman selama tiga hari terakhir juga dibantu oleh NGO untuk pengadaan eco enzym. Di Embung Sanur dilakukan pencampuran eco enzym dengan perbandingan 1.000 liter air diisi 1 liter eco enzym. Selain menempuh berbagai upaya sekala (kasat mata), Pemprov Bali dan instansi terkait juga berupaya menempuh upaya niskala (tak kasat mata) guna melancarkan upaya pemadaman kebakaran lahan TPA Suwung Denpasar.
“Sebagai orang Bali yang memiliki kepercayaan adanya kekuatan alam semesta, kami mengimbangi operasi yang dilakukan di darat dan udara dengan usaha niskala, yakni memercikkan tirta atau air suci dari udara,” kata Rentin. Upaya memercikkan tirta dari helikopter ini dilakukan langsung oleh Rentin didampingi BPBD Kota Denpasar, Dinas KLH Provinsi Bali dan BNPB. “Sembari melaksanakan pantauan udara, kami memercikkan tirta dengan harapan diiringi doa tulus, penanganan kebakaran segera tuntas dan seluruh personel dalam keadaan sehat dan selamat,” imbuh Rentin.
Foto: Kalaksa BPBD Bali memercikkan tirta dari helicopter sebagai upaya niskala pemadaman kebakaran TPA Suwung, Minggu (15/10). -IST
Sementara, dampak dari kebakaran TPA Suwung tercatat sudah 63 orang warga yang mengungsi di Kantor Lurah Serangan, Denpasar Selatan. Mereka merupakan warga yang terdampak akibat kebakaran TPA Suwung. Meskipun mengungsi, namun ada beberapa warga yang memilih kembali ke rumah saat siang hari. Ketika malam, mereka akan kembali ke pengungsian. Namun anak-anak, balita dan perempuan yang memiliki riwayat sesak napas memilih di pengungsian. Belasan orang memilih tinggal di pengungsian saat siang hari yang didominasi anak-anak dan lansia.
Salah seorang pengungsi Suminem asal Banyuwangi menuturkan, dirinya mengungsi sejak dua hari lalu. Dia memilih tetap tinggal di pengungsian karena tak kuat mencium bau asap. "Saya punya asma, sehingga tinggal di pengungsian," tuturnya saat ditemui, Minggu siang. Dia tinggal di sebelah utara TPA dan sehari-hari bekerja sebagai pemulung. Karena kini tak bisa memulung, ia pun harus kehilangan pendapatan Rp 150.000 per hari. Dia mengungsi bersama anak, cucu hingga menantunya dengan jumlah total 9 orang. "Suami sama anak laki-laki saya tetap bekerja. Dan mereka yang kuat dengan asap memilih bekerja menyortir. Malam baru pulang ke pengungsian," ujarnya.
Warga lainnya, Nyoman Rai Juar juga asal Banyuwangi memilih tinggal di pengungsian saat siang hari. Dia mengungkapkan, di sekitar TPA ada 500 orang yang tinggal dan terdampak. Namun kebanyakan dari mereka memilih bertahan di rumah. Sementara untuk konsumsi di pengungsian dia mengaku sangat memadai, mulai dari nasi bungkus hingga air. Selain itu, tim medis juga bersiaga di lokasi pengungsian. "Saya tidak kuat. Kena asap sama debu mata langsung merah dan sesak. Kalau bapak-bapak tetap kerja menyortir sampah. Biar ada pemasukan untuk pakai bayar cicilan, buat anak sekolah," tandasnya.
Sementara menindaklanjuti perkembangan penanganan permasalahan sampah akibat terbakarnya TPA Suwung, Pj Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya melaksanakan rapat rencana pengelolaan sampah di Kawasan Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan (Sarbagita) di Gedung Gajah, Jaya Sabha pada Minggu siang kemarin.
Mahendra Jaya mengapresiasi upaya Pemkab/Kota Sarbagita yang telah secara gotong-royong ngrombo membantu penanganan sampah akibat terbakarnya TPA Suwung. Bahkan menurut Wali Kota Denpasar, IGN Jaya Negara bantuan tidak hanya datang dari Provinsi Bali namun juga dari Kabupaten Badung, Gianyar dan Tabanan. Disamping juga bantuan CSR dari perusahaan-perusahaan seperti pertamina, PLN, Perindo dan KEK Kura-Kura Bali. “Artinya Ngrombo sudah kita terapkan dan masyarakat pun sudah melakukan,” ungkap Walikota Jaya Negara.
Pj Gubernur Bali Mahendra Jaya menyampaikan bahwa masyarakat perlu mengambil hikmah dari kejadian ini. “Tentu kita ambil hikmah dari kebakaran ini, kita perlu melakukan evaluasi dan penataan di dalam penanganan sampah,” jelasnya. Ia juga meminta agar penanganan sampah berbasis sumber agar lebih dioptimalkan, begitu juga dengan pemanfaatan TPS3R dan TPST.
“Kemudian bagus apabila desa-desa yang ada belajar penanggulangan sampah dari desa-desa yang sudah berhasil. Minta mereka belajar kesana, ya ATM, amati, tiru, modifikasi sehingga benar-benar penanganan sampah menjadi optimal,” kata Mahendra Jaya. 7 mis
Komentar