Lagi, Hiu Paus Terdampar di Pantai Pekutatan
NEGARA, NusaBali - Seekor hiu paus (Rhincodon typus) kembali ditemukan terdampar dalam keadaan mati di Pantai Pekutatan, Banjar Yeh Kuning, Desa/Kecamatan Pekutatan, Jembrana, Minggu (15/10) pagi.
Belum diketahui secara jelas apa penyebab kematian satwa yang dilindungi pemerintah ini. Namun temuan bangkai hiu paus ini pun tercatat sudah menjadi kejadian kedua setelah temuan bangkai ikan sejenis di pantai setempat pada, Jumat (29/9) lalu.
Dari informasi, bangkai hiu paus yang teranyar itu ditemukan warga pada, Minggu (15/10) pukul 05.00 Wita. Kemudian temuan bangkai ikan yang biasa disebut hiu tutul itu disampaikan ke pihak Kepolisian yang lanjut meneruskan ke sejumlah instansi terkait. Dari pihak Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Jembrana sempat turun melakukan pengukuran dan pengecekan fisik sebelum akhirnya dilakukan penguburan terhadap bangkai hiu paus tersebut.
Koordinator Satuan Kerja (Satker) PSDKP Jembrana, Andri Purna Jatmiko mengatakan, saat ditemukan warga pada pagi hari, ikan hiu paus itu sudah dalam kondisi mati.
Dari hasil pengecekan jajarannya, bangkai hiu paus itu memiliki ukuran panjang sekitar 660 centimeter (6,6 meter) dengan lebar badan 330 centimeter (3,3 meter). Kemudian dari identifikasi visual, tidak ditemukan luka yang mengarah karena perburuan. "Secara fisik mulus. Cuman ada seperti memar karena mungkin sempat terbentur karang," ujarnya.
Andri mengaku, tidak ada tindakan nekropsi atau pembedahan terhadap bangkai hiu paus tersebut karena kebetulan tidak ada tim dokter hewan yang tersedia di lokasi terdekat. Karena kondisi bangkai hiu paus sudah mulai membusuk, akhirnya diputuskan agar segera melakukan tindaklanjut penguburan dengan bantuan ekskavator dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana. "Tadi dikubur di pantai setempat. Segera dikubur karena kondisi sudah agak membusuk," ucapnya.
Dengan adanya tanda kondisi bangkai yang sudah mulai membusuk, Andri memperkirkan bahwa ikan hiu paus itu sebelumnya memang sudah mati di tengah laut. Namun untuk penyebab kematiannya belum bisa dipastikan. "Apakah karena sakit atau bagaimana, kita tidak tahu. Tetapi yang pasti tidak ada indikasi kalau matinya itu karena diburu. Kondisinya seperti yang sebelumnya (temuan sebelumnya)," ujar Andri.
Dari catatan PSDKP, dari bulan Januari hingga Oktober 2023 ini ada tiga hiu sejenis yang terdampar di pantai Jembrana dengan seluruhnya dalam kondisi mati.
Menurut dia, bangkai hiu paus pertama ditemukan di pantai Desa Air Kuning, Kecamatan Jembrana pada bulan Juni, kemudian yang kedua pada bulan September di pantai Dusun Yehkuning, Desa Pekutatan sama dengan temuan bangkai hiu yang terakhir.
Dia mengatakan selain hiu paus tutul, sepanjang tahun 2023 juga ada tiga satwa laut besar yang terdampar, yaitu paus sperma di Pantai Yeh Leh, Kecamatan Pekutatan pada bulan April, kemudian lumba-lumba di Pantai Tembles, Kecamatan Mendoyo juga di bulan April serta pada bulan Mei ditemukan lumba-lumba terdampar di Pantai Cupel, Kecamatan Negara. “Dengan enam satwa laut besar yang terdampar dan mati ini, menjadi peringatan bagi kita semua untuk menjaga ekosistem laut. Salah satunya tidak membuang sampah plastik ke laut, karena berbahaya bagi biota laut,” kata Andri. 7 ode
Dari informasi, bangkai hiu paus yang teranyar itu ditemukan warga pada, Minggu (15/10) pukul 05.00 Wita. Kemudian temuan bangkai ikan yang biasa disebut hiu tutul itu disampaikan ke pihak Kepolisian yang lanjut meneruskan ke sejumlah instansi terkait. Dari pihak Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Jembrana sempat turun melakukan pengukuran dan pengecekan fisik sebelum akhirnya dilakukan penguburan terhadap bangkai hiu paus tersebut.
Koordinator Satuan Kerja (Satker) PSDKP Jembrana, Andri Purna Jatmiko mengatakan, saat ditemukan warga pada pagi hari, ikan hiu paus itu sudah dalam kondisi mati.
Dari hasil pengecekan jajarannya, bangkai hiu paus itu memiliki ukuran panjang sekitar 660 centimeter (6,6 meter) dengan lebar badan 330 centimeter (3,3 meter). Kemudian dari identifikasi visual, tidak ditemukan luka yang mengarah karena perburuan. "Secara fisik mulus. Cuman ada seperti memar karena mungkin sempat terbentur karang," ujarnya.
Andri mengaku, tidak ada tindakan nekropsi atau pembedahan terhadap bangkai hiu paus tersebut karena kebetulan tidak ada tim dokter hewan yang tersedia di lokasi terdekat. Karena kondisi bangkai hiu paus sudah mulai membusuk, akhirnya diputuskan agar segera melakukan tindaklanjut penguburan dengan bantuan ekskavator dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana. "Tadi dikubur di pantai setempat. Segera dikubur karena kondisi sudah agak membusuk," ucapnya.
Dengan adanya tanda kondisi bangkai yang sudah mulai membusuk, Andri memperkirkan bahwa ikan hiu paus itu sebelumnya memang sudah mati di tengah laut. Namun untuk penyebab kematiannya belum bisa dipastikan. "Apakah karena sakit atau bagaimana, kita tidak tahu. Tetapi yang pasti tidak ada indikasi kalau matinya itu karena diburu. Kondisinya seperti yang sebelumnya (temuan sebelumnya)," ujar Andri.
Dari catatan PSDKP, dari bulan Januari hingga Oktober 2023 ini ada tiga hiu sejenis yang terdampar di pantai Jembrana dengan seluruhnya dalam kondisi mati.
Menurut dia, bangkai hiu paus pertama ditemukan di pantai Desa Air Kuning, Kecamatan Jembrana pada bulan Juni, kemudian yang kedua pada bulan September di pantai Dusun Yehkuning, Desa Pekutatan sama dengan temuan bangkai hiu yang terakhir.
Dia mengatakan selain hiu paus tutul, sepanjang tahun 2023 juga ada tiga satwa laut besar yang terdampar, yaitu paus sperma di Pantai Yeh Leh, Kecamatan Pekutatan pada bulan April, kemudian lumba-lumba di Pantai Tembles, Kecamatan Mendoyo juga di bulan April serta pada bulan Mei ditemukan lumba-lumba terdampar di Pantai Cupel, Kecamatan Negara. “Dengan enam satwa laut besar yang terdampar dan mati ini, menjadi peringatan bagi kita semua untuk menjaga ekosistem laut. Salah satunya tidak membuang sampah plastik ke laut, karena berbahaya bagi biota laut,” kata Andri. 7 ode
Komentar