Pastika Ajak Mahasiswa Amalkan Pancasila dan Spirit Sapta Bayu
DENPASAR, NusaBali - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Dapil Bali, Made Mangku Pastika menggugah mahasiswa di Provinsi Bali yang merupakan calon-calon pemimpin masa depan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan spirit Sapta Bayu dengan benar.
"Mahasiswa jangan acuh tak acuh, pahami dan laksanakan nilai-nilai itu," kata Pastika saat didaulat menjadi narasumber dalam acara diklat yang digelar Pasemetonan Mahasisya Hindu Dharma Universitas Warmadewa di Denpasar, Minggu (15/10).
Selain Pastika, acara Diklat Sapta Bayu ke-18 yang diikuti 300 mahasiswa itu menghadirkan narasumber Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali I Nyoman Kenak dan Ketua Yayasan Kesejahteraan Korpri Provinsi Bali Prof Dr Anak Agung Gede Oka Wisnumurti. "Kita mewarisi nilai-nilai Hindu yang luar biasa. Demikian pula kita memiliki Pancasila sebagai dasar negara. Jangan hanya dihafal, tetapi laksanakan dan amalkan dengan benar," ucap Gubernur Bali periode 2008-2018 itu.
Ia mencontohkan, Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, itu sangat kental dengan nilai-nilai humanistik dan sikap moral untuk saling mencintai dan menghargai sesama manusia. Sedangkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa tak saja sebagai wujud bakti sebagai umat beragama pada Tuhan, tetapi sarat dengan nilai-nilai toleransi.
Demikian pula dengan spirit Sapta Bayu yang merupakan tujuh tenaga atau daya hidup yang menjadi panduan dalam berbagai aspek kehidupan. Spirit Sapta Bayu ini digali dari spirit Raja Bali Sri Kesari Warmadewa yang merupakan pendiri Dinasti Warmadewa di Pulau Dewata.
"Saya harapkan mahasiswa dapat menimba ilmu dengan sungguh-sungguh serta menjunjung tinggi nama Hindu. Nilai-nilai dalam agama Hindu itu fleksibel, universal, scientific (ilmiah) dan kita tidak ada dogma," ujarnya.
Terkait dengan pelaksanaan diklat yang mengangkat tema Nayaka Praja Singha (Pemimpin Muda Bagaikan Singa), Pastika juga mengingatkan agar mahasiswa untuk berhati-hati juga menjadi singa.
Menurut Pastika, ada konsekuensinya menjadi pemimpin seperti singa, bukan sekadar slogan. Singa yang merupakan raja hutan harus berani, jujur, berwibawa, bertanggung jawab dan tidak kenal menyerah.
"Hati hati jadi singa, kalau jadi singa jangan pernah mau makan rumput. Maknanya, jangan melacurkan diri demi sesuap nasi. Akan menjadi lebih berharga kalau menjadi macan sehari dibandingkan kambing setahun," ucapnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan Kesejahteraan Korpri Provinsi Bali Prof Dr Anak Agung Gede Oka Wisnumurti menyampaikan melalui acara pendidikan dan pelatihan (diklat) tersebut sebagai upaya untuk mentransformasi spirit Sapta Bayu. "Spirit ini harus dihadirkan tidak saja di internal kampus, juga sangat relevan untuk diaktualisasikan di lingkungan eksternal," kata Wisnumurti.
Unsur-unsur Spirit Sapta Bayu meliputi Berketuhanan Yang Maha Esa; Mengembangkan Jiwa Kepemimpinan Asta Brata; dan Mengabdi kepada Almamater, Masyarakat, Bangsa, dan Negara.
Selanjutnya Unggul dalam Berkarya; Menjunjung Kejujuran dan Integritas Diri dalam Berpikir, Berkata, dan Bertindak; Menjaga dan Menghormati Keberagaman untuk Memperkuat Persatuan dan Kesatuan serta Berwawasan Lingkungan, berlandaskan Tri Hita Karana.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali I Nyoman Kenak dalam kesempatan itu banyak mengupas mengenai nilai-nilai kepemimpinan dalam Hindu. "Kalian merupakan calon-calon pemimpin masa depan," katanya.
Ketua Umum Pasemetonan Mahasisya Hindu Dharma Universitas Warmadewa Denpasar I Wayan Sudana menyampaikan pelatihan tersebut rutin digelar sebagai upaya kaderisasi kepemimpinan dengan berdasarkan spirit Sapta Bayu. "Selain itu harapannya generasi muda memiliki jiwa kepemimpinan ibarat singa sesuai dengan tema diklat Nayaka Praja Singha," katanya. 7 ant
Selain Pastika, acara Diklat Sapta Bayu ke-18 yang diikuti 300 mahasiswa itu menghadirkan narasumber Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali I Nyoman Kenak dan Ketua Yayasan Kesejahteraan Korpri Provinsi Bali Prof Dr Anak Agung Gede Oka Wisnumurti. "Kita mewarisi nilai-nilai Hindu yang luar biasa. Demikian pula kita memiliki Pancasila sebagai dasar negara. Jangan hanya dihafal, tetapi laksanakan dan amalkan dengan benar," ucap Gubernur Bali periode 2008-2018 itu.
Ia mencontohkan, Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, itu sangat kental dengan nilai-nilai humanistik dan sikap moral untuk saling mencintai dan menghargai sesama manusia. Sedangkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa tak saja sebagai wujud bakti sebagai umat beragama pada Tuhan, tetapi sarat dengan nilai-nilai toleransi.
Demikian pula dengan spirit Sapta Bayu yang merupakan tujuh tenaga atau daya hidup yang menjadi panduan dalam berbagai aspek kehidupan. Spirit Sapta Bayu ini digali dari spirit Raja Bali Sri Kesari Warmadewa yang merupakan pendiri Dinasti Warmadewa di Pulau Dewata.
"Saya harapkan mahasiswa dapat menimba ilmu dengan sungguh-sungguh serta menjunjung tinggi nama Hindu. Nilai-nilai dalam agama Hindu itu fleksibel, universal, scientific (ilmiah) dan kita tidak ada dogma," ujarnya.
Terkait dengan pelaksanaan diklat yang mengangkat tema Nayaka Praja Singha (Pemimpin Muda Bagaikan Singa), Pastika juga mengingatkan agar mahasiswa untuk berhati-hati juga menjadi singa.
Menurut Pastika, ada konsekuensinya menjadi pemimpin seperti singa, bukan sekadar slogan. Singa yang merupakan raja hutan harus berani, jujur, berwibawa, bertanggung jawab dan tidak kenal menyerah.
"Hati hati jadi singa, kalau jadi singa jangan pernah mau makan rumput. Maknanya, jangan melacurkan diri demi sesuap nasi. Akan menjadi lebih berharga kalau menjadi macan sehari dibandingkan kambing setahun," ucapnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan Kesejahteraan Korpri Provinsi Bali Prof Dr Anak Agung Gede Oka Wisnumurti menyampaikan melalui acara pendidikan dan pelatihan (diklat) tersebut sebagai upaya untuk mentransformasi spirit Sapta Bayu. "Spirit ini harus dihadirkan tidak saja di internal kampus, juga sangat relevan untuk diaktualisasikan di lingkungan eksternal," kata Wisnumurti.
Unsur-unsur Spirit Sapta Bayu meliputi Berketuhanan Yang Maha Esa; Mengembangkan Jiwa Kepemimpinan Asta Brata; dan Mengabdi kepada Almamater, Masyarakat, Bangsa, dan Negara.
Selanjutnya Unggul dalam Berkarya; Menjunjung Kejujuran dan Integritas Diri dalam Berpikir, Berkata, dan Bertindak; Menjaga dan Menghormati Keberagaman untuk Memperkuat Persatuan dan Kesatuan serta Berwawasan Lingkungan, berlandaskan Tri Hita Karana.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali I Nyoman Kenak dalam kesempatan itu banyak mengupas mengenai nilai-nilai kepemimpinan dalam Hindu. "Kalian merupakan calon-calon pemimpin masa depan," katanya.
Ketua Umum Pasemetonan Mahasisya Hindu Dharma Universitas Warmadewa Denpasar I Wayan Sudana menyampaikan pelatihan tersebut rutin digelar sebagai upaya kaderisasi kepemimpinan dengan berdasarkan spirit Sapta Bayu. "Selain itu harapannya generasi muda memiliki jiwa kepemimpinan ibarat singa sesuai dengan tema diklat Nayaka Praja Singha," katanya. 7 ant
1
Komentar