Objek Wisata Kayu Putih Diyakini Simpan Harta Karun Kerajaan Perean
TABANAN, NusaBali - Objek Wisata Kayu Putih beberapa kali menggemparkan lantaran sering ditemukan hal-hal yang diduga benda pusaka. Panglingsir Desa Adat Bayan, Desa Tua, Kecamatan Marga, Tabanan meyakini adanya harta karun di bawah kayu putih.
Persepsi ini muncul lantaran terdapat kisah yang diceritakan turun-temurun. Kemudian, jejak-jejak subjek sejarahnya masih ada dan didukung dengan temuan-temuan di lapangan seperti yoni (dari lingga yoni) dan singing bowl yang ditemukan di akar pohon kayu putih.
Di samping itu, di dalam Objek Wisata Kayu Putih terdapat Pura Babakan yang berkaitan erat dengan keberadaan Desa Adat Bayan. Pura ini pula menyimpan jejak pamucuk Desa Adat Bayan di masa lalu yakni I Gusti Ngurah Bayan, seorang kerabat Raja Perean yang diutus menjadi papatih.
Penyarikan Pura Babakan I Made Kurna Wijaya menjelaskan, Desa Adat Bayan merupakan bekas wilayah bagian barat Kerajaan Perean, Kecamatan Baturiti, Tabanan. Pura Babakan sendiri dipercayai sebagai salah satu peninggalan peradaban Kerajaan Perean sekitar abad ke-13 Masehi.
"Beliau, I Gusti Ngurah Bayan ingin bersemedi untuk menaikkan pengairan sawah di kawasan Kayu Putih sekarang. Karena dikabulkan, didirikanlah Pura Babakan. Ini berdasarkan keterang para panglingsir kami," ujar Kurna Wijaya belum lama ini.
Di masa lalu, kata Kurna Wijaya, tokoh-tokoh di Desa Adat Bayan memang dikenal sebagai ahli parahyangan atau Kubayan di Kerajaan Perean. Maka tidak heran, benda pusaka, yang dianggap magis, dan bernilai niskala diyakini banyak tersembunyi di desa adat ini, terutama di kawasan Pura Babakan.
Sayangnya, Kerajaan Perean diserang oleh Kerajaan Marga dan terjadi pertempuran dahsyat. Seperti menjadi hukum perang, pihak pemenang biasa menjarah kekayaan pihak yang dikalahkan. I Gusti Ngurah Bayan diyakini tidak ingin hal ini terjadi di Desa Adat Bayan kala itu.
Oleh karena itu, harta karun berupa benda pusaka dan benda-benda bernilai lainnya diyakini ditanam agar tidak dijarah Kerajaan Marga. Benda-benda itu dipercaya ditanam dan dipokokki kayu putih ketika Kerajaan Perean diperkirakan runtuh pada tahun 1300 Masehi.
"Berdasarkan kepercayaan panglingsir kami, bahkan disebutkan ada satu barung (set) gong yang ikut ditanam," beber Kurna Wijaya yang juga Ketua Pengelola Objek Wisata Kayu Putih.
Kisah soal keberadaan satu barung gong ini adalah yang paling populer. Sebab, ada kisah dan pengalaman pribadi panglingsir Desa Adat Bayan yang mendengar tabuh gong di kawasan Pura Babakan. Biasanya tabuh itu terdengar pada hari-hari tertentu apabila sedang ada rahinan (hari raya/suci).
Keyakinan ini semakin logis ketika dijalin satu per satu. Pertama ada kisah yang diceritakan turun-temurun kemudian ada pengalaman pribadi. Di samping itu, benda-benda pusaka itu mulai menampakkan diri apabila dirunut dari penemuan yoni dan singing bowl di bawah akar kayu putih.
Jelas Kurna Wijaya, detail atau catatan sejarahnya memang sulit ditelusuri meskipun itu dirunut ke Puri Agung Perean. Sebab, Kerajaan Perean sendiri menjadi pihak yang kalah. Segala catatan sejarah diperkirakan telah dibumihanguskan dalam peperangan melawan Kerajaan Marga.
"Ada satu pusaka Pura Babakan yang belum kami temukan keberadaanya yaitu Tulup Empet. Tulup ini digunakan untuk mengalahkan Guak Serawah yang ada di Kerajaan Klungkung dulu. Ini yang belum kami temukan," ujar Kurna Wijaya.
Kebenaran keberadaan pusaka ini diperkuat oleh cerita seorang panglingsir yang mengaku diberikan hati dari Guak Serawah untuk dimakan. Ada kisah dan pelaku sejarahnya.
Terlepas dari kisah dan fakta-fakta di lapangan, Objek Wisata Kayu Putih memang menarik untuk dikunjungi dan ditelisik misteri di dalamnya. Apalagi, bagi orang yang memiliki kepekaan batin, kawasan Kayu Putih, kata Kurna Wijaya, memang memiliki energi. 7ol1
Komentar