Ratusan Krama Desa Suwat Terlibat Ritual Siat Yeh
Ratusan krama di Desa Pakraman Suwat, Kecamatan Gianyar ikut terlibat dalam ritul Siat Yeh (Perang Air), Jumat (1/1) sore.
GIANYAR, NusaBali
Namanya Siat Yeh, peserta mulai anak-anak hingga dewasa, laki maupun perempuan, terlibat saling siram air menggunakan cedok dan ember di Catus Pata (Perempatan Agung) Desa Suwat, sejak sore pukul 15.00 Wita.
Ritual Siat Yeh ini merupakan rangkaian kegiatan Festival Air Suwat (FAS) yang telah digelar sejak Rabu (30/12) sore. Ritual Siat Yeh kemarin sore dikoordinasikan Bendesa Pakraman Suwat, I Wayan Suka Merta.
Sebelum ritual Siat Yeh dimulai, ratusan krama baik yang terlibat perang air maupun tidak, berkumpul dulu di Wantilan Desa Suwat. Sebagian dari mereka duduk di sisi jalan raya. Krama lanang (laki-laki) maupun istri (perempuan) semuanya mengenakan busana adat madya, engan atasasan baju kaos. Khusus untuk kaum lanang, mesti telanjang dada.
Mereka mengawali atraksi Siat Yeh dengan lebih dulu melakukan persembahyangan bersama di Pura Melanting, Desa Desa Pakraman Suwat. Usai persembahyangan yang dipuput pamangku pura setempat, Ketua Panitia FAS, Ngakan Putu Sudibya, sempat memberikan pengarahan kepada ratusan peserta. Intinya, peserta diminta melakoni Siat Yeh dengan khidmat, tanpa menilbulkan gesekan satu sama lain.
Habis itu, Bendesa Wayan Suka Merta mengawali ritual Siat Yeh dengan membuat empat kelompok di Catus Pata Sesa. Empat kepolmpok itu dibagi sedemikian rupa, sehingga posisi mereka berada sesuai dengan arah angin: utara, barat, selatan, dan timur. Sedangkan panitia sebelumnya telah menyiapkan puluhan kubik air dalam gombang (wadah air). Air dalam gombang tersebut merupakan campuran dari tirta (air suci) yang dimohon di Pura Beji, Desa Pakraman Suwat.
Ritual Siat Yeh diiringi dengan tabuh baleganjur dari Sekaa Gong Desa Pakraman Suwat, segingga berlangsung lebih meriah dan bersemangat. Begitu Bendesa Wayan Suka Merta memberikan aba-aba, kelompok kirama peserta Siat Air yang berposisi di empat penjuru arah angin serentak mengambil air dengan cedok di tangan masing-masing.
Atraksi Siat Yeh pun tidak terelakkan. Walhasil, suasana di Catus Pata Desa Suwat berubah menjadi riuh dan penuh sorak sorai, karena cipratan air yang muncul dari aksi saling tembak menggunakan cedok maupun ember kecil. Ritual Siat Yeh berlangsung selama 40 menit, terbagi dalam tiga gelombang dengan masing-masing diisi jeda sejenak. Jeda tersebut dilakukan sambil mengisi kembali air dalam sejumlah gombang. Untuk penyediaan air dalam jumlah demikian banyak, beberapa meter kubik, panitia terpaksa minta bantuan Truk Tangki PDAM Gianyar.
Ketua Panitia FAS, Ngakan Putu Sudibya, mengatakan bersyukur karena ritual Siat Yeh berjalan dengan lancar. Pihaknya akan mengevaluasi kegiatan yang baru pertama kali digelar ini. “Kegiatan ini bukan tradisi, tapi kami mengawali ritual Siat Yeh hingga nanti bisa menjadi ikon Desa Suwat,” jelas Ngakan Sudibya kepada NusaBali.
Ngakan Sudibya berharap FAS yang digelar berikuti ritual Siat Yeh nantinya bisa menjadi ikon wisata Kecamatan Gianyar (Utara). Ritual Siat Yeh itu sendiri terinspirasi dari model ‘perang tomat’ di Spanyol dan ‘perang oli’ di India. “Festival Air Suwat) ini bermakna pemuliaan ciptaan Tuhan berupa sumber daya alam khususnya air di Desa Suwat,” katanya.
Menurut Ngakan Sudibya, ritual Siat Yeh diawali dengan prosesi nuur tirta (mohon air suci) di mata air Tukad Melangge pada Wraspati Wage Tolu, Kamis (31/12) sore pukul 15.00 Wita. Selanjutnya, tirta ini diupacarai.
Rencananya, Sabtu (2/1) ini, kegiatan FAS akan diramaikan dengan aksi sosial penghijauan. Sedangkan Minggu (3/1) besok, digelar kegiatan jalan santai dan lomba-lomba berhadiah babi dan bebek, lanjut pentas musik. Setiap malam, FAS dimeriahkan dengan pentas seniman desa setempat dan artis pop Bali.
Saat acara pembukaan FAS, Rabu sore pukul 15.00 Wita, dimeriahkan dengan pawai budaya dari masing-masing banjar di Desa Suwat. Pawai dilakukan sejauh 5 kilometer sebelah utara Kelurahan Bitera, Kecamatan Gianyar. Bupati AA Gde Agung Bharata dalam sambutannya yang dibacakan Kepala Dinas Pariwisata Gianyar, AA Bagus Ari Brahmanta, mengapresiasi kegiatan FAS ini.
Bupati Bharata berharap FAS bisa menjaga keseimbangan Gianyar dan keberadaan sumber daya alam khususnya air. Agama Hindu juga dikenal denga Agama Tirta yang artinya air. Karena itu, Bupati berharap agar semua warga Gianyar menjaga air demi kemakmuran masyarakat. “FAS merupakan momentum menjaga keseimbangan Gianyar dan alam. Ke depan, semoga FAS selalu bisa ditingkatkan pelaksanaannya sehingga berdampak sangat luas,” kata Bupati. 7 lsa
1
Komentar