Bali Masih Butuh Tambahan Wisatawan
Idealnya kunjungan wisman mencapai 20 ribu dan wisnus 17 ribu per hari
DENPASAR, NusaBali
Bali masih perlu tambahan wisatawan, baik wisatawan manca negara (wisman) maupun wisatawan Nusantara (wisnus). Hal itu mengingat jumlah kamar di Bali sebanyak 150 ribuan kamar. Sedangkan tingkat hunian atau okupansi saat ini rata-rata 70-75 persen. Jelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024 nanti, okupansi diperkirakan akan kembali meningkat.
Ketua BPC Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Badung I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya atau Rai Suryawijaya mengatakan, Rabu (18/10).
“Jelang Nataru nanti biasanya akan terjadi peningkatan hunian,” ujarnya. Hal itu karena polanya sudah demikian, karena bagaimana pun Bali menjadi destinasi favorit bagi wisman dan wisnus berlibur, menikmati liburan Nataru.
Menurut Rai Suryawijaya, kunjungan wisman saat ini berkisar antara 18 ribu sampai 19 per hari. Sedangkan wisnus antara 13 ribu sampai 15 ribu per hari. Menurutnya akan semakin bagus bagi okupansi jika kunjungan wisman bisa mencapai 20 ribu perhari dan 17 ribu wisatawan Nusantara perhari. ”Idealnya seperti itu,” kata dia.
Namun demikian Rai Suryawijaya yang juga Wakil Ketua BPD PHRI Bali mengatakan tingkat hunian hotel yang rata-rata 70-75 persen, sudah masuk katagori stabil untuk di bulan Oktober ini. “Walau Oktober (masa low season) ini sudah cukup bagus,” ujar tokoh pariwisata asal Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Badung.
Tambanya, kondisi kepariwisataan yakni kualitasnya, tidak hanya ditentukan dari jumlah, tetapi juga length of stay atau lama tinggal. “Memperpanjang lama tinggal itulah salah satu pekerjaan semua pihak, khususnya stakeholder kepariwisataan,” terangnya. Dari rata-rata 3 hari bisa ditingkatkan menjadi sepekan.
Menurutnya Rai Suryawijaya, inovasi dan memperbanyak daya tarik bisa menjadi salah satu cara memperpaniang waktu tinggal wisatawan di Bali. Misalnya hari pertama ke Nusa Penida, hari kedua ke Ubud, hari ketiga kembali misalnya tempat awal di Kuta, dan daya tarik lainnya. “Memperbanyak ragam DTW, mungkin bisa menjadi salah satu upaya mengundang lebih banyak wisatawan, sekaligus menambah panjang masa tinggalnya di Bali,” kata Rai Suryawijaya. K17.
Bali masih perlu tambahan wisatawan, baik wisatawan manca negara (wisman) maupun wisatawan Nusantara (wisnus). Hal itu mengingat jumlah kamar di Bali sebanyak 150 ribuan kamar. Sedangkan tingkat hunian atau okupansi saat ini rata-rata 70-75 persen. Jelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024 nanti, okupansi diperkirakan akan kembali meningkat.
Ketua BPC Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Badung I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya atau Rai Suryawijaya mengatakan, Rabu (18/10).
“Jelang Nataru nanti biasanya akan terjadi peningkatan hunian,” ujarnya. Hal itu karena polanya sudah demikian, karena bagaimana pun Bali menjadi destinasi favorit bagi wisman dan wisnus berlibur, menikmati liburan Nataru.
Menurut Rai Suryawijaya, kunjungan wisman saat ini berkisar antara 18 ribu sampai 19 per hari. Sedangkan wisnus antara 13 ribu sampai 15 ribu per hari. Menurutnya akan semakin bagus bagi okupansi jika kunjungan wisman bisa mencapai 20 ribu perhari dan 17 ribu wisatawan Nusantara perhari. ”Idealnya seperti itu,” kata dia.
Namun demikian Rai Suryawijaya yang juga Wakil Ketua BPD PHRI Bali mengatakan tingkat hunian hotel yang rata-rata 70-75 persen, sudah masuk katagori stabil untuk di bulan Oktober ini. “Walau Oktober (masa low season) ini sudah cukup bagus,” ujar tokoh pariwisata asal Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Badung.
Tambanya, kondisi kepariwisataan yakni kualitasnya, tidak hanya ditentukan dari jumlah, tetapi juga length of stay atau lama tinggal. “Memperpanjang lama tinggal itulah salah satu pekerjaan semua pihak, khususnya stakeholder kepariwisataan,” terangnya. Dari rata-rata 3 hari bisa ditingkatkan menjadi sepekan.
Menurutnya Rai Suryawijaya, inovasi dan memperbanyak daya tarik bisa menjadi salah satu cara memperpaniang waktu tinggal wisatawan di Bali. Misalnya hari pertama ke Nusa Penida, hari kedua ke Ubud, hari ketiga kembali misalnya tempat awal di Kuta, dan daya tarik lainnya. “Memperbanyak ragam DTW, mungkin bisa menjadi salah satu upaya mengundang lebih banyak wisatawan, sekaligus menambah panjang masa tinggalnya di Bali,” kata Rai Suryawijaya. K17.
1
Komentar