Festival Banjar Budaya, Lintas Generasi Sumerta Kelod Bentengi Tradisi dari Kemajuan Kota
DENPASAR, NusaBali.com - Desa Sumerta Kelod, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar bisa menjadi contoh kiat melestarikan budaya di tengah gempuran kemajuan zaman. Lintas generasi, dari anak-anak hingga lansia, sejalan membentengi warisan leluhur di tengah arus globalisasi.
Festival Banjar Budaya ini dirintis Pemerintah Sumerta Kelod beberapa tahun lalu dan kini sudah pada gelaran kali kelima. Semangat dari gelaran ini adalah memperkuat peran banjar sebagai urat nadi kegiatan seni dan budaya.
I Gusti Ketut Anom Suardana, Perbekel Desa Sumerta Kelod menuturkan, gelaran Festival Banjar Budaya tahun ini membangun tema 'Makejang Malajah Makarya'. Tema ini mendorong semangat gotong-royong dan inklusivitas dalam menjaga warisan budaya dari tingkat banjar.
"Makejang itu artinya semua, kemudian belajar berkarya (malajah makarya). Di samping itu, bagaimana agar banjar itu lestari sebagai wadah belajar budaya dan sosio-ekonomi," tutur Anom Suardana ketika dijumpai di sela puncak gelaran di Pelataran Timur Lapangan Bajra Sandhi, Kamis (26/10/2023) sore.
Kata Anom, seiring perkembangan zaman, gempuran kemajuan kota, dan globalisasi, peran banjar terkesan mulai ditinggalkan. Ia tidak ingin hal ini terjadi di Desa Sumerta Kelod. Sebab, meninggalkan peran banjar berarti membunuh akar seni dan budaya Bali.
I Made Ryan Anditha Febbriana, 27, Ketua Panitia Festival Banjar Budaya menjelaskan, gelaran ini diramaikan dengan lomba-lomba dan pementasan dari 10 banjar di Desa Sumerta Kelod. Dua kegiatan ini telah melibatkan warga desa dari berbagai usia dan kalangan.
Siswa PAUD dibikinkan lomba mewarnai, lomba menggambar untuk siswa SD, lomba penjor 100 persen berbahan alami untuk sekaa teruna, lomba gebogan bunga untuk Tim Penggerak PKK, dan ada pula lomba senam lansia.
"Tahun ini berbeda karena setiap banjar itu diberikan ruang kebebasan dalam menampilkan potensi masing-masing banjar lewat pementasan. Pementas tidak ada batasan, bisa melibatkan semua usia dan kalangan," beber Ryan.
Lanjut pemuda asal Banjar Kepisah ini, potensi pementasan setiap banjar berbeda-beda. Ada yang mengangkat kecak dengan penari lintas generasi, begitu pula gong kebyar, fragmen tari, dan lainnya. Beberapa tahun belakangan, banjar-banjar di Sumerta Kelod juga tengah membangkitkan tradisi khas.
Beberapa di antara tradisi yang dibangkitkan adalah Janger di Banjar Kedaton dan Banjar Bengkel, Gamelan Gambang dari Banjar Sebudi, dan Baris Pendet dari Desa Adat Tanjung Bungkak. Ada pula yang lebih umum seperti arja, legong, dan barong landung.
"Melalui gelaran ini, saya sebagai generasi muda di Desa Sumerta Kelod berharap tatamian atau tradisi yang kami miliki bisa berkembang namun tetap merujuk kepada akar tradisinya," tukas Ryan.
Kegiatan lomba dan pementasan ini digelar selama tiga hari hingga Sabtu (28/10/2023). Acara puncak atau hari pertama gelaran pada Kamis sore dibuka oleh Wali Kota Denpasar IGN Jaya Negara dan mantan Wali Kota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra.
"Besar harapan saya acara ini dapat terus menguatkan sinergitas seluruh komponen masyarakat di dalam pembangunan untuk mendorong pelestarian seni dan budaya khususnya di Desa Sumerta Kelod," ujar Jaya Negara di sela gelaran.
Selain kegiatan lomba dan pementasan terpusat di Pelataran Timur Lapangan Bajra Sandhi yang merupakan wilayah Desa Sumerta Kelod, ada pula 43 booth UMKM dari warga desa. Perbekel Anom menegaskan, ini bagian dari filosofi banjar sebagai pusat kegiatan sosio-ekonomi. *rat
I Gusti Ketut Anom Suardana, Perbekel Desa Sumerta Kelod menuturkan, gelaran Festival Banjar Budaya tahun ini membangun tema 'Makejang Malajah Makarya'. Tema ini mendorong semangat gotong-royong dan inklusivitas dalam menjaga warisan budaya dari tingkat banjar.
"Makejang itu artinya semua, kemudian belajar berkarya (malajah makarya). Di samping itu, bagaimana agar banjar itu lestari sebagai wadah belajar budaya dan sosio-ekonomi," tutur Anom Suardana ketika dijumpai di sela puncak gelaran di Pelataran Timur Lapangan Bajra Sandhi, Kamis (26/10/2023) sore.
Kata Anom, seiring perkembangan zaman, gempuran kemajuan kota, dan globalisasi, peran banjar terkesan mulai ditinggalkan. Ia tidak ingin hal ini terjadi di Desa Sumerta Kelod. Sebab, meninggalkan peran banjar berarti membunuh akar seni dan budaya Bali.
I Made Ryan Anditha Febbriana, 27, Ketua Panitia Festival Banjar Budaya menjelaskan, gelaran ini diramaikan dengan lomba-lomba dan pementasan dari 10 banjar di Desa Sumerta Kelod. Dua kegiatan ini telah melibatkan warga desa dari berbagai usia dan kalangan.
Siswa PAUD dibikinkan lomba mewarnai, lomba menggambar untuk siswa SD, lomba penjor 100 persen berbahan alami untuk sekaa teruna, lomba gebogan bunga untuk Tim Penggerak PKK, dan ada pula lomba senam lansia.
"Tahun ini berbeda karena setiap banjar itu diberikan ruang kebebasan dalam menampilkan potensi masing-masing banjar lewat pementasan. Pementas tidak ada batasan, bisa melibatkan semua usia dan kalangan," beber Ryan.
Lanjut pemuda asal Banjar Kepisah ini, potensi pementasan setiap banjar berbeda-beda. Ada yang mengangkat kecak dengan penari lintas generasi, begitu pula gong kebyar, fragmen tari, dan lainnya. Beberapa tahun belakangan, banjar-banjar di Sumerta Kelod juga tengah membangkitkan tradisi khas.
Beberapa di antara tradisi yang dibangkitkan adalah Janger di Banjar Kedaton dan Banjar Bengkel, Gamelan Gambang dari Banjar Sebudi, dan Baris Pendet dari Desa Adat Tanjung Bungkak. Ada pula yang lebih umum seperti arja, legong, dan barong landung.
"Melalui gelaran ini, saya sebagai generasi muda di Desa Sumerta Kelod berharap tatamian atau tradisi yang kami miliki bisa berkembang namun tetap merujuk kepada akar tradisinya," tukas Ryan.
Kegiatan lomba dan pementasan ini digelar selama tiga hari hingga Sabtu (28/10/2023). Acara puncak atau hari pertama gelaran pada Kamis sore dibuka oleh Wali Kota Denpasar IGN Jaya Negara dan mantan Wali Kota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra.
"Besar harapan saya acara ini dapat terus menguatkan sinergitas seluruh komponen masyarakat di dalam pembangunan untuk mendorong pelestarian seni dan budaya khususnya di Desa Sumerta Kelod," ujar Jaya Negara di sela gelaran.
Selain kegiatan lomba dan pementasan terpusat di Pelataran Timur Lapangan Bajra Sandhi yang merupakan wilayah Desa Sumerta Kelod, ada pula 43 booth UMKM dari warga desa. Perbekel Anom menegaskan, ini bagian dari filosofi banjar sebagai pusat kegiatan sosio-ekonomi. *rat
1
Komentar