Sampah Meluber di Kuta Selatan, TPS 3R akan Dibangun di Setiap Desa
MANGUPURA, NusaBali.com – Tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Samtaku di Jalan Goa Gong, Jimbaran, Badung mengalami kelonjokan signifikan. Hal itu terjadi akibat kebakaran Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung di Denpasar yang sudah memasuki minggu kedua.
Camat Kuta Selatan, Ketut Gede Arta mengungkapkan keprihatinannya atas peningkatan signifikan dalam volume sampah yang ditampung di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Samtaku.
Dalam inspeksi terbaru setelah kebakaran di TPA Suwung, ia menemukan bahwa kondisi saat ini jauh melampaui kapasitas normal, mencapai 75 ton sampah per hari dibandingkan dengan kapasitas normal 40-50 ton.
“Kami sudah meninjau TPST Samtaku setelah terbakarnya TPA Suwung. Kalau situasi normal di Samtaku bisa menampung 40-50 ton sampah per hari. Namun karena situasi saat ini menampung sampai 75 ton sampah,” terang Gede Arta pada Sabtu (28/10/2023) siang.
Arta juga menyoroti kebutuhan mendesak untuk memperkuat infrastruktur penanganan sampah di wilayah tersebut. Meskipun TPST Tanjung Benoa sudah mampu menangani beban sampah sendiri, ia mendorong desa-desa dan kelurahan di sekitar untuk membangun TPS 3R guna mengatasi masalah ini.
“Contohnya di TPST Tanjung Benoa, meski situasi saat ini overload, tetapi di TPST Tanjung Benoa sudah siap. Karena sampah bisa ditangani di kelurahannya sendiri. Walaupun lokasinya berada di perumahan padat penduduk namun tetap bisa berjalan karena regulasinya sudah bagus dan itu bisa ditiru oleh yang lain,” ungkapnya.
Dalam upaya mengatasi situasi tersebut, Arta mendorong masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan. Dia menegaskan bahwa penanganan sampah yang buruk dapat merusak citra pariwisata daerah dan dapat mengganggu sektor ekonomi utama daerah.
Dengan intensitas komunikasi dengan berbagai pihak, termasuk tokoh masyarakat dan pemerintah Kabupaten Badung, Arta optimis bahwa langkah-langkah pengembangan TPS 3R akan membantu memastikan kebersihan lingkungan dan melindungi industri pariwisata yang penting bagi wilayah tersebut.
“Kami mendorong ke depan masing-masing Desa atau Kelurahan memiliki TPS3R. Di Pecatu sekarang tidak ada masalah sampah karena di sana ada TPS3R. Persoalannya hanya residu saja. Ini kami akan lakukan evaluasi ke depannya mudah-mudahan beberapa tempat bisa dibangun TPS 3R yang baru,” jelasnya.
Secara umum, lanjut Arta lingkungan di Kuta Selatan kini sudah membaik. Hanya saja ia menilai perlu ada penyempurnaan. Selain itu, dia menekankan pentingnya koordinasi dengan TPST lain di wilayah Kuta Selatan guna mencegah penumpukan sampah di area publik yang dapat mengganggu pengunjung dan menimbulkan masalah bau yang tidak diinginkan.
Dengan langkah-langkah proaktif ini, Arta berharap cara tersebut dapat melindungi keindahan alam dan daya tarik wisata di wilayah Kuta Selatan.
“Secara koordinasi kami sudah melakukan itu kami tinggal mengembangkan TPS 3R yang baru. Kami ingin mewujudkan ini karena mengingat kami berada di daerah pariwisata. Kalau sampah ini menjadi masalah nanti tamu otomatis tidak akan datang ke sini lagi,” pungkasnya. *ris
1
Komentar