Pasemaya Dharma Acharya UHN IGB Sugriwa, Galakkan Regenerasi Penekun Budaya Agama
UHN I Gusti Bagus Sugriwa
Kekereb
Hindu Bali
Budaya Bali
Tradisi Bali
Gender Wayang
Tari Condong
Ogoh-Ogoh Mini
MANGUPURA, NusaBali.com - Pasemaya atau 'Pagelaran Agama, Seni, dan Budaya' menjadi pembuktian kegiatan kebudayaan di Bali tidak bisa dilepaskan dari napas agama Hindu. Pengembangan kebudayaan sama dengan mengokohkan penunjang kegiatan keagamaan.
Pasemaya ini merupakan program tahunan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Dharma Acharya (Pendidikan) UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar. Kegiatannya diisi perlombaan dan pagelaran yang memadukan kesenian dalam agama.
Untuk Pasemaya tahun ini, terdapat lima lomba yang digelar yakni Tari Condong, Gender Wayang, kekereb, ogoh-ogoh mini, dan tapel ogoh-ogoh raksasa. Kelimanya adalah bagian dari tradisi yang terikat ritual keagamaan. Baik sebagai pelengkap atau pun bagian langsung dari ritual itu sendiri.
"Lomba ini melibatkan siswa dari tingkat SD untuk Tari Condong, kemudian SD dan SMP untuk Gender Wayang. Sisanya dibuka untuk masyarakat umum," tutur Pande Made Rai Dana Paramita, 20, Ketua BEM FDA UHN IGB Sugriwa di sela acara bertempat di Puspem Badung, Sabtu (28/10/2023).
Total terdapat 45 orang dan pasangan peserta yang berpartisipasi. Nomor lomba yang dipilih untuk dilombakan pun diperhitungkan di samping unsur Pasemaya-nya. Misalnya, Tari Condong untuk regenerasi pragina (penari). Kemudian, ogoh-ogoh mini untuk mewadahi tren.
Di antara lima nomor perlombaan, lomba kekereb baru pertama kali digelar. Kekereb sendiri di saat yang bersamaan adalah sebuah karya seni lukis sekaligus sebuah kesakralan. Kain yang dirajah dengan objek pecalonarangan dan aksara-aksara modre ini digunakan membungkus pratima juga simbol kekuatan rangda.
Hal ini berdasarkan penjelasan dari juri lomba kekereb asal Banjar Puaya, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar yakni I Made Jaya Jemena. Kata Ketua BEM Rai Dana, lomba kekereb ini digelar sebagai pembeda nomor lomba tahun-tahun sebelumnya.
Di samping itu, kepatutan kekereb sebagai nomor lomba juga sudah dikonsultasikan ke lembaga. Dan, telah disetejui sebagai nomor lomba. Rai Dana menjelaskan, rata-rata peserta lomba kekereb ini berasal dari luar civitas UHN IGB Sugriwa.
"Harapannya, Pasemaya ini bisa berkontribusi melestarikan seni dan budaya (dalam keagamaan). Yang kurang tahun ini adalah tidak ada pagelaran dan semoga tahun depan bisa lebih meriah," tegas Rai Dana.
Sementara itu, sepasang peserta lomba Gender Wayang yakni Ni Made Khairiya Bintang Kirana, 12, dan Ni Luh Putu Adinda Ayu Prameswari, 12, memanfaatkan Pasemaya sebagai penambah jam terbang. Dua siswi SMP ini sudah menekuni Gender Wayang sejak kelas 2 SD.
"Ikut untuk menambah pengalaman dan ini perdana ikut lomba Gender Wayang," kata Adinda yang juga siswi SMPN 2 Kuta Utara ketika dijumpai usai tampil sebagai peserta nomor urut pertama.
Imbuh Bintang, persiapan lomba Gender Wayang dengan tabuh 'Merak Angelo' ini hanya dilakukan selama lima hari. Baginya, tidak begitu sulit lantaran sudah berminat dan dibiasakan sejak dini.
"Menekuni Gender Wayang ini karena kemauan sendiri. Dulu lihat kakak main gender, terus saya jadi ikutan tertarik," ungkap Bintang, dara asal Denpasar yang juga siswi SMPN 1 Kuta Utara.
Ketua BEM Rai Dana menekankan, semangat utama dalam Pasemaya tahun ini adalah mempersiapkan generasi muda menyongsong masa depan. Caranya, melalui aktivitas seni dan budaya yang tidak terlepas dari ritual keagamaan. *rat
Untuk Pasemaya tahun ini, terdapat lima lomba yang digelar yakni Tari Condong, Gender Wayang, kekereb, ogoh-ogoh mini, dan tapel ogoh-ogoh raksasa. Kelimanya adalah bagian dari tradisi yang terikat ritual keagamaan. Baik sebagai pelengkap atau pun bagian langsung dari ritual itu sendiri.
"Lomba ini melibatkan siswa dari tingkat SD untuk Tari Condong, kemudian SD dan SMP untuk Gender Wayang. Sisanya dibuka untuk masyarakat umum," tutur Pande Made Rai Dana Paramita, 20, Ketua BEM FDA UHN IGB Sugriwa di sela acara bertempat di Puspem Badung, Sabtu (28/10/2023).
Total terdapat 45 orang dan pasangan peserta yang berpartisipasi. Nomor lomba yang dipilih untuk dilombakan pun diperhitungkan di samping unsur Pasemaya-nya. Misalnya, Tari Condong untuk regenerasi pragina (penari). Kemudian, ogoh-ogoh mini untuk mewadahi tren.
Di antara lima nomor perlombaan, lomba kekereb baru pertama kali digelar. Kekereb sendiri di saat yang bersamaan adalah sebuah karya seni lukis sekaligus sebuah kesakralan. Kain yang dirajah dengan objek pecalonarangan dan aksara-aksara modre ini digunakan membungkus pratima juga simbol kekuatan rangda.
Hal ini berdasarkan penjelasan dari juri lomba kekereb asal Banjar Puaya, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar yakni I Made Jaya Jemena. Kata Ketua BEM Rai Dana, lomba kekereb ini digelar sebagai pembeda nomor lomba tahun-tahun sebelumnya.
Di samping itu, kepatutan kekereb sebagai nomor lomba juga sudah dikonsultasikan ke lembaga. Dan, telah disetejui sebagai nomor lomba. Rai Dana menjelaskan, rata-rata peserta lomba kekereb ini berasal dari luar civitas UHN IGB Sugriwa.
"Harapannya, Pasemaya ini bisa berkontribusi melestarikan seni dan budaya (dalam keagamaan). Yang kurang tahun ini adalah tidak ada pagelaran dan semoga tahun depan bisa lebih meriah," tegas Rai Dana.
Sementara itu, sepasang peserta lomba Gender Wayang yakni Ni Made Khairiya Bintang Kirana, 12, dan Ni Luh Putu Adinda Ayu Prameswari, 12, memanfaatkan Pasemaya sebagai penambah jam terbang. Dua siswi SMP ini sudah menekuni Gender Wayang sejak kelas 2 SD.
"Ikut untuk menambah pengalaman dan ini perdana ikut lomba Gender Wayang," kata Adinda yang juga siswi SMPN 2 Kuta Utara ketika dijumpai usai tampil sebagai peserta nomor urut pertama.
Imbuh Bintang, persiapan lomba Gender Wayang dengan tabuh 'Merak Angelo' ini hanya dilakukan selama lima hari. Baginya, tidak begitu sulit lantaran sudah berminat dan dibiasakan sejak dini.
"Menekuni Gender Wayang ini karena kemauan sendiri. Dulu lihat kakak main gender, terus saya jadi ikutan tertarik," ungkap Bintang, dara asal Denpasar yang juga siswi SMPN 1 Kuta Utara.
Ketua BEM Rai Dana menekankan, semangat utama dalam Pasemaya tahun ini adalah mempersiapkan generasi muda menyongsong masa depan. Caranya, melalui aktivitas seni dan budaya yang tidak terlepas dari ritual keagamaan. *rat
1
Komentar