Eksportir Importir Khawatirkan Pelemahan Rupiah
JAKARTA, NusaBali - Sejumlah pengusaha sudah mulai gusar melihat kurs rupiah yang terus-terusan ambrol belakangan ini. Level rupiah saat ini juga sulit ditoleransi dari sisi bisnis.
Nilai tukar rupiah kembali menyentuh rekor paling lemah sepanjang tahun pada Jumat (27/10). Rupiah melemah 0,12% ke level Rp 15.939 per dollar Amerika Serikat (AS). Dalam sepekan, rupiah terdepresiasi 0,52% dari level penutupan Jumat pekan lalu di Rp 15.856.
Ketua Umum BPP Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Subandi menyatakan, pelemahan rupiah cukup menghantam pebisnis importasi. Selain harga barang di luar negeri imbas transaksi dengan dollar AS, biaya logistik di dalam negeri juga mengalami pembengkakan. Sebab, beberapa transaksi di pelabuhan peti kemas masih pakai dollar AS.
"Penguatan dollar AS juga diikuti oleh mata uang asing lainnya seperti yuan dan yen, sehingga semua komoditas impor terdampak, termasuk pangan," ungkap Subandi seperti dilansir kompas.com.
ntuk menghindari kerugian lebih besar, importir akan mengurangi volume impor dan produksi, menyesuaikan ukuran produk, menunda sementara kegiatan impor sampai rupiah kembali ke level yang wajar, hingga menaikkan harga jual ke konsumen akhir. Namun, kebijakan penyesuaian harga juga tidak mudah diterapkan karena daya beli masyarakat tengah lesu.
GINSI menilai kurs rupiah yang ideal bagi para importir ada di kisaran Rp 14.500-Rp 14.700 per dollar AS.
Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Toto Dirgantoro mengatakan, di atas kertas pelemahan rupiah dapat menjadi berkah bagi para eksportir yang bahan baku produknya berasal dari dalam negeri, contohnya industri furnitur.
Namun faktanya, permintaan pasar global, terutama dari negara-negara maju menurun seiring ketidakpastian ekonomi. Di sisi lain, koreksi rupiah merugikan bagi perusahaan ekspor yang bahan bakunya impor, apalagi jika permintaan ekspor ikut melemah.
"Bukan berarti ketika rupiah melemah, ekspor langsung naik," kata dia, Kamis (26/10).
Lantas, saat ini para eksportir berjuang mencari pasar ekspor baru yang kondisi ekonominya lebih stabil. Ini juga tidak mudah, karena eksportir Indonesia harus bersaing dengan eksportir dari sejumlah negara lain untuk merebut pasar.
GPEI menganggap kurs rupiah saat ini sudah tergolong tinggi bagi pelaku usaha mana pun. Situasi saat ini serba sulit, karena pelemahan rupiah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor global. Tidak bisa dipastikan sejauh mana pemerintah dan Bank Indonesia bisa mengintervensi pasar lewat berbagai kebijakan moneter agar rupiah tidak terus melemah.
"Bagi kami, kurs rupiah di level Rp 15.000 per dollar AS sudah cukup aman asalkan tidak fluktuaktif," tandas Toto. 7
1
Komentar