Menghilang, Ketua LPD Ditemukan Tewas
Selain jadi Ketua LPD, korban Made Dibia saat ini menjabat Bendahara Desa Pakraman Sengkaduan, Desa Taro, Kecamatan Tegallalang
Korban Made Dibia Ditemukan Tergeletak di Pantai Sukaluwih
GIANYAR, NusaBali
Ketua LPD Desa Pakraman Sengkaduan, Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, I Made Dibia, 35, ditemukan tewas dalam posisi tengkurap di bibir Pantai Sukaluwih, Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Rabu (12/7) pagi. Belum jelas, apa penyebab kematian korban, namun diduga akibat tenggak racun, karena keluar busa dari hidungnya.
Jasad korban Made Dibia ditemukan tergeletak dekat dengan loloan di Pantai Sukaluwih, Desa Pering, Rabu pagi sekitar pukul 10.00 Wita. Kematian korban pertama kali diketahui seorang pedagang setempat, Ni Wayan Gati. Ketika itu, saksi Wayan Gati hendak membuka warungnya yang berada di denpan Wantilan Pura Sukaluwih, Desa Pakraman Pering.
Terkejut ada mayat tergeletak, saksi Wayan Gati pun minta bantuan nelayan untuk menghubungi Polsek Blahbatuh. Saksi Wayan Gati berusaha keliling pantai untuk minta tolong, karena pagi itu suasana masih sepi. Beberapa orang yang dimintai tolong, justru tidak berani mengangkat mayat korban.
Sampai akhirnya seorang nelayan atas nama I Made Sember, 60, langsung bersedia mendatangi tubuh korban yang mulai terseret ombak, dengan disaksikan seumlah warga lainnya. Made Sember selanjutnya menarik badan korban yang saat itu sudah dalam keadaan pucat dan tidak bernapas. Selanjutnya, Made Sember menghubungi Polsek Blahbatuh.
Begitu dapat laporan, petugas Polsek Blahbatuh langsung terjun ke Pantai Sukaluwih untuk memeriksa dan mengevakuasi mayat korban. Dari hasil pemeriksaan, korban yang mengenakan kaos lengan panjang warna hitam dan celana pendek warna hitam ini tewas dalam kondisi keluar busa dari hidungnya.
Dari saku celana korban ditemukan KTP atas nama Ni Wayan Sriani, 31, alamat Banjar Sengkaduan, Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Gianyar. Dari petunjuk inilah, polisi kemudian berhasil menghubungi keluarga korban. Ternyata, KTP atas nama Ni wayan Sariani merpakan istri korban. Sedangkan korban Made Dibia sendiri adalah Ketua LPD Desa Pakraman Sengkaduan, Desa Taro. Jenazah korban kemarin langsung dibawa ke RSUD Sanjiwani Gianyar untuk dilakukan visum.
Selain ditemukan KTP atas nama istrinya, di saku celana korban juga ditemukan sebuah HP dan kunci sepeda motor. Setelah ditelusuri, ternyata memang ada satu motor Honda Beat nopol DK 8796 EV parkir di samping bak sampah Pantai Sukaluwih, lengkap dengan sebuah helm. Saat kunci kontak dimasukkan, motor tersebut sempat tidak mau hidup. Namun, dengan kunci tersebut, jok belakang motor Beat ini bisa dibuka.
Kapolsek Blahbatuh, Kompol Abdus Salim, mengatakan saat ditemukan saksi Wayan Gati, korban sudah dalam keadaan tewas dengan luka memar di dahi kanan. Diperkirakan, korban meninggal sekitar 1 jam sebelum ditemukan. Menurut Kapolsek Kompol Abdus, ada dua kemungkinan penyebab kematian korban. Pertama, meninggal karena bunuh diri. Kedua, akibat terseret ombak.
Tapi, untuk memastikan penyebab kematian, pihaknya mengaku masih menunggu hasil visum. “Belum tahu hasil visumnya. Yang jelas, korban tidak mengalami luka-luka akibat tindak kekerasan,” terang Kompol Abdus saat dikonfirmasi NusaBali, Rabu kemarin.
Sedangkan saksi Wayan Gati mengakui dirinya baru melihat korban tergeletak dan nyaris terseret ombak, Rabu pagi pukul 10.00 Wita. Wayan Gati mengaku dirinya setiap hari menjadi orang pertama yang datang dan terakhir pulang dari Pantai Sukaluwih, karena dia jualan di sana. Namun, Wayan Gati tidak ada melihat korban di lokasi sehari sebelumnya. “Kemarin (Selasa) saya di pantai sampai malam pukul 19.00 Wita, suasana sudah sepi. Tidak ada orang di sini. Baru tadi pagi pas mau buka warung, saya lihat ada mayat di pantai,” cerita Wayan Gati saat ditemui terpisah di Pantai Sukaluwih, Rabu kemarin.
Sementara itu, paman korban, I Nyoman Arta, 50, mengatakan keponakannya yang ditemukan tewas di pantai ini bernama Made Dibia. Korban kesehariannya merupakan Ketua LPD Desa Pakraman Sengkaduan, Desa Taro, Kecamatan Tegallalang. Sedangkan KTP yang dibawa korban merupakan karti identitas istrinya.
Menurut Nyoman Arta, keponakannya diperkirakan meninggalkan rumahnya di Banjar Sengkaduan, Desa Taro, Rabu dinihari. Sebab, Nyoman Arta masih sempat melihat keponakannya itu beraktivitas di rumah, Selasa (11/7) malam. “Kemarin malam (Selasa) masih di rumah, tiyang lihat dia seperti biasa. Baru tadi pagi (kemarin) istrinya kebingungan nyari sang suami, katanya nggak pulang dari semalam,” ungkap Nyoman Arta saat ditemui NusaBali secara terpisah di RSUD Sanjiwani, Rabu kemarin.
Dalam kondisi masih bingung, kata Arta, tiba-tiba keluarganya mendapat informasi melalui telepon dari Buser Polres Gianyar yang mengabarkan korban Made Dibia ditemukan tewas di Pantai Sukaluwih, dengan membawan KTP atas nama Ni Wayan Sriani. “Buser menanyakan, siapa perempuan bernama Wayan Sriani? Saat itu pula, saya punya pirasat terjadi sesuatu pada keponakan saya,” ujar Arta.
Kekhawatirannya semakin membuncah, karena melalui telepon, polisi meminta pihak keluarga untuk datang ke Ruang Jenazah RSUD Sanjiwani. Sat itu pula, istri korban, Wayan Sriani, dan ibunya langsung lemas. “Istrinya bahkan langsung pingsan, sekarang masih di rumah,” katanya.
Menurut Arta, korban Made Dibia selama ini dikenal pendiam dan akur dalam keluarga. “Selama ini, tidak pernah ada masalah. Keponakan tiyang niki orangnya baik, akur, dan pendiam,” papar Arta. Menurut dia, korban Made Dibia berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta Wayan Sriani dan dua orang anak, yang salah satunya masih duduk di Kelas II SD.
Arta sendiri belum tahu, apa penyebab kematian keponakannya yang menjabat sebagai Ketua LPD ini. Namun, melihat kondisi jenazah korban yang mengeluarkan busa dari hidung, Arta memperkirakan keponakannya bunuh diri dengan minum racun. Apalagi, Made Dibia yang juga petani jeruk selama ini menyimpan racun jeruk di rumahnya. “Ada banyak racun jeruk di rumah, mungkin itu yang dia minum,” tandas Arta. Dan, jika memang benar korban tewas ulahpati (bunuh diri), Arta tidak tahu apa motivasinya.
Hingga Rabu sore, jenazah Made Dibia masih dititip di RSUD Sanjiwani. Pihak keluarga masih rembuk, apakah jenazah korban dibawa pulang ke rumah duka atau dilakukan otopsi, guna mengetahui penyebab pasti kematiannya. “Keluarga mau rembuk dulu, karena meninggalnya agak janggal, bukan terseret ombak, tapi keluar busa dari hidung,” papar Arta.
Sementara, Kelian Desa Pakraman Sengkaduan, Made Suwila Ambara, membenarkan korban Made Dibia adalah Ketua LPD Desa Pakraman Sengkaduan. Selain itu, korban juga menjabat Bendahara Desa Pakraman Sengkaduan. Selama ini, korban tidak ada masalah terkait dengan pekerjaannya, baik sebagai Ketua LPD maupun Bendahara Desa Pakraman. “Karena saya Kelian, saya tahu persis karakter yang ber-sangkutan (korban). Dia orangnya baik, hanya saja pendiam. Karena saking baiknya, dia cukup dihormati oleh krama di sini,” jelas Suwila Ambara saat dionfirmasi NusaBali terpisah, Rabu kemarin.
Menurut informasi yang didapat Suwila, sebelum menghilang dari rumahnya, korban Made Dibia sempat ada sedikit cekcok dengan istrinya, Wayan Sriani. “Tapi, saya tidak berani menanyakan, apa penyebab dia pergi dari rumah hingga kemudian ditemukan meninggal di pantai. Istrinya masih shock,” papar Suwila. *nvi,lsa
1
Komentar