Pelaku IKM/UKM Ingin ‘Bali Bangkit’ Lanjut
Pameran Bali Bangkit dilanjutkan namun dilakukan secara swadaya oleh pelaku IKM. Hal itu karena subsidi dari Pemprov Bali berakhir hingga Bali Bangkit ke–7 tahun 2023.
DENPASAR, NusaBali
Pelaku industri kecil menengah(IKM) berharap Pameran IKM Bali Bangkit berlanjut pada 2024 yang akan datang. Alasannya, pameran tersebut bermanfaat untuk promosi dan meningkatkan pemasaran produk-produk IKM/UKM Bali. Walaupun untuk itu, mereka akan menyelenggarakan secara swadaya, karena fasilitas subsidi dari Pemprov Bali telah berakhir sampai dengan 2023, atau sampai dengan Pameran Bali Bangkit yang ke–7 yang berakhir pada Oktober lalu.
Menyusul berakhirnya ‘Bali Bangkit 7’ dilaksanakan rapat yang difasilitasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali pada Senin (30/10/2023). Dalam rapat tersebut ditawarkan apakah Bali Bangkit dilanjutkan atau tidak. Kalau mau dilanjutkan, tentu dilakukan secara swadaya oleh pelaku IKM. Hal itu karena fasilitas yakni subsidi dari Pemprov Bali telah berakhir hingga Bali Bangkit 7. Kesimpulannya sebagian besar berharap’Bali Bangkit’ berlanjut.
“Banyak teman-teman (IKM/UKM) yang sudah mendaftar. Saya juga,” ungkap I Nyoman Sudira, pelaku IKM dari Desa Gelgel, Kecamatan/Kabupaten Klungkung, Jumat (3/11). Sudira mengatakan pendaftaran melalui google form yang difasilitasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali.
Menurut Sudira, pameran ‘Bali Bangkit’ memang dinilai bermanfaat untuk promosi dan pemasaran produk IKM/UKM Bali. Sebagai gambaran, dengan menjadi peserta pameran ‘Bali Bangkit’ pelaku IKM/UKM bisa melakukan pameran sepanjang tahun di tempat yang representatif yakni di Art Centre (Taman Budaya) Denpasar. “Selain produk makin dikenal, pembeli datang. Penjualan juga ada,” imbuhnya.
Walaupun volume dan nilainya bisa jadi lebih sedikit dibanding dengan pameran di perhelatan Pesta Kesenian Bali (PKB), karena memang masyarakat yang datang jauh lebih banyak. “Tetapi di ‘Bali Bangkit’ tetap kita dapat berjualan,” terang pemilik perusahaan tenun ‘Astiti’ yang memproduksi kain endek dan songket.
Dia mencontohkan dirinya. Walau tidak menyebut jumlah pasti, namun Sudira mengiyakan minimal Rp 10 juta dia kantongi dalam satu periode atau 1 tahun pelaksanaan pameran ‘Bali Bangkit’.
Terpisah Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali I Wayan Jarta, mengapresiasi semangat dari pelaku IKM/UMK yang ingin pameran ‘Bali Bangkit’ berlanjut dengan swadaya. “Kita tentu mengapresiasinya,” ujarnya.
Memang, kata Jarta, event promosi sekaligus penjualan seperti pameran ‘Bali Bangkit’ tentu berdampak positif untuk meningkatkan promosi dan peluang pasar.
Walaupun nanti dilaksanakan secara swadaya, Jarta mengingatkan hal itu tidak mengurangi kualitas pameran ‘Bali Bangkit’. Khususnya produk-produk IKM/UKM yang dipamerkan kualitasnya tetap terjaga sebagaimana pameran ‘Bali Bangkit’ sebelumnya. “Malah bila perlu ditingkatkan. Jangan sampai malah menurun (kualitasnya),” tandasnya.
Jarta belum bisa memastikan berapa jumlah IKM/UKM yang sudah mendaftar. Sementara pada pameran Bali Bangkit ke-7, jumlah pelaku IKM/UKM yang ikut sebanyak 112. 7 k17
Pelaku industri kecil menengah(IKM) berharap Pameran IKM Bali Bangkit berlanjut pada 2024 yang akan datang. Alasannya, pameran tersebut bermanfaat untuk promosi dan meningkatkan pemasaran produk-produk IKM/UKM Bali. Walaupun untuk itu, mereka akan menyelenggarakan secara swadaya, karena fasilitas subsidi dari Pemprov Bali telah berakhir sampai dengan 2023, atau sampai dengan Pameran Bali Bangkit yang ke–7 yang berakhir pada Oktober lalu.
Menyusul berakhirnya ‘Bali Bangkit 7’ dilaksanakan rapat yang difasilitasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali pada Senin (30/10/2023). Dalam rapat tersebut ditawarkan apakah Bali Bangkit dilanjutkan atau tidak. Kalau mau dilanjutkan, tentu dilakukan secara swadaya oleh pelaku IKM. Hal itu karena fasilitas yakni subsidi dari Pemprov Bali telah berakhir hingga Bali Bangkit 7. Kesimpulannya sebagian besar berharap’Bali Bangkit’ berlanjut.
“Banyak teman-teman (IKM/UKM) yang sudah mendaftar. Saya juga,” ungkap I Nyoman Sudira, pelaku IKM dari Desa Gelgel, Kecamatan/Kabupaten Klungkung, Jumat (3/11). Sudira mengatakan pendaftaran melalui google form yang difasilitasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali.
Menurut Sudira, pameran ‘Bali Bangkit’ memang dinilai bermanfaat untuk promosi dan pemasaran produk IKM/UKM Bali. Sebagai gambaran, dengan menjadi peserta pameran ‘Bali Bangkit’ pelaku IKM/UKM bisa melakukan pameran sepanjang tahun di tempat yang representatif yakni di Art Centre (Taman Budaya) Denpasar. “Selain produk makin dikenal, pembeli datang. Penjualan juga ada,” imbuhnya.
Walaupun volume dan nilainya bisa jadi lebih sedikit dibanding dengan pameran di perhelatan Pesta Kesenian Bali (PKB), karena memang masyarakat yang datang jauh lebih banyak. “Tetapi di ‘Bali Bangkit’ tetap kita dapat berjualan,” terang pemilik perusahaan tenun ‘Astiti’ yang memproduksi kain endek dan songket.
Dia mencontohkan dirinya. Walau tidak menyebut jumlah pasti, namun Sudira mengiyakan minimal Rp 10 juta dia kantongi dalam satu periode atau 1 tahun pelaksanaan pameran ‘Bali Bangkit’.
Terpisah Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali I Wayan Jarta, mengapresiasi semangat dari pelaku IKM/UMK yang ingin pameran ‘Bali Bangkit’ berlanjut dengan swadaya. “Kita tentu mengapresiasinya,” ujarnya.
Memang, kata Jarta, event promosi sekaligus penjualan seperti pameran ‘Bali Bangkit’ tentu berdampak positif untuk meningkatkan promosi dan peluang pasar.
Walaupun nanti dilaksanakan secara swadaya, Jarta mengingatkan hal itu tidak mengurangi kualitas pameran ‘Bali Bangkit’. Khususnya produk-produk IKM/UKM yang dipamerkan kualitasnya tetap terjaga sebagaimana pameran ‘Bali Bangkit’ sebelumnya. “Malah bila perlu ditingkatkan. Jangan sampai malah menurun (kualitasnya),” tandasnya.
Jarta belum bisa memastikan berapa jumlah IKM/UKM yang sudah mendaftar. Sementara pada pameran Bali Bangkit ke-7, jumlah pelaku IKM/UKM yang ikut sebanyak 112. 7 k17
Komentar