PowerUp Bali Desak Isu Lingkungan Jadi Topik Utama Pemilu 2024, Blacklist Politisi yang Didanai Entitas Energi Fosil
PowerUp Bali
Aktivis Lingkungan
Permasalahan Lingkungan
Energi Fosil
Energi Baru Terbarukan
EBT
Pariwisata
DENPASAR, NusaBali.com - PowerUp Bali mendesak pemimpin dan calon pemimpin melakukan aksi nyata terhadap isu lingkungan khususnya transisi energi. Menjelang Pemilu 2024, masyarakat diajak memasukkan calon-calon yang didanai individu, korporasi, dan entitas yang bergerak di energi fosil ke dalam daftar hitam.
Selama ini, isu lingkungan yang merupakan masalah bersama tidak pernah menjadi topik yang seksi bagi politisi.
Menurut Suriadi Darmoko, pengkampanye 350 (Three Fifty) Indonesia yang juga bagian dari PowerUp Bali, salah satu penyebabnya adalah sosok-sosok donatur para politisi yang memiliki bisnis di bidang energi fosil.
Hal ini dinilai mengekang para politisi melakukan langkah serius untuk mentransisi energi fosil ke energi baru terbarukan. Padahal, kata Suriadi, di Bali khususnya, dari segi regulasi sudah ada dan cukup lengkap. Namun, dalam praktik kebijakannya kerap kontraproduktif dengan amanat regulasi yang telah disepakati.
"Kami meminta politisi yang berkontestasi di Pemilu 2024, terutama tiga calon yang berlaga di Pilpres agar mempunyai komitmen yang kuat untuk melakukan transisi energi dan penanganan krisis iklim," ujar Suriadi di sela aksi PowerUp Bali di RTH Kampus Sudirman Universitas Udayana (Unud), Jumat (4/11/2023) petang.
Kata Suriadi yang juga eks Direktur WALHI Bali ini, politisi yang berlaga di Pemilu 2024 harus ditelusuri jejaring mereka dengan pelaku dan industri energi fosil. Misalnya dari segi pendanaan pencalonan dan kampanye, tokoh-tokoh yang terlibat dalam tim kampanye atau pemenangan, juga menelisik visi dan misi yang tidak berpihak pada isu lingkungan.
PowerUp Bali juga menyoroti pergerakan Pulau Dewata sebagai episentrum transisi energi bersih di Indonesia bahkan dunia. Sebab, banyak diskusi internasional terjadi di Bali sejak Presidensi G20 Indonesia tahun 2022 silam. Bali diminta menjadi teladan dan jangan sampai tertinggal sebagai wajah transisi energi Indonesia.
"Kampanye serentak secara nasional selama 29 Oktober-4 November ini kami gelar agar ada political will yang kuat dari para pemimpin dan calon pemimpin. Kalau ini tidak ada, transisi energi itu mustahil terjadi," tegas Suriadi yang juga tokoh milenial Hindu Tengger ini.
Suriadi menilai isu lingkungan pasti akan dikalahkan dengan kepentingan investasi. Mungkin dalam misi seorang politisi sudah berkomitmen terhadap energi hijau namun kalau sudah berhadapan dengan faktor investasi, kepentingan lingkungan bakal dinomorduakan.
Bali sendiri dinilai sudah diujung tanduk untuk melakukan transisi energi. Sebab, selama ini Pulau Dewata bergantung pada energi fosil untuk menyuplai listrik warga dan industri khususnya pariwisata. Hal ini disebut jauh dari label pariwisata Bali yang katanya hijau dan ramah lingkungan.
"Satu, Bali tidak punya energi fosil. Dua, Bali perlu menjadi contoh sebab kesepakatan-kesepakatan global soal energi bersih ini dibuat di Bali. Sementara, bauran energi terbarukan di Bali menurut PLN baru 1,48 persen, artinya lebih dari 98 persen listrik di Bali itu dari energi fosil," beber Suriadi.
Lanjut Suriadi mengutip Greenpeace Indonesia, potensi energi surya di Bali berkisar 32.000-53.300 GWh per tahun dengan solar PV thin-film silicon. Angka ini sudah jauh melebih konsumsi listrik di Bali yakni 9.828 GWh per tahun. Untuk itu, Suriadi menekankan, political will yang kosong tidak akan membawa Bali ke titik yang lebih dalam jangka 5 tahun ke depan.
Oleh karena itu, khusus untuk aksi sepekan PowerUp Bali mengusung gerakan 'Pariwisata Bebas Emisi' menurunkan gerakan nasionalnya 'Transisi untuk Solusi'. Pariwisata yang bebas emisi dengan transisi energi ini dinilai akan menaikkan level pariwisata Bali yang hijau tidak hanya di kata-kata tetapi pada praktiknya pula.
Puspita Sari, 20, Koordinator PowerUp Bali menuturkan, gerakan ini telah menjaring dan mengedukasi anak-anak muda terkait isu krisis iklim dan transisi energi di Bali selama empat hari kegiatan. Gerakan diisi dengan focus group discussion, ekspresi seni bertema transisi energi, diskusi publik dan workshop zine lipat, dan festival seni.
"Kami melakukan aksi sejak Rabu (1/11/2023). Kami juga menulis harapan untuk Bali ke depan dan membuat petisi bagaimana agar pariwisata Bali itu bebas emisi, kekerasan, alih fungsi lahan, dan pencemaran lingkungan," ungkap Puspita yang juga mahasiswi Fakultas Pertanian Unud.
Pada Sabtu (4/11/2022) pagi, gerakan ini bergerak menuju pendakian Gunung Batur. Di kawasan ini, mereka bakal membentangkan mural hasil ekspresi seni. Kata Puspita, gerakan ini dilakukan di Batur juga sebagai bentuk penyadaran bahwa Bali punya banyak lahan non produktif yang bisa dimanfaatkan sebagai lokasi pemasangan pembangkit listrik energi baru terbarukan.
"Kami menuntut pemimpin dan calon pemimpin melakukan aksi nyata untuk mentransisi energi. Potensi sudah kita miliki, begitu pula dengan regulasinya, yang diperlukan adalah komitmen dan aksi nyata," tukas Puspita.
Untuk diketahui PowerUp Bali merupakan kampanye global yang diinisiasi Climate Rangers. Agenda utamanya mendesak para pemimpin untuk melakukan transisi menuju energi baru terbarukan. *rat
Hal ini dinilai mengekang para politisi melakukan langkah serius untuk mentransisi energi fosil ke energi baru terbarukan. Padahal, kata Suriadi, di Bali khususnya, dari segi regulasi sudah ada dan cukup lengkap. Namun, dalam praktik kebijakannya kerap kontraproduktif dengan amanat regulasi yang telah disepakati.
"Kami meminta politisi yang berkontestasi di Pemilu 2024, terutama tiga calon yang berlaga di Pilpres agar mempunyai komitmen yang kuat untuk melakukan transisi energi dan penanganan krisis iklim," ujar Suriadi di sela aksi PowerUp Bali di RTH Kampus Sudirman Universitas Udayana (Unud), Jumat (4/11/2023) petang.
Kata Suriadi yang juga eks Direktur WALHI Bali ini, politisi yang berlaga di Pemilu 2024 harus ditelusuri jejaring mereka dengan pelaku dan industri energi fosil. Misalnya dari segi pendanaan pencalonan dan kampanye, tokoh-tokoh yang terlibat dalam tim kampanye atau pemenangan, juga menelisik visi dan misi yang tidak berpihak pada isu lingkungan.
PowerUp Bali juga menyoroti pergerakan Pulau Dewata sebagai episentrum transisi energi bersih di Indonesia bahkan dunia. Sebab, banyak diskusi internasional terjadi di Bali sejak Presidensi G20 Indonesia tahun 2022 silam. Bali diminta menjadi teladan dan jangan sampai tertinggal sebagai wajah transisi energi Indonesia.
"Kampanye serentak secara nasional selama 29 Oktober-4 November ini kami gelar agar ada political will yang kuat dari para pemimpin dan calon pemimpin. Kalau ini tidak ada, transisi energi itu mustahil terjadi," tegas Suriadi yang juga tokoh milenial Hindu Tengger ini.
Suriadi menilai isu lingkungan pasti akan dikalahkan dengan kepentingan investasi. Mungkin dalam misi seorang politisi sudah berkomitmen terhadap energi hijau namun kalau sudah berhadapan dengan faktor investasi, kepentingan lingkungan bakal dinomorduakan.
Bali sendiri dinilai sudah diujung tanduk untuk melakukan transisi energi. Sebab, selama ini Pulau Dewata bergantung pada energi fosil untuk menyuplai listrik warga dan industri khususnya pariwisata. Hal ini disebut jauh dari label pariwisata Bali yang katanya hijau dan ramah lingkungan.
"Satu, Bali tidak punya energi fosil. Dua, Bali perlu menjadi contoh sebab kesepakatan-kesepakatan global soal energi bersih ini dibuat di Bali. Sementara, bauran energi terbarukan di Bali menurut PLN baru 1,48 persen, artinya lebih dari 98 persen listrik di Bali itu dari energi fosil," beber Suriadi.
Lanjut Suriadi mengutip Greenpeace Indonesia, potensi energi surya di Bali berkisar 32.000-53.300 GWh per tahun dengan solar PV thin-film silicon. Angka ini sudah jauh melebih konsumsi listrik di Bali yakni 9.828 GWh per tahun. Untuk itu, Suriadi menekankan, political will yang kosong tidak akan membawa Bali ke titik yang lebih dalam jangka 5 tahun ke depan.
Oleh karena itu, khusus untuk aksi sepekan PowerUp Bali mengusung gerakan 'Pariwisata Bebas Emisi' menurunkan gerakan nasionalnya 'Transisi untuk Solusi'. Pariwisata yang bebas emisi dengan transisi energi ini dinilai akan menaikkan level pariwisata Bali yang hijau tidak hanya di kata-kata tetapi pada praktiknya pula.
Puspita Sari, 20, Koordinator PowerUp Bali menuturkan, gerakan ini telah menjaring dan mengedukasi anak-anak muda terkait isu krisis iklim dan transisi energi di Bali selama empat hari kegiatan. Gerakan diisi dengan focus group discussion, ekspresi seni bertema transisi energi, diskusi publik dan workshop zine lipat, dan festival seni.
"Kami melakukan aksi sejak Rabu (1/11/2023). Kami juga menulis harapan untuk Bali ke depan dan membuat petisi bagaimana agar pariwisata Bali itu bebas emisi, kekerasan, alih fungsi lahan, dan pencemaran lingkungan," ungkap Puspita yang juga mahasiswi Fakultas Pertanian Unud.
Pada Sabtu (4/11/2022) pagi, gerakan ini bergerak menuju pendakian Gunung Batur. Di kawasan ini, mereka bakal membentangkan mural hasil ekspresi seni. Kata Puspita, gerakan ini dilakukan di Batur juga sebagai bentuk penyadaran bahwa Bali punya banyak lahan non produktif yang bisa dimanfaatkan sebagai lokasi pemasangan pembangkit listrik energi baru terbarukan.
"Kami menuntut pemimpin dan calon pemimpin melakukan aksi nyata untuk mentransisi energi. Potensi sudah kita miliki, begitu pula dengan regulasinya, yang diperlukan adalah komitmen dan aksi nyata," tukas Puspita.
Untuk diketahui PowerUp Bali merupakan kampanye global yang diinisiasi Climate Rangers. Agenda utamanya mendesak para pemimpin untuk melakukan transisi menuju energi baru terbarukan. *rat
1
Komentar