Pemkab Gelar Penyambutan, Dipusatkan di Simpang Lima Kota Semarapura
Setelah Raja Klungkung, Ida Dewa Agung Jambe Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional
Penetapan tanggal gugurnya Ida Dewa Agung Jambe pada 28 April 1908 yang dirayakan menjadi Hari Puputan Klungkung juga sudah masuk syarat monumental
SEMARAPURA, NusaBali
Pemkab Klungkung tengah menyiapkan seremonial untuk menyambut sekaligus syukuran besar atas ditetapkannya Raja Klungkung yang gugur saat Perang Puputan Klungkung 28 April 1908, Ida Dewa Agung Jambe sebagai Pahlawan Nasional.
Penganugerahan gelar pahlawan nasional itu akan dilakukan di Istana Negara, Jakarta bertepatan Hari Pahlawan, Jumat (10/11) hari ini. "Pertama kita haturkan terimakasih kepada pemerintah pusat Bapak Presiden Jokowi, sekian lama kita berharap agar ada gelar pahlawan nasional," ujar Plt Bupati Klungkung I Made Kasta saat dihubungi, Kamis (9/11).
Menurut pejabat asal Desa Akah, Kecamatan Klungkung ini, pertama diusulkan Ida Dewa Agung Istri Kanya, namun belum bisa karena persyaratan tidak lengkap. Kemudian, diusulkan Ida Dewa Agung Jambe hingga ditetapkan menjadi pahlawan nasional. "Karena ini merupakan anugerah besar maka Pemkab Klungkung sudah rapat untuk menyambut dan sekaligus syukuran besar di Kabupaten Klungkung," ujar Kasta.
Selama ini Pemkab Klungkung terus berupaya untuk meloloskan Ida Dewa Agung Jambe sebagai pahlawan nasional. Bahkan, nama Monumen Puputan Klungkung diganti menjadi Monumen Ida Dewa Agung Jambe dan Lapangan Puputan Klungkung diganti menjadi Alun-alun Ida Dewa Agung Jambe, sejak Maret 2021 lalu. Hal itu merupakan bagian persyaratan menjadi pahlawan nasional, yakni mengabadikan nama Ida Dewa Agung Jambe. Kemudian, penetapan tanggal gugurnya Ida Dewa Agung Jambe pada 28 April yang dirayakan menjadi hari Puputan Klungkung juga sudah masuk syarat monumental.
Di samping itu, Pemkab Klungkung juga berupaya membuat Patung Ida Dewa Agung Jambe, yang rencananya akan dibangun berbahan perunggu di areal Lapangan Puputan Klungkung (Alun-alun Ida Dewa Agung Jambe) pada 2018 silam dengan anggaran Rp 4,5 miliar. Namun ada masukan agar patung itu dibangun di areal objek wisata Kerta Gosa. Di lain sisi, aset kepemilikan lahan Kerta Gosa belum jelas, antara Pemkab dan pihak Puri Agung Klungkung. Atas persoalan tersebut, proses pembangunan patung itu jadi molor hingga batal.
Di sisi lain Pemkab Klungkung juga sudah berjuang mengusulkan nama Ida Dewa Agung Istri Kanya untuk menjadi Pahlawan Nasional ke pusat sejak tahun 2002. Namun hingga kini usulan itu belum terealisasi. Adapun kelengkapan administrasi persyaratan tersebut terdapat 10 item, secara umum persyaratan tersebut sudah bisa terpenuhi, kecuali pada item ke 10, yakni daftar dan bukti tanda kehormatan yang pernah diterima. Setelah dikaji oleh tim, akhirnya pengusulan Ida I Dewa Agung Istri Kanya sebagai Pahlawan Nasional kembali dikirim ke pusat pada 6 Juli 2009 dengan Nomor 045.2/155/STKT.
Namun, setelah keluar surat balasan dari pusat tertanggal 31 Desember 2009 mengenai hasil Sidang Badan Pembina Pahlawan Pusat, terdapat dua catatan yang mesti dilengkapi, yaitu penulisan kisah perjuangannya berlangsung singkat dan terbatas. Selain itu, ditanyakan mengenai sikapnya setelah Klungkung berdamai dengan Belanda.
Selanjutnya Pemkab kembali bentuk tim untuk masalah tersebut pada 2017. Dengan membuat fragmentari Perang Puputan Kusamba hingga pembuatan patung Ida Dewa Agung Istri Kanya pada, Rabu (29/9/2017). Setelah merampungkan patung Ida Dewa Agung Istri Kanya lengkap dengan pagelaran festivalnya, juga dibuatkan lagu untuk perjuangan pahlawan ini. Adapun kisah heroik Ida Dewa Agung Istri Kanya, bermula dari kehidupan warga pribumi di Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung yang makmur. Kemudian datang tentara Belanda dengan menggunakan sekoci di perairan Kusamba, mereka juga membawa orang-orang Sasak.
Namun, saat itu masih berlaku peraturan hak tawan karang. Sehingga sekoci tentara Belanda akhirnya ditahan oleh warga sekitar. Saat itu pemerintahan dipimpin pahlawan wanita bernama Ida I Dewa Agung Isti Kanya. Kondisi ini membuat situasi kian memanas, akhirnya wilayah Klungkung kembali diserang oleh Belanda. Setelah terjadi pertempuran yang sengit, di bawah pimpinan I Dewa Agung Istri Kanya, berhasil membunuh jenderal Belanda AV Michiels dengan menggunakan senjata meriam selisik.
Terkait acara penyambutan gelar Pahlawan Nasional untuk Raja Klungkung Ida Dewa Agung Jambe, Sekda Klungkung Anak Agung Gede Lesmana, mengatakan Pemkab Klungkung sebenarnya sudah memasang perencanaan untuk acara seremonial penganugerahan gelar pahlawan Ida Dewa Agung Jambe di tahun 2021 dan 2022, sedangkan tahun 2023 ini tidak ada. "Tahun ini kami tidak pasang, karena kami tidak mengira tahun ini akan diberikan penganugerahan," ujar Gung Lesmana.
Meskipun demikian Pemkab Klungkung tetap melaksanakan seremonial penyambutan secara spontanitas. Terutama dengan melibatkan dari siswa SD, SMP dan SMA/SMK yang tentunya mereka semuanya terlatih. "Tinggal konsep teknisnya saja," ujar Gung Lesmana. Seremonial ini rencananya dilakukan setelah rombongan dari Pemkab dan Puri Agung Klungkung balik dari Jakarta dan tiba di Klungkung pada, Sabtu (11/11) pukul 15.00 Wita. Penyambutan dipusatkan di Simpang Lima Kota Semarapura kemudian berjalan menuju Puri Agung Klungkung yang berjarak sekitar 200 meter. "Itu baru perencanaan dan kami masih matangkan persiapan," kata Gung Lesmana. 7 wan
Pemkab Klungkung tengah menyiapkan seremonial untuk menyambut sekaligus syukuran besar atas ditetapkannya Raja Klungkung yang gugur saat Perang Puputan Klungkung 28 April 1908, Ida Dewa Agung Jambe sebagai Pahlawan Nasional.
Penganugerahan gelar pahlawan nasional itu akan dilakukan di Istana Negara, Jakarta bertepatan Hari Pahlawan, Jumat (10/11) hari ini. "Pertama kita haturkan terimakasih kepada pemerintah pusat Bapak Presiden Jokowi, sekian lama kita berharap agar ada gelar pahlawan nasional," ujar Plt Bupati Klungkung I Made Kasta saat dihubungi, Kamis (9/11).
Menurut pejabat asal Desa Akah, Kecamatan Klungkung ini, pertama diusulkan Ida Dewa Agung Istri Kanya, namun belum bisa karena persyaratan tidak lengkap. Kemudian, diusulkan Ida Dewa Agung Jambe hingga ditetapkan menjadi pahlawan nasional. "Karena ini merupakan anugerah besar maka Pemkab Klungkung sudah rapat untuk menyambut dan sekaligus syukuran besar di Kabupaten Klungkung," ujar Kasta.
Selama ini Pemkab Klungkung terus berupaya untuk meloloskan Ida Dewa Agung Jambe sebagai pahlawan nasional. Bahkan, nama Monumen Puputan Klungkung diganti menjadi Monumen Ida Dewa Agung Jambe dan Lapangan Puputan Klungkung diganti menjadi Alun-alun Ida Dewa Agung Jambe, sejak Maret 2021 lalu. Hal itu merupakan bagian persyaratan menjadi pahlawan nasional, yakni mengabadikan nama Ida Dewa Agung Jambe. Kemudian, penetapan tanggal gugurnya Ida Dewa Agung Jambe pada 28 April yang dirayakan menjadi hari Puputan Klungkung juga sudah masuk syarat monumental.
Di samping itu, Pemkab Klungkung juga berupaya membuat Patung Ida Dewa Agung Jambe, yang rencananya akan dibangun berbahan perunggu di areal Lapangan Puputan Klungkung (Alun-alun Ida Dewa Agung Jambe) pada 2018 silam dengan anggaran Rp 4,5 miliar. Namun ada masukan agar patung itu dibangun di areal objek wisata Kerta Gosa. Di lain sisi, aset kepemilikan lahan Kerta Gosa belum jelas, antara Pemkab dan pihak Puri Agung Klungkung. Atas persoalan tersebut, proses pembangunan patung itu jadi molor hingga batal.
Di sisi lain Pemkab Klungkung juga sudah berjuang mengusulkan nama Ida Dewa Agung Istri Kanya untuk menjadi Pahlawan Nasional ke pusat sejak tahun 2002. Namun hingga kini usulan itu belum terealisasi. Adapun kelengkapan administrasi persyaratan tersebut terdapat 10 item, secara umum persyaratan tersebut sudah bisa terpenuhi, kecuali pada item ke 10, yakni daftar dan bukti tanda kehormatan yang pernah diterima. Setelah dikaji oleh tim, akhirnya pengusulan Ida I Dewa Agung Istri Kanya sebagai Pahlawan Nasional kembali dikirim ke pusat pada 6 Juli 2009 dengan Nomor 045.2/155/STKT.
Namun, setelah keluar surat balasan dari pusat tertanggal 31 Desember 2009 mengenai hasil Sidang Badan Pembina Pahlawan Pusat, terdapat dua catatan yang mesti dilengkapi, yaitu penulisan kisah perjuangannya berlangsung singkat dan terbatas. Selain itu, ditanyakan mengenai sikapnya setelah Klungkung berdamai dengan Belanda.
Selanjutnya Pemkab kembali bentuk tim untuk masalah tersebut pada 2017. Dengan membuat fragmentari Perang Puputan Kusamba hingga pembuatan patung Ida Dewa Agung Istri Kanya pada, Rabu (29/9/2017). Setelah merampungkan patung Ida Dewa Agung Istri Kanya lengkap dengan pagelaran festivalnya, juga dibuatkan lagu untuk perjuangan pahlawan ini. Adapun kisah heroik Ida Dewa Agung Istri Kanya, bermula dari kehidupan warga pribumi di Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung yang makmur. Kemudian datang tentara Belanda dengan menggunakan sekoci di perairan Kusamba, mereka juga membawa orang-orang Sasak.
Namun, saat itu masih berlaku peraturan hak tawan karang. Sehingga sekoci tentara Belanda akhirnya ditahan oleh warga sekitar. Saat itu pemerintahan dipimpin pahlawan wanita bernama Ida I Dewa Agung Isti Kanya. Kondisi ini membuat situasi kian memanas, akhirnya wilayah Klungkung kembali diserang oleh Belanda. Setelah terjadi pertempuran yang sengit, di bawah pimpinan I Dewa Agung Istri Kanya, berhasil membunuh jenderal Belanda AV Michiels dengan menggunakan senjata meriam selisik.
Terkait acara penyambutan gelar Pahlawan Nasional untuk Raja Klungkung Ida Dewa Agung Jambe, Sekda Klungkung Anak Agung Gede Lesmana, mengatakan Pemkab Klungkung sebenarnya sudah memasang perencanaan untuk acara seremonial penganugerahan gelar pahlawan Ida Dewa Agung Jambe di tahun 2021 dan 2022, sedangkan tahun 2023 ini tidak ada. "Tahun ini kami tidak pasang, karena kami tidak mengira tahun ini akan diberikan penganugerahan," ujar Gung Lesmana.
Meskipun demikian Pemkab Klungkung tetap melaksanakan seremonial penyambutan secara spontanitas. Terutama dengan melibatkan dari siswa SD, SMP dan SMA/SMK yang tentunya mereka semuanya terlatih. "Tinggal konsep teknisnya saja," ujar Gung Lesmana. Seremonial ini rencananya dilakukan setelah rombongan dari Pemkab dan Puri Agung Klungkung balik dari Jakarta dan tiba di Klungkung pada, Sabtu (11/11) pukul 15.00 Wita. Penyambutan dipusatkan di Simpang Lima Kota Semarapura kemudian berjalan menuju Puri Agung Klungkung yang berjarak sekitar 200 meter. "Itu baru perencanaan dan kami masih matangkan persiapan," kata Gung Lesmana. 7 wan
Komentar