ORI Bali Puji MPLS di Denpasar
“Jika kita lihat dari substansi MPLS-nya, sekarang ketemu. Karena sekarang sudah lebih banyak dikelola atau dilaksanakan oleh guru-gurunya sendiri. Sedangkan siswa OSIS hanya membantu membantu sebatas hal-hal teknis saja”
DENPASAR, NusaBali
Perwakilan Ombudsman RI (ORI) Provinsi Bali menilai kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) tahun ajaran 2017/2018 tingkat SMA/SMK di Denpasar, khususnya di SMAN 1 Denpasar dan SMAN 7 Denpasar yang menjadi obyek pantauan, Kamis (13/7) kemarin, sudah jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. MPLS tahun ini masih mengacu pada Permendikbud nomor 18 tahun 2016.
"Pantauan di dua sekolah ini sudah sesuai standar. Kami nilai wajar. Sejauh ini kami belum mendengar adanya pungutan yang aneh-aneh yang diminta atau dibebankan kepada siswa, seperti tahun-tahun yang lalu," ujar Asisten ORI Bali, Dhuha F Mubarok ditemui usai pemantauan MPLS di SMAN 7 Denpasar, kemarin.
Mubarok menambahkan, tahun ini paling terlihat jelas perubahan MPLS menjadi lebih taat aturan. Tidak seperti tahun lalu, pihaknya malah mendapat temuan MPLS yang tidak dilakukan di sekolah, melainkan di luar sekolah. Selain itu tahun lalu juga masih ditemukan adanya pungutan-pungutan. Namun Mubarok mengatakan, meski bakti sosial yang dilakukan di luar sekolah oleh SMAN 7 Denpasar dalam MPLS tahun ini, namun masih dalam kategori wajar. "Bakti sosialnya masih dalam lingkup dekat-dekat sekolah. Hal ini dikatakan masih wajar. Kita lihat hal positifnya bahwa ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa simpati dan empati terhadap lingkungan. Kalau hari kedua ini aman, kami berharap sampai nanti selesai bisa lancar dan tetap sesuai aturan," katanya.
Termasuk perlengkapan yang harus dibawa oleh peserta MPLS juga dinilai tidak ada yang aneh-aneh. Mereka hanya memakai pakaian polos hitam putih, dan perlengkapan pita serta nametag yang sewajarnya. Peran OSIS pun kini hanya membantu hal-hal teknis saja, karena panitia pelaksana MPLS adalah guru-guru di sekolah dengan dibantu siswa OSIS. "Jika kita lihat dari substansi MPLS-nya, sekarang ketemu. Karena sekarang sudah lebih banyak dikelola atau dilaksanakan oleh guru-gurunya sendiri. Sedangkan siswa OSIS hanya membantu membantu sebatas hal-hal teknis saja, tidak lagi membuat program acara ataupun penugasan," imbuhnya.
Sementara Wakasek Humas SMAN 7 Denpasar, Nyoman Sedana menjelaskan, pelaksanaan MPLS di Sisma tahun ini dikelola oleh para guru dengan dibantu siswa OSIS. Sejumlah narasumber didatangkan untuk mengisi materi di sekolah diantaranya ceramah dari pihak kepolisian, BNN yang mengisi materi bahaya miras dan narkoba, pihak puskesmas tentang pemberantasan sarang nyamuk, serta ceramah dari Badan Lingkungan Hidup (BLH). "Selain itu, untuk materi pengenalan sekolah dilakukan oleh panitia, kepala sekolah, wakasek. Nah, kita tambahkan sedikit riang gembiranya untuk menambah keakraban dengan anak-anak peserta yang dihandle oleh OSIS," ungkapnya.
"Sementara ini OSIS kita terkendali untuk tidak melakukan kekerasan. Kalau dulu macam-macam, sembunyi-sembunyi, peserta disuruh bawa ini, bawa itu. Sekarang tidak. Anak-anak OSIS sifatnya membantu karena semua panitianya sekarang adalah guru. Tetapi kita berikan juga ruang gerak untuk mereka sebatas mengatur, kemudian mengisi waktu luang untuk mengakrabkan diri untuk membuat adik-adiknya senang," kata wakasek Sedana yang juga guru matematika di sekolah tersebut.
Terkait peserta yang disuruh mengumpulkan tanda tangan, ditegaskan Sedana, hal tersebut hanya bertujuan untuk mengetes ingatan para peserta dalam mengingat nama-nama guru serta siswa OSIS setelah diperkenalkan pada hari pertama. "Kemarin (Rabu, red) sudah dikenalkan para guru dan anggota OSIS, terus dites dengan misalnya cari OSIS bernama A atau cari guru Matematika bernama B. Itu untuk ngetes ingatan mereka. Tidak liar seperti misalnya diharuskan cari 100 tanda tangan. Tidak seperti itu," tegasnya.
Ditambahkan, tidak pula ada penugasan-penugasan. MPLS kali ini diisi dengan materi dan belajar hal-hal mendidik seperti menulis puisi, atau tanya jawab dengan peserta. Jumlah peserta MPLS di SMAN 7 Denpasar adalah sebanyak 411 orang yang rencananya akan dibagi menjadi 12 rombel. 411 orang ini terdiri dari jalur miskin sebanyak tiga orang, jalur zonasi 72 orang, sedangkan sisanya merupakan siswa yang masuk lewat jalur prestasi dan reguler. Termasuk diantaranya 53 orang dari PPDB gelombang kedua. *in
Perwakilan Ombudsman RI (ORI) Provinsi Bali menilai kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) tahun ajaran 2017/2018 tingkat SMA/SMK di Denpasar, khususnya di SMAN 1 Denpasar dan SMAN 7 Denpasar yang menjadi obyek pantauan, Kamis (13/7) kemarin, sudah jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. MPLS tahun ini masih mengacu pada Permendikbud nomor 18 tahun 2016.
"Pantauan di dua sekolah ini sudah sesuai standar. Kami nilai wajar. Sejauh ini kami belum mendengar adanya pungutan yang aneh-aneh yang diminta atau dibebankan kepada siswa, seperti tahun-tahun yang lalu," ujar Asisten ORI Bali, Dhuha F Mubarok ditemui usai pemantauan MPLS di SMAN 7 Denpasar, kemarin.
Mubarok menambahkan, tahun ini paling terlihat jelas perubahan MPLS menjadi lebih taat aturan. Tidak seperti tahun lalu, pihaknya malah mendapat temuan MPLS yang tidak dilakukan di sekolah, melainkan di luar sekolah. Selain itu tahun lalu juga masih ditemukan adanya pungutan-pungutan. Namun Mubarok mengatakan, meski bakti sosial yang dilakukan di luar sekolah oleh SMAN 7 Denpasar dalam MPLS tahun ini, namun masih dalam kategori wajar. "Bakti sosialnya masih dalam lingkup dekat-dekat sekolah. Hal ini dikatakan masih wajar. Kita lihat hal positifnya bahwa ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa simpati dan empati terhadap lingkungan. Kalau hari kedua ini aman, kami berharap sampai nanti selesai bisa lancar dan tetap sesuai aturan," katanya.
Termasuk perlengkapan yang harus dibawa oleh peserta MPLS juga dinilai tidak ada yang aneh-aneh. Mereka hanya memakai pakaian polos hitam putih, dan perlengkapan pita serta nametag yang sewajarnya. Peran OSIS pun kini hanya membantu hal-hal teknis saja, karena panitia pelaksana MPLS adalah guru-guru di sekolah dengan dibantu siswa OSIS. "Jika kita lihat dari substansi MPLS-nya, sekarang ketemu. Karena sekarang sudah lebih banyak dikelola atau dilaksanakan oleh guru-gurunya sendiri. Sedangkan siswa OSIS hanya membantu membantu sebatas hal-hal teknis saja, tidak lagi membuat program acara ataupun penugasan," imbuhnya.
Sementara Wakasek Humas SMAN 7 Denpasar, Nyoman Sedana menjelaskan, pelaksanaan MPLS di Sisma tahun ini dikelola oleh para guru dengan dibantu siswa OSIS. Sejumlah narasumber didatangkan untuk mengisi materi di sekolah diantaranya ceramah dari pihak kepolisian, BNN yang mengisi materi bahaya miras dan narkoba, pihak puskesmas tentang pemberantasan sarang nyamuk, serta ceramah dari Badan Lingkungan Hidup (BLH). "Selain itu, untuk materi pengenalan sekolah dilakukan oleh panitia, kepala sekolah, wakasek. Nah, kita tambahkan sedikit riang gembiranya untuk menambah keakraban dengan anak-anak peserta yang dihandle oleh OSIS," ungkapnya.
"Sementara ini OSIS kita terkendali untuk tidak melakukan kekerasan. Kalau dulu macam-macam, sembunyi-sembunyi, peserta disuruh bawa ini, bawa itu. Sekarang tidak. Anak-anak OSIS sifatnya membantu karena semua panitianya sekarang adalah guru. Tetapi kita berikan juga ruang gerak untuk mereka sebatas mengatur, kemudian mengisi waktu luang untuk mengakrabkan diri untuk membuat adik-adiknya senang," kata wakasek Sedana yang juga guru matematika di sekolah tersebut.
Terkait peserta yang disuruh mengumpulkan tanda tangan, ditegaskan Sedana, hal tersebut hanya bertujuan untuk mengetes ingatan para peserta dalam mengingat nama-nama guru serta siswa OSIS setelah diperkenalkan pada hari pertama. "Kemarin (Rabu, red) sudah dikenalkan para guru dan anggota OSIS, terus dites dengan misalnya cari OSIS bernama A atau cari guru Matematika bernama B. Itu untuk ngetes ingatan mereka. Tidak liar seperti misalnya diharuskan cari 100 tanda tangan. Tidak seperti itu," tegasnya.
Ditambahkan, tidak pula ada penugasan-penugasan. MPLS kali ini diisi dengan materi dan belajar hal-hal mendidik seperti menulis puisi, atau tanya jawab dengan peserta. Jumlah peserta MPLS di SMAN 7 Denpasar adalah sebanyak 411 orang yang rencananya akan dibagi menjadi 12 rombel. 411 orang ini terdiri dari jalur miskin sebanyak tiga orang, jalur zonasi 72 orang, sedangkan sisanya merupakan siswa yang masuk lewat jalur prestasi dan reguler. Termasuk diantaranya 53 orang dari PPDB gelombang kedua. *in
Komentar