91 Tamatan SD Pilih Putus Sekolah
Kecuali yang disebabkan cacat dan keterbelakangan mental, lulusan SD yang terdata drop out diupayakan bisa melanjutkan jenjang pendidikannya.
Posko Drop Out Disdikpora Buleleng
SINGARAJA, NusaBali
Pasca Penerimaan Peserta Didik Baru (PPBD) di semua jenjang pendidikan usai, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olaharaga (Disdikpora) Buleleng masih sibuk mendata siswa yang berpotensi drop out. Hingga Kamis (13/7) kemarin, dari sembilan posko drop out yang ada di masing-masing kecamatan terdata 91 anak tamatan SD tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Kepala Disdikpora Buleleng, Gede Suyasa yang ditemui kemarin mengatakan dari hasil pendataan alasan mereka tidak melanjutkan ke jenjang SMP sangat beragam. Mulai dari alasan cacat, kelainan mental, jarak sekolah yang jauh dari rumah, tidak berminat sekolah, dilarang orangtua termasuk persoalan keterbatasan ekonomi.
Dari 91 orang siswa drop out, tersebar merata di seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Buleleng yang sampai ini datanya menunjukkan angka 0. “Seperti tahun kemarin alasannya sangat beragam, tetapi yang terberat adalah tidak adanya minat melanjutkan dari anak yang bersangkutan, ini yang memerlukan upaya ekstra untuk membujuknya kembali ke sekolah,” kata Suyasa.
Menyikapi hal tersebut Suyasa pun mengaku segera akan melakukan rapat koordinasi dengan masing-masing UPP untuk melakukan pendekatan kembali kepada anak-anak tersebut dan ditarik kembali ke sekolah. Bahkan seluruh anak yang terdata posko drop out dinyatakan masih berpeluang besar untuk diterima di sekolah reguler baik di perkotaan maupun di pedesaan. Terkecuali anak yang mengalami kecacatan dan kelainan mental akan dimintakan pertimbangan kepada Dinas Sosial untuk diarahkan kemana.
Sementara itu jika berbicara soal keterbatasan ekonomi, pihaknya pun mengaku sudah mencarikan solusi. “Sebenarnya yang menjadi persoalan bukan biaya sekolahnya karena semuanya gratis. Tetapi biaya transportasi dan uang saku yang sering menjadi beban anak-anak pergi kesekolah,” imbuh dia.
Menyikapi hal tersebut pihaknya pun kembali memberikan solusi. Disdikpora sudah menganggarkan anggaran khusus untuk biaya transportasi anak yang bersangkutan, baik nanti menggunakan ojek ataupun sarana transportasi lainnya. Sedangkan untuk uang saku Disdikpora juga berupaya membantu melalui corporate social responsibility (CSR) dan orangtua asuh. *k23
1
Komentar