Ratusan Desa di Bali Rawan Banjir-Longsor
DENPASAR, NusaBali - Memasuki musim penghujan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali mengingatkan potensi terjadinya bencana banjir dan tanah longsor di sejumlah titik di Bali.
Kajian Risiko Bencana (KRB) Provinsi Bali tahun 2022 sampai dengan 2026 yang diterbitkan oleh Kedeputian Sistem dan Strategi BNPB tahun 2021 menampilkan ratusan desa/kelurahan di Bali yang berpotensi mengalami kejadian yang tidak diinginkan sepanjang musim hujan nanti. Jenis ancaman atau potensi bencana pun tertuang pada katalog Rawan Bencana Provinsi Bali. Terdapat 328 desa/kelurahan yang perlu waspada terhadap banjir, dengan rincian 68 kelas bahaya tinggi dan 260 kelas bahaya sedang. Sementara itu terdapat 363 desa/kelurahan yang harus mewaspadai ancaman tanah longsor, dengan rincian 39 kelas bahaya tinggi dan 324 kelas bahaya sedang.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Provinsi Bali, I Made Rentin, Senin (13/11) menyampaikan langkah-langkah dan upaya yang bisa dilakukan dalam menghadapi musim hujan di Bali. Langkah atau upaya tersebut dapat dilakukan pada fase pra bencana, saat bencana, dan pasca bencana (pemulihan). Masyarakat di wilayah perkotaan, seperti Denpasar, Kabupaten Jembrana dan sekitarnya patut mewaspadai risiko terjadi bencana banjir. Seperti diketahui dua wilayah ini kerap jadi langganan banjir setiap memasuki musim hujan. Tahun lalu, banjir bandang bahkan melumpuhkan sebagian wilayah di Kabupaten Jembrana (Jembatan Tukad Biluk Poh, Desa Tegal Cangkring, Kecamatan Mendoyo).
"Misalnya kita tinggal dekat dengan sungai, ancamannya jelas banjir atau bahkan banjir bandang, maka strategi penyelamatan diri yang bisa dilakukan adalah jika hujan lebat terjadi dalam durasi lama dan intensitas tinggi serta tanda-tanda air sungai mulai naik (meluap), maka jangan menunggu banjir datang tapi kita bisa lakukan evakuasi secara mandiri ke tempat yang lebih aman," jelas Rentin. "Demikian juga jika pemukiman dekat dengan lereng curam yang ada pepohonan, di sana ancamannya jelas, bisa pohon tumbang bisa juga tanah longsor atau bahkan keduanya, siapkan strategi untuk evakuasi mandiri ke tempat yang lebih aman jika hujan lebat terjadi," lanjutnya.
Kecanggihan teknologi, tekan Rentin, dapat dimanfaatkan untuk mengenali ancaman atau bahaya, salah satunya dengan melakukan aktivasi (download) aplikasi milik BNPB inaRISK Personal di smartphone. Dalam aplikasi akan dikenalkan jenis ancaman bencana dan juga upaya mitigasi yang bisa dilakukan termasuk arah jalur evakuasi. Di samping itu, lanjut Rentin, ada juga aplikasi infoBMKG yang sangat membantu untuk mengetahui lebih awal tentang perkiraan cuaca, termasuk jika terjadi gempa akan diketahui dalam hitungan menit (setelah gempa) di mana terjadi dan berapa kekuatan gempanya serta berpotensi tsunami atau tidak.
Rentin menjelaskan Bali berada di ring of fire (cincin api), mengakibatkan Bali memiliki multi hazard (multi ancaman bencana). "Oleh karena itu kenali daerah di sekeliling kita apa ancaman (bahayanya), lalu siapkan strategi untuk penyelamatan diri jika sewaktu-waktu terjadi bencana," ingatnya. BPBD Bali pun membuka call center 0361-251177 atau bisa melaporkan ke Whatsapp 0857-9224-0799 jika warga membutuhkan penanganan kebencanaan.
Sementara sejumlah laporan bencana alam mulai masuk ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Badung, mengingat hujan deras mulai mengguyur wilayah di Gumi Keris dalam beberapa hari terakhir. Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Badung, I Wayan Darma meminta masyarakat waspada terhadap bencana alam di sekitarnya yang mungkin terjadi akibat cuaca ekstrem. Laporan bencana alam yang sudah masuk akibat hujan deras pada, Minggu (12/11) seperti pohon tumbang yang menimpa kabel listrik hingga putus di Desa Sembung, Mengwi. Pohon tumbang juga terjadi di Desa Kekeran, Mengwi tepatnya di depan Pura Pesiraman Desa Adat Kekeran.
Selain pohon tumbang, bencana longsor juga menimpa lahan pertanian milik warga. Lahan sawah tersebut tergerus ke jurang dan sungai di Munduk Babakan, Desa Munggu, Mengwi. Kejadian ini akibat air sungai meluap lantaran tempat pembagian air tertutup sampah dan kayu yang hanyut. "Laporan bencana alam mulai masuk, hanya saja tidak besar dan tidak ada korban jiwa. Penanganan bencana tetap dilakukan, namun kami juga mengimbau masyarakat agar selalu waspada akan bencana alam di sekitar," ujar Darma, Senin kemarin. Menurutnya, bencana alam seperti banjir terjadi akibat intensitas hujan yang tinggi. Selain itu, luapan air terjadi akibat daya tampung selokan yang terbatas, sehingga menghambat air masuk ke selokan.
"Jangan membuang sampah ke tempat aliran air. Apakah itu gorong-gorong, aliran irigasi maupun sungai," tegasnya. Mantan Camat Petang ini juga mengimbau agar pohon yang sekiranya akan membahayakan terutama di pemukiman agar dipangkas. "Bila sangat membahayakan agar dipotong," pungkas Darma. 7 cr78, ind
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Provinsi Bali, I Made Rentin, Senin (13/11) menyampaikan langkah-langkah dan upaya yang bisa dilakukan dalam menghadapi musim hujan di Bali. Langkah atau upaya tersebut dapat dilakukan pada fase pra bencana, saat bencana, dan pasca bencana (pemulihan). Masyarakat di wilayah perkotaan, seperti Denpasar, Kabupaten Jembrana dan sekitarnya patut mewaspadai risiko terjadi bencana banjir. Seperti diketahui dua wilayah ini kerap jadi langganan banjir setiap memasuki musim hujan. Tahun lalu, banjir bandang bahkan melumpuhkan sebagian wilayah di Kabupaten Jembrana (Jembatan Tukad Biluk Poh, Desa Tegal Cangkring, Kecamatan Mendoyo).
"Misalnya kita tinggal dekat dengan sungai, ancamannya jelas banjir atau bahkan banjir bandang, maka strategi penyelamatan diri yang bisa dilakukan adalah jika hujan lebat terjadi dalam durasi lama dan intensitas tinggi serta tanda-tanda air sungai mulai naik (meluap), maka jangan menunggu banjir datang tapi kita bisa lakukan evakuasi secara mandiri ke tempat yang lebih aman," jelas Rentin. "Demikian juga jika pemukiman dekat dengan lereng curam yang ada pepohonan, di sana ancamannya jelas, bisa pohon tumbang bisa juga tanah longsor atau bahkan keduanya, siapkan strategi untuk evakuasi mandiri ke tempat yang lebih aman jika hujan lebat terjadi," lanjutnya.
Kecanggihan teknologi, tekan Rentin, dapat dimanfaatkan untuk mengenali ancaman atau bahaya, salah satunya dengan melakukan aktivasi (download) aplikasi milik BNPB inaRISK Personal di smartphone. Dalam aplikasi akan dikenalkan jenis ancaman bencana dan juga upaya mitigasi yang bisa dilakukan termasuk arah jalur evakuasi. Di samping itu, lanjut Rentin, ada juga aplikasi infoBMKG yang sangat membantu untuk mengetahui lebih awal tentang perkiraan cuaca, termasuk jika terjadi gempa akan diketahui dalam hitungan menit (setelah gempa) di mana terjadi dan berapa kekuatan gempanya serta berpotensi tsunami atau tidak.
Rentin menjelaskan Bali berada di ring of fire (cincin api), mengakibatkan Bali memiliki multi hazard (multi ancaman bencana). "Oleh karena itu kenali daerah di sekeliling kita apa ancaman (bahayanya), lalu siapkan strategi untuk penyelamatan diri jika sewaktu-waktu terjadi bencana," ingatnya. BPBD Bali pun membuka call center 0361-251177 atau bisa melaporkan ke Whatsapp 0857-9224-0799 jika warga membutuhkan penanganan kebencanaan.
Sementara sejumlah laporan bencana alam mulai masuk ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Badung, mengingat hujan deras mulai mengguyur wilayah di Gumi Keris dalam beberapa hari terakhir. Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Badung, I Wayan Darma meminta masyarakat waspada terhadap bencana alam di sekitarnya yang mungkin terjadi akibat cuaca ekstrem. Laporan bencana alam yang sudah masuk akibat hujan deras pada, Minggu (12/11) seperti pohon tumbang yang menimpa kabel listrik hingga putus di Desa Sembung, Mengwi. Pohon tumbang juga terjadi di Desa Kekeran, Mengwi tepatnya di depan Pura Pesiraman Desa Adat Kekeran.
Selain pohon tumbang, bencana longsor juga menimpa lahan pertanian milik warga. Lahan sawah tersebut tergerus ke jurang dan sungai di Munduk Babakan, Desa Munggu, Mengwi. Kejadian ini akibat air sungai meluap lantaran tempat pembagian air tertutup sampah dan kayu yang hanyut. "Laporan bencana alam mulai masuk, hanya saja tidak besar dan tidak ada korban jiwa. Penanganan bencana tetap dilakukan, namun kami juga mengimbau masyarakat agar selalu waspada akan bencana alam di sekitar," ujar Darma, Senin kemarin. Menurutnya, bencana alam seperti banjir terjadi akibat intensitas hujan yang tinggi. Selain itu, luapan air terjadi akibat daya tampung selokan yang terbatas, sehingga menghambat air masuk ke selokan.
"Jangan membuang sampah ke tempat aliran air. Apakah itu gorong-gorong, aliran irigasi maupun sungai," tegasnya. Mantan Camat Petang ini juga mengimbau agar pohon yang sekiranya akan membahayakan terutama di pemukiman agar dipangkas. "Bila sangat membahayakan agar dipotong," pungkas Darma. 7 cr78, ind
Komentar