Penyebaran Nyamuk Wolbachia Ditolak Masyarakat
SINGARAJA, NusaBali - Rencana pendistribusian bibit nyamuk wolbachia yang menjadi proyek percontohan penanggulangan kasus demam berdarah (DB) di Buleleng ditunda.
Jutaan bibit nyamuk wolbachia rencananya akan didistribusikan di Buleleng pada Minggu (12/11) lalu. Hanya saja karena ada penolakan dari elemen masyarakat, pendistribusian bibit nyamuk wolbachia ini ditunda sementara.
Penundaan juga terjadi di Kota Denpasar yang mendapatkan program percontohan penanganan DB bersama Buleleng. Penolakan ditunjukkan oleh elemen masyarakat yang mengatasnamakan masyarakat Bali di Denpasar. Mereka menilai penyebaran bibit nyamuk wolbachia ini dapat berdampak buruk untuk kesehatan ke depannya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng dr Sucipto, Senin (13/11) menjelaskan, saat ini masih menunggu instruksi dan keputusan dari Pemerintah Provinsi Bali. Kementerian Kesehatan RI bersama dengan The World Mosquito Program (WMP), sedang membahas persoalan ini.
“Kami sifatnya masih menunggu arahan lebih lanjut dan menunggu hasil pertemuan Kemenkes dengan WMP. Tentu persoalannya harus klir dulu. Kami tidak mau setelah penyebaran bibit nanti ada polemik di masyarakat,”ungkap Sucipto.
Namun sejauh ini, pemerintah mengambil kebijakan pilot projek penanganan DB dengan nyamuk wolbachia bukan tanpa pertimbangan. Selain sudah melalui proses penelitian yang panjang, metode wolbachia menekan kasus DB sudah berhasil di Yogyakarta. Pemerintah Kabupaten Buleleng juga sebelumnya sudah memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terkait rencana ini.
Sebelumnya, Kabupaten Buleleng dan Kota Denpasar terpilih menjadi daerah proyek percontohan penekanan kasus DB dengan wolbachia di Bali. Buleleng dan Denpasar terpilih karena memiliki sejarah kasus DB tertinggi di Bali. Program percontohan ini sudah disiapkan dengan matang. Bahkan ada 55 desa di Buleleng yang akan disasar untuk pengembangan populasi nyamuk wolbachia yang akan mengintervensi populasi nyamuk aedes aegypti penyebab DB. 7k23
Penundaan juga terjadi di Kota Denpasar yang mendapatkan program percontohan penanganan DB bersama Buleleng. Penolakan ditunjukkan oleh elemen masyarakat yang mengatasnamakan masyarakat Bali di Denpasar. Mereka menilai penyebaran bibit nyamuk wolbachia ini dapat berdampak buruk untuk kesehatan ke depannya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng dr Sucipto, Senin (13/11) menjelaskan, saat ini masih menunggu instruksi dan keputusan dari Pemerintah Provinsi Bali. Kementerian Kesehatan RI bersama dengan The World Mosquito Program (WMP), sedang membahas persoalan ini.
“Kami sifatnya masih menunggu arahan lebih lanjut dan menunggu hasil pertemuan Kemenkes dengan WMP. Tentu persoalannya harus klir dulu. Kami tidak mau setelah penyebaran bibit nanti ada polemik di masyarakat,”ungkap Sucipto.
Namun sejauh ini, pemerintah mengambil kebijakan pilot projek penanganan DB dengan nyamuk wolbachia bukan tanpa pertimbangan. Selain sudah melalui proses penelitian yang panjang, metode wolbachia menekan kasus DB sudah berhasil di Yogyakarta. Pemerintah Kabupaten Buleleng juga sebelumnya sudah memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terkait rencana ini.
Sebelumnya, Kabupaten Buleleng dan Kota Denpasar terpilih menjadi daerah proyek percontohan penekanan kasus DB dengan wolbachia di Bali. Buleleng dan Denpasar terpilih karena memiliki sejarah kasus DB tertinggi di Bali. Program percontohan ini sudah disiapkan dengan matang. Bahkan ada 55 desa di Buleleng yang akan disasar untuk pengembangan populasi nyamuk wolbachia yang akan mengintervensi populasi nyamuk aedes aegypti penyebab DB. 7k23
1
Komentar