Pj Gubernur Resmi Tunda Program Wolbachia
DENPASAR, NusaBali - Penjabat (Pj) Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya buka suara terkait adanya penolakan program penyebaran nyamuk wolbachia di Bali.
Pj Gubernur menyatakan program yang dikembangkan oleh World Mosquito Program (WMP), Monash University, Australia ini untuk sementara ditunda, sambil menunggu hasil kajian lebih lanjut.
"Perlu sosialisasi. Ada penolakan dari masyarakat, kita tidak ingin masyarakat terbelah. Ada pro dan kontra lebih bagus kita tunda dulu," ujarnya di Kantor DPRD Provinsi Bali, Kamis (16/11). Pj Gubernur Mahendra Jaya berharap dengan sosialisasi yang lebih intensif dari pemrakarsa diharapkan seluruh komponen masyarakat bisa menerima program yang terlebih dahulu sudah berjalan di Provinsi DI Jogjakarta ini.
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali, Dewa Made Indra menambahkan pihaknya saat ini tengah menunggu proses kajian yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. Ia tidak menampik program nyamuk wolbachia memiliki tujuan yang baik untuk menekan kasus demam berdarah yang cukup tinggi di Kota Denpasar dan daerah lainnya di Bali. "Ini termasuk bioteknologi, maksudnya baik untuk menekan kasus demam berdarah di Kota Denpasar yang cukup tinggi. Cuma masalahnya penggunaan (nyamuk) wolbachia ini belum ada kajian yang komprehensif terutama dengan pertanyaan-pertanyaan dari masyarakat," jelas Sekda Dewa Indra.
Sekda mempercayakan hasil kajian yang akan dikeluarkan Kemenkes RI. Kajian Kemenkes nantinya mencakup seberapa besar program nyamuk wolbachia akan berpengaruh menurunkan kasus demam berdarah dan seberapa besar peluang program ini justru menimbulkan penyakit baru. "Apakah nanti DBD berkurang tapi akan menimbulkan penyakit lainnya. Untuk menjawab itu tentu ilmu pengetahuan yang akan menjawab," kata Dewa Indra.
Dewa Indra pun turut memberi apresiasi kepada komponen masyarakat yang bersikap kritis dengan adanya program baru yang hendak dilaksanakan di tengah-tengah masyarakat Bali dan berkaitan dengan perlindungan masyarakat itu sendiri. Penyebaran nyamuk wolbachia rencananya dilaksanakan pada, Senin (13/11) di Kota Denpasar. Salah satu pihak yang mempertanyakan program ini adalah Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (Puskor Hindunesia). Bahkan pihak Puskor meminta agar program tersebut dibatalkan bukan ditunda.
Metode Wolbachia sebelumnya sudah diterapkan bertahun-tahun di Jogjakarta dan efektif menurunkan 77 persen kasus dengue dan menurunkan 86 persen tingkat rawat inap karena dengue. Untuk di Bali, Kota Denpasar dan Kabupaten Buleleng rencananya akan menjadi dua wilayah pertama yang akan menerapkan teknik ini dengan menyebar ratusan ribu nyamuk yang sebelumnya sudah diinduksi dengan bakteri wolbachia.
Namun, Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara kini juga akan menunggu rekomendasi Kemenkes terkait kelanjutan program nyamuk wolbachia ini. “Kami dapat banyak masukan dari masyarakat agar rencana tersebut (penyebaran nyamuk wolbachia) ditunda. Kami belum menerapkannya sebelum benar-benar mendapat rekomendasi dari Kemenkes. Nanti akan dilakukan apabila ada rekomendasi dari Kemenkes,” ujar Walikota Jaya Negara. 7 cr78
"Perlu sosialisasi. Ada penolakan dari masyarakat, kita tidak ingin masyarakat terbelah. Ada pro dan kontra lebih bagus kita tunda dulu," ujarnya di Kantor DPRD Provinsi Bali, Kamis (16/11). Pj Gubernur Mahendra Jaya berharap dengan sosialisasi yang lebih intensif dari pemrakarsa diharapkan seluruh komponen masyarakat bisa menerima program yang terlebih dahulu sudah berjalan di Provinsi DI Jogjakarta ini.
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali, Dewa Made Indra menambahkan pihaknya saat ini tengah menunggu proses kajian yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. Ia tidak menampik program nyamuk wolbachia memiliki tujuan yang baik untuk menekan kasus demam berdarah yang cukup tinggi di Kota Denpasar dan daerah lainnya di Bali. "Ini termasuk bioteknologi, maksudnya baik untuk menekan kasus demam berdarah di Kota Denpasar yang cukup tinggi. Cuma masalahnya penggunaan (nyamuk) wolbachia ini belum ada kajian yang komprehensif terutama dengan pertanyaan-pertanyaan dari masyarakat," jelas Sekda Dewa Indra.
Sekda mempercayakan hasil kajian yang akan dikeluarkan Kemenkes RI. Kajian Kemenkes nantinya mencakup seberapa besar program nyamuk wolbachia akan berpengaruh menurunkan kasus demam berdarah dan seberapa besar peluang program ini justru menimbulkan penyakit baru. "Apakah nanti DBD berkurang tapi akan menimbulkan penyakit lainnya. Untuk menjawab itu tentu ilmu pengetahuan yang akan menjawab," kata Dewa Indra.
Dewa Indra pun turut memberi apresiasi kepada komponen masyarakat yang bersikap kritis dengan adanya program baru yang hendak dilaksanakan di tengah-tengah masyarakat Bali dan berkaitan dengan perlindungan masyarakat itu sendiri. Penyebaran nyamuk wolbachia rencananya dilaksanakan pada, Senin (13/11) di Kota Denpasar. Salah satu pihak yang mempertanyakan program ini adalah Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (Puskor Hindunesia). Bahkan pihak Puskor meminta agar program tersebut dibatalkan bukan ditunda.
Metode Wolbachia sebelumnya sudah diterapkan bertahun-tahun di Jogjakarta dan efektif menurunkan 77 persen kasus dengue dan menurunkan 86 persen tingkat rawat inap karena dengue. Untuk di Bali, Kota Denpasar dan Kabupaten Buleleng rencananya akan menjadi dua wilayah pertama yang akan menerapkan teknik ini dengan menyebar ratusan ribu nyamuk yang sebelumnya sudah diinduksi dengan bakteri wolbachia.
Namun, Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara kini juga akan menunggu rekomendasi Kemenkes terkait kelanjutan program nyamuk wolbachia ini. “Kami dapat banyak masukan dari masyarakat agar rencana tersebut (penyebaran nyamuk wolbachia) ditunda. Kami belum menerapkannya sebelum benar-benar mendapat rekomendasi dari Kemenkes. Nanti akan dilakukan apabila ada rekomendasi dari Kemenkes,” ujar Walikota Jaya Negara. 7 cr78
1
Komentar