Harga Merosot, Petani Horti Pengeng
Pariwisata masuki low season, produksi horti berlebih namun permintaan berkurang
DENPASAR, NusaBali
Petani hortikultura pengeng. Penyebabnya harga sejumlah komoditas merosot. Diantaranya bawang dan tomat. Di lapangan, harga bawang di tingkat petani turun menjadi Rp15.000 perkilo dari sebelumnya Rp19.000.Tomat lebih parah lagi. Hanya Rp2000 perkilo. Sedangkan biaya produksi Rp5.000 perkilo.
"Itulah yang membuat petani prihatin," ujar I Made Denistra, seorang petani di Songan, Kintamani, Bangli, Rabu (15/11).
Karena harga anjlok tersebut petani jelas mengalami kerugian. Di pihak lain, harga sarana produksi seperti pupuk dan sarana pertanian antara lain meningkat. Serta harga kebutuhan sehari-hari yang juga menanjak.
"Ini memberatkan," ujar Denistra, pengurus Bidang Pemasaran Kelompok Tani 'Rumah Bawang' Songan,Kintamani.
Karena itu Denistra berharap, pemerintah membantu agar harga komoditas hortikultura tetap stabil. Dalam arti harganya terjaga, sehingga petani tetap memperoleh keuntungan dengan nilai yang wajar. Bila petani untung, tentu akan termotivasi untuk berproduksi, sehingga pasokan tetap terjaga.
“Itu yang kami harapkan dari petani agar harga stabil,” ujarnya.
Terpisah, Ketua Asosiasi Pengusaha Hortikultura Indonesia (Asperhorti) Bali, I Wayan Sugiartha, menyatakan secara umum memang harga-harga produk hortikultura menurun.
Kata dia penurunan sejumlah produk hortikultura seperti bawang, tomat maupun beberapa yang lainnya, akibat permintaan yang berkurang.
“Jadi karena faktor hukum pasar, suply dan demand,” terangnya.
Dalam hal ini ketersediaan berlebih atau tetap, sedangkan permintaan berkurang.
Menurut Sugiartha penurunan permintaan, salah satunya disebabkan turunnya kunjungan wisatawan. Kata dia, sebagaimana diketahui mulai akhir September sampai dengan November, kunjungan wisatawan ke Bali menurun.
“Itu siklus tahunan yang dikenal dengan periode low season,” terangnya.
Wisatawan yang menurun, otomatis aktivitas pariwisata juga berkurang. Sehingga permintaan barang- barang, diantaranya sayur-mayur dan produk horti yang lain jadi berkurang.
“Juga sasih (musim) upacara adat seperti perkawinan mereda. Itu juga mempengaruh tingkat permintaan,” lanjutnya.
Namun tidak semua produk hortikultura ambruk. Beberapa diantaranya masih tinggi. Antara lain brokoli dan cabai.
“Cabai kan bahkan sampai tembus tujuh puluh ribu perkilo di pasaran,” ucap Sugiartha.
Kata dia, hal ini karena dampak dari kemarau panjang, dimana cabai, brokoli salah satu yang susah tumbuh, akibat kemarau panjang. Sehingga stoknya jadi terbatas.
“Setelah cuaca membaik, pasokan akan stabil lagi,” ujarnya. k17.
Komentar