168 Siswa SD-SMP Terima Penghargaan
Festival Tunas Bahasa Ibu 2023
Berbagai lomba yang digelar merupakan upaya melestarikan bahasa, aksara, dan sastra Bali agar upaya revitalisasi bahasa daerah menjadi kerja bersama yang integratif dan berkelanjutan.
DENPASAR, NusaBali
Balai Bahasa Provinsi Bali Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggelar puncak acara Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) 2023, di Sanur, Denpasar, Jumat (17/11). Pada kesempatan tersebut sebanyak 168 pemenang lomba hadir untuk menerima penghargaan.
Sekretaris Daerah Provinsi Bali yang diwakili Asisten I Sekretariat Daerah Provinsi Bali I Dewa Gede Mahendra Putra, menutup secara resmi kegiatan FTBI 2023 yang berlangsung pada 14-15 November 2023 bertempat di Kantor Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Bali di Denpasar.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Bali Valentina Lovina Tanate menyampaikan FTBI 2023 merupakan puncak dari program Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) yang dilakukan pihaknya selama 2023. RBD menjadi salah satu dukungan terhadap Peraturan Gubernur Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Pelindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali.
“Sebagai agenda terakhir pada kegiatan Revitalisasi Bahasa Daerah, FTBI melalui lomba-lomba yang telah dilaksanakan, adalah salah satu upaya untuk melestarikan bahasa, aksara, dan sastra Bali, agar upaya revitalisasi bahasa daerah menjadi kerja bersama yang integratif dan berkelanjutan,” ujar Valentina ditemui di sela acara.
FTBI 2023 diisi dengan tujuh mata lomba tingkat SD dan SMP yang meliputi lomba Masatua, Mapidarta, Nyurat Aksara Bali, Ngawi dan Ngwacen Puisi Bali Anyar, Babanyolan Tunggal, Nyurat Cerpen Bali, dan Matembang Sekar Alit. Tiap-tiap lomba diikuti oleh 18 orang peserta putra putri yang berasal dari sembilan kabupaten/kota di Bali. Dari tiap-tiap lomba tersebut dipilih 6 pemenang kategori putra dan 6 pemenang kategori putri, masing-masing juara I, II, III dan harapan I, II, dan III.
“Sehingga pada hari ini telah hadir 168 orang pemenang lomba FTBI tahun 2023,” ujar Valentina sembari menyebut para juara I dari masing-masing mata lomba nantinya dapat mengikuti FTBI tingkat nasional yang akan dilaksanakan tahun depan.
Valentina berharap FTBI dapat melahirkan tunas-tunas baru para penutur bahasa Bali. Menurutnya pengkaderan perlu terus dilakukan sebagai upaya pelestarian bahasa daerah.
Dewa Mahendra menyampaikan pelestarian bahasa daerah merupakan upaya bersama melalui sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, akademisi, praktisi, hingga, masyarakat sebagai penutur dari bahasa daerah tersebut. Dia menuturkan bahasa daerah merupakan sarana atau media sebuah peradaban dapat diwariskan dan dilestarikan.
“Bahasa daerah adalah bahasa ibu, sebagai bahasa pertama yang mengalir dalam aliran darah manusia, bahasa yang paling melekat dan menjadi ciri khas sebuah komunitas masyarakat,” ujarnya.
Balai Bahasa Provinsi Bali Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggelar puncak acara Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) 2023, di Sanur, Denpasar, Jumat (17/11). Pada kesempatan tersebut sebanyak 168 pemenang lomba hadir untuk menerima penghargaan.
Sekretaris Daerah Provinsi Bali yang diwakili Asisten I Sekretariat Daerah Provinsi Bali I Dewa Gede Mahendra Putra, menutup secara resmi kegiatan FTBI 2023 yang berlangsung pada 14-15 November 2023 bertempat di Kantor Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Bali di Denpasar.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Bali Valentina Lovina Tanate menyampaikan FTBI 2023 merupakan puncak dari program Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) yang dilakukan pihaknya selama 2023. RBD menjadi salah satu dukungan terhadap Peraturan Gubernur Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Pelindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali.
“Sebagai agenda terakhir pada kegiatan Revitalisasi Bahasa Daerah, FTBI melalui lomba-lomba yang telah dilaksanakan, adalah salah satu upaya untuk melestarikan bahasa, aksara, dan sastra Bali, agar upaya revitalisasi bahasa daerah menjadi kerja bersama yang integratif dan berkelanjutan,” ujar Valentina ditemui di sela acara.
FTBI 2023 diisi dengan tujuh mata lomba tingkat SD dan SMP yang meliputi lomba Masatua, Mapidarta, Nyurat Aksara Bali, Ngawi dan Ngwacen Puisi Bali Anyar, Babanyolan Tunggal, Nyurat Cerpen Bali, dan Matembang Sekar Alit. Tiap-tiap lomba diikuti oleh 18 orang peserta putra putri yang berasal dari sembilan kabupaten/kota di Bali. Dari tiap-tiap lomba tersebut dipilih 6 pemenang kategori putra dan 6 pemenang kategori putri, masing-masing juara I, II, III dan harapan I, II, dan III.
“Sehingga pada hari ini telah hadir 168 orang pemenang lomba FTBI tahun 2023,” ujar Valentina sembari menyebut para juara I dari masing-masing mata lomba nantinya dapat mengikuti FTBI tingkat nasional yang akan dilaksanakan tahun depan.
Valentina berharap FTBI dapat melahirkan tunas-tunas baru para penutur bahasa Bali. Menurutnya pengkaderan perlu terus dilakukan sebagai upaya pelestarian bahasa daerah.
Dewa Mahendra menyampaikan pelestarian bahasa daerah merupakan upaya bersama melalui sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, akademisi, praktisi, hingga, masyarakat sebagai penutur dari bahasa daerah tersebut. Dia menuturkan bahasa daerah merupakan sarana atau media sebuah peradaban dapat diwariskan dan dilestarikan.
“Bahasa daerah adalah bahasa ibu, sebagai bahasa pertama yang mengalir dalam aliran darah manusia, bahasa yang paling melekat dan menjadi ciri khas sebuah komunitas masyarakat,” ujarnya.
Menurutnya, rangkaian kegiatan RBD, mulai dari rakor hingga FTBI dapat berjalan beriringan dengan program-program yang telah disusun oleh Pemerintah Provinsi Bali dalam pelestarian bahasa Bali. Dewa Mahendra mengatakan kegiatan-kegiatan tersebut telah dapat menjadi pemantik yang mampu mengetuk tularkan langkah-langkah pelestarian bahasa Bali di masyarakat, khususnya pada generasi muda melalui jalur pendidikan SD dan SMP.
Juri Nyurat Cerpen Bali tingkat SD Made Sugianto, mengatakan FTBI merupakan ajang pelestarian bahasa Bali. Penggunaan bahasa Bali agar dibiasakan sejak anak-anak. Menurutnya, peserta lomba sudah bisa menulis cerpen. Namun, Sugianto menilai masih kuat campur tangan guru pembina. Indikasinya, bahasa yang digunakan oleh anak-anak terkesan ‘wayah’ atau tak sesuai dengan umur mereka. Penulisan judul cenderung panjang seperti judul esai. Ada pula yang keliru menulis, semestinya menulis cerpen namun menulis dongeng.
Juri Ngawi dan Ngwacen Puisi Bali Anyar Ida Bagus Pawanasuta, memberi apresiasi ajang FTBI untuk melahirkan penulis dan penutur bahasa Bali. Guru yang juga pembina sastra ini sedikit meragukan kemampuan peserta lomba dalam penguasaan bahasa Bali karena tema lomba sudah disampaikan jauh hari sebelumnya dan siswa sudah membuatnya di rumah. Dia menyarankan, saat perlombaan siapkan beragam tema dan peserta mengambil undian tema itu. Dengan mengambil tema secara langsung dan menulis puisi saat itu juga akan ketahuan kemampuan berbahasa Balinya.
“Bukankah FTBI ini untuk melahirkan pengguna bahasa Bali yang baik dan benar, jadi kemampuan berbahasa mereka perlu diuji,” tegas Pawanasuta. 7 cr78, k21
Komentar