Napak Tilas Perjuangan I Gusti Ngurah Rai di Carangsari Tak Singgah ke Taman Makam
MANGUPURA, NusaBali.com - Napak Tilas Perjuangan Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai di kampung halamannya, Desa Carangsari, Kecamatan Petang, Badung, sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Napak tilas tahun 2023 ini tidak menyambangi taman makam.
Pada Sabtu (18/11/2023), defile Pemuda Panca Marga tiba di tanah kelahiran I Gusti Ngurah Rai yakni Desa Carangsari. Kedatangan defile disambut antusiasme warga dan siswa SD yang membawa bendera merah putih.
Biasanya defile pataka dan panji-panji I Gusti Ngurah Rai ini akan menuju taman makam atau Monumen Pahlawan Pahlawan I Gusti Ngurah Rai yang terletak di areal Setra Desa Adat Carangsari.
Namun, area monumen kini sedang dilakukan perbaikan dan penataan. Oleh karena itu, defile diarahkan ke Pura Pusering Jagat, Banjar Senapan, Desa Carangsari. Pura ini adalah jagar budaya yang memiliki peninggalan megalitikum.
"Tahun ini, napak tilas tidak menuju ke taman makam karena sedang ada renovasi," jelas Perbekel Desa Carangsari, I Made Sudana, 51, di sela kegiatan pada Sabtu.
Lanjut Sudana, karena alasan ketersediaan tempat maka dialihkan ke Pura Pusering Jagat sekaligus digelar upacara penghormatan dan persembahyangan bersama.
Meski begitu, Sudana membeberkan, Pura Pusering Jagat bukanlah tanpa kaitan dengan perjuangan I Gusti Ngurah Rai. Kata dia, pura ini dahulu dijadikan tempat rapat-rapat penting perjuangan.
Usai upacara penghormatan dan persembahyangan, pataka dan panji-panji I Gusti Ngurah Rai disemayamkan semalam di Puri Agung Carangsari, rumah leluhur sang pahlawan.
Walaupun defile tidak ke taman makam/monumen, Sudana dan beberapa pejabat terkait tetap melakukan tabur bunga di Monumen Pahlawan I Gusti Ngurah Rai.
Beberapa pejabat itu di antaranya; Anggota DPRD Badung sekaligus cucu pahlawan IGAA Inda Trimafo Yudha, Kepala Dinas Sosial Badung I Ketut Sudarsana, DPC LVRI Badung IGN Sandiartha, dan Forkopimcam Petang.
Kemudian, Minggu (19/11/2023), defile akan dilepas menuju Taman Pujaan Bangsa Margarana, Banjar Kelaci, Desa Marga Dauh Puri, Kecamatan Marga, Tabanan.
Di mana, setiap tahunnya pada tanggal 20 November, digelar upacara peringatan Hari Puputan Margarana. Hari di mana I Gusti Ngurah Rai dan pasukan Ciung Wanara berjuang sampai titik darah penghabisan alias perang puputan.
I Gusti Bagus Saputera, 93, Ketua DPD LVRI Provinsi Bali menuturkan, kegiatan napak tilas ini merupakan gerakan merangkai kembali jejak perjuangan sang pahlawan nasional.
"Napak tilas ini menapaki kembali perjuangan Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai yang berjuang mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 dari Belanda," tegas Bagus Saputera.
Secara utuh, jejak perjalan I Gusti Ngurah Rai bisa dirunut dari perjalanannya menuju ke pusat pemerintahan RI di Yogyakarta. Di sana, ia dilantik jadi Komandan Resimen Sunda Kecil dan berpangkat letnan kolonel.
Kemudian, I Gusti Ngurah Rai kembali ke Pulau Bali dan menggencarkan perlawanan terhadap Belanda. Hingga pada 20 November 1946, sang pahlawan dan pasukannya gugur dalam perang Puputan Margarana. *rat
Biasanya defile pataka dan panji-panji I Gusti Ngurah Rai ini akan menuju taman makam atau Monumen Pahlawan Pahlawan I Gusti Ngurah Rai yang terletak di areal Setra Desa Adat Carangsari.
Namun, area monumen kini sedang dilakukan perbaikan dan penataan. Oleh karena itu, defile diarahkan ke Pura Pusering Jagat, Banjar Senapan, Desa Carangsari. Pura ini adalah jagar budaya yang memiliki peninggalan megalitikum.
"Tahun ini, napak tilas tidak menuju ke taman makam karena sedang ada renovasi," jelas Perbekel Desa Carangsari, I Made Sudana, 51, di sela kegiatan pada Sabtu.
Lanjut Sudana, karena alasan ketersediaan tempat maka dialihkan ke Pura Pusering Jagat sekaligus digelar upacara penghormatan dan persembahyangan bersama.
Meski begitu, Sudana membeberkan, Pura Pusering Jagat bukanlah tanpa kaitan dengan perjuangan I Gusti Ngurah Rai. Kata dia, pura ini dahulu dijadikan tempat rapat-rapat penting perjuangan.
Usai upacara penghormatan dan persembahyangan, pataka dan panji-panji I Gusti Ngurah Rai disemayamkan semalam di Puri Agung Carangsari, rumah leluhur sang pahlawan.
Walaupun defile tidak ke taman makam/monumen, Sudana dan beberapa pejabat terkait tetap melakukan tabur bunga di Monumen Pahlawan I Gusti Ngurah Rai.
Beberapa pejabat itu di antaranya; Anggota DPRD Badung sekaligus cucu pahlawan IGAA Inda Trimafo Yudha, Kepala Dinas Sosial Badung I Ketut Sudarsana, DPC LVRI Badung IGN Sandiartha, dan Forkopimcam Petang.
Kemudian, Minggu (19/11/2023), defile akan dilepas menuju Taman Pujaan Bangsa Margarana, Banjar Kelaci, Desa Marga Dauh Puri, Kecamatan Marga, Tabanan.
Di mana, setiap tahunnya pada tanggal 20 November, digelar upacara peringatan Hari Puputan Margarana. Hari di mana I Gusti Ngurah Rai dan pasukan Ciung Wanara berjuang sampai titik darah penghabisan alias perang puputan.
I Gusti Bagus Saputera, 93, Ketua DPD LVRI Provinsi Bali menuturkan, kegiatan napak tilas ini merupakan gerakan merangkai kembali jejak perjuangan sang pahlawan nasional.
"Napak tilas ini menapaki kembali perjuangan Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai yang berjuang mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 dari Belanda," tegas Bagus Saputera.
Secara utuh, jejak perjalan I Gusti Ngurah Rai bisa dirunut dari perjalanannya menuju ke pusat pemerintahan RI di Yogyakarta. Di sana, ia dilantik jadi Komandan Resimen Sunda Kecil dan berpangkat letnan kolonel.
Kemudian, I Gusti Ngurah Rai kembali ke Pulau Bali dan menggencarkan perlawanan terhadap Belanda. Hingga pada 20 November 1946, sang pahlawan dan pasukannya gugur dalam perang Puputan Margarana. *rat
Komentar