Ada Pohon ‘Keramat’ yang Diperkirakan Berusia Ratusan Tahun
Menelusuri Keunikan Pura Luhur Pucak Petali di Desa Adat Jatiluwih, Tabanan
Tidak sedikit mereka yang tangkil ke pura tersebut sukses dalam permohonannya, sesuai apa yang diharapkan, sehingga setiap pujawali mereka dipastikan tangkil kembali
TABANAN, NusaBali
Sebagian umat Hindu di Bali sudah tak asing dengan nama Pura Luhur Pucak Petali di Desa Adat Jatiluwih, Desa Jatiluwuh, Kecamatan Penebel, Tabanan yang banyak memiliki keunikan. Salah satunya adalah dipercaya memperlancar urusan pemerintahan. Uniknya lagi Pohon Pule yang berada di Utamaning Mandala Pura Pucak Petali sewaktu-waktu bisa berganti daun, sebanyak tiga kali pergantian. Kondisi ini pun membuat pohon yang sudah berumur ratusan tahun ini dikeramatkan.
Jika dari kota Tabanan untuk menuju Pura Luhur Pucak Petali harus menempuh waktu sekitar 1 jam. Tak sulit untuk menuju Pura yang berada di kaki Gunung Batukaru itu. Sepanjang perjalanan pamedek bisa menikmati hamparan sawah terasering di sepanjang Desa Jatiluwih.
Pura Luhur Pucak Petali berstatus Dang Khayangan diempon 382 KK. Pura Luhur Pucak Petali ini salah satu jajar kemiri dari Pura Luhur Batukau, selain Pura Tambas Waras dan Pura Besi Kalung, dan Pura Muncak Sari. Jika Pura Tambas Waras sebagai pusat pengobatan, Besi Kalung sebagai kekuatan dan kewibawaan, dan Pura Muncak Sari sebagai pusat kemakmuran, maka Pura Luhur Pucak Petali adalah bagian dari memperlancar urusan pemerintahan.
Bendesa Adat Jatiluwih, I Wayan Yasa mengatakan sejarah dan asal usul dari Pura Luhur Pucak Petali belum ada yang mengetahui secara pasti. Sebab sesuai Purana yang kini melinggih di Puri Anom Tabanan hanya menuliskan catatan tentang upakara. "Hanya disebutkan terkait anggah ungguhin upacara saja, mengenai tahun berapa berdirinya tidak ada," ujar Bendesa Wayan Yasa, Sabtu (18/11). Menurutnya, meskipun diempon oleh 382 KK, sesuai dengan statusnya Dang Kahyangan setiap piodalan yang jatuh pada Buda Kliwon Ugu tersebut ribuan umat bakal tangkil. Ini tidak terlepas juga dengan fungsi dan kepercayaan masyarakat setempat terhadap Pura Pucak Petali.
Sebagian umat Hindu di Bali sudah tak asing dengan nama Pura Luhur Pucak Petali di Desa Adat Jatiluwih, Desa Jatiluwuh, Kecamatan Penebel, Tabanan yang banyak memiliki keunikan. Salah satunya adalah dipercaya memperlancar urusan pemerintahan. Uniknya lagi Pohon Pule yang berada di Utamaning Mandala Pura Pucak Petali sewaktu-waktu bisa berganti daun, sebanyak tiga kali pergantian. Kondisi ini pun membuat pohon yang sudah berumur ratusan tahun ini dikeramatkan.
Jika dari kota Tabanan untuk menuju Pura Luhur Pucak Petali harus menempuh waktu sekitar 1 jam. Tak sulit untuk menuju Pura yang berada di kaki Gunung Batukaru itu. Sepanjang perjalanan pamedek bisa menikmati hamparan sawah terasering di sepanjang Desa Jatiluwih.
Pura Luhur Pucak Petali berstatus Dang Khayangan diempon 382 KK. Pura Luhur Pucak Petali ini salah satu jajar kemiri dari Pura Luhur Batukau, selain Pura Tambas Waras dan Pura Besi Kalung, dan Pura Muncak Sari. Jika Pura Tambas Waras sebagai pusat pengobatan, Besi Kalung sebagai kekuatan dan kewibawaan, dan Pura Muncak Sari sebagai pusat kemakmuran, maka Pura Luhur Pucak Petali adalah bagian dari memperlancar urusan pemerintahan.
Bendesa Adat Jatiluwih, I Wayan Yasa mengatakan sejarah dan asal usul dari Pura Luhur Pucak Petali belum ada yang mengetahui secara pasti. Sebab sesuai Purana yang kini melinggih di Puri Anom Tabanan hanya menuliskan catatan tentang upakara. "Hanya disebutkan terkait anggah ungguhin upacara saja, mengenai tahun berapa berdirinya tidak ada," ujar Bendesa Wayan Yasa, Sabtu (18/11). Menurutnya, meskipun diempon oleh 382 KK, sesuai dengan statusnya Dang Kahyangan setiap piodalan yang jatuh pada Buda Kliwon Ugu tersebut ribuan umat bakal tangkil. Ini tidak terlepas juga dengan fungsi dan kepercayaan masyarakat setempat terhadap Pura Pucak Petali.
Foto: Bendesa Adat Jatiluwih, I Made Yasa. -DESAK SUMBERWATI
"Kalau misalnya mau hajatan Pemilu atau Pilkada, akan banyak calon anggota legislatif (Caleg) maupun calon kepala daerah yang tangkil untuk memohon kelancaran di pemerintahan. Di momen seperti itu berjejer sudah haturan upakara Pejati," jelasnya. Dalam kesempatan itu Wayan Yasa menerangkan hal tersebut sudah dari dulu sering dilihatnya. Tidak sedikit juga yang tangkil ke pura tersebut sukses, sesuai apa yang diharapkan. Sehingga setiap pujawali mereka dipastikan tangkil kembali.
“Tetapi itu kembali lagi ke keyakinan dan kepercayaan masing-masing. Sebab hal tersebut hanya kepercayaan sekala maupun niskala,” imbuhnya. Namun dia menegaskan mereka yang tangkil hanya memohon tuntunan dan doa agar dalam pelaksanaan hajatan pemilihan itu apa yang diikuti dapat berjalan lancar tanpa hambatan. Terkait berhasil atau tidaknya itu kembali juga kepada garis tangan. “Biasanya H-2 pelaksanaan pemilihan pasti ada yang tangkil dengan sarana banten pejati. Pamedek yang datang tidak hanya dari Tabanan saja, melainkan seluruh Bali juga ada,” katanya.
Selain itu sisi unik dari Pura Luhur Pucak Petali ini dilihat dari Pohon Pule yang tumbuh di utama mandala. Sebab pohon tersebut sewaktu-waktu bisa berganti daun. "Taru ini berubah tiga kali. Pertama daunnya ini rontok semua, setelah itu keluar daun kecupi, seperti cempaka putih. Kemudian bisa kelihatan seperti bunga, semuanya rontok lagi dan keluar lagi daun muda,” jelasnya. Perubahan pada pohon tersebut pun tidak bisa ditentukan waktunya. Bahkan Wayan Yasa menyebutkan, ketika daunnya rontok bisa dibersihkan dalam sehari tiga kali.
Disinggung pertanda terkait perubahan daun itu, dia pun belum berani memastikan fenomena tersebut pertanda apa. Sehingga pohon yang berada di utamaning mandala pura itu sangat disucikan. “Sampai saat ini tidak ada yang bisa memberikan pemaknaan yang tepat taru yang ada itu disebut taru apa namanya. Namun, masyarakat dan pamedek sangat menyucikan taru tersebut," terangnya.
Dia menambahkan Pura Luhur Pucak Petali ini memiliki lima pesanekan, di antaranya Taksu Agung, Bulakan, Manik Galih, Batu Madeg, dan Dalem Petali. "Pangempon Pura Luhur Pucak Petali sebanyak 382 KK krama se-Desa Adat Jatiluwih," tandasnya. 7 des
1
Komentar